tag:blogger.com,1999:blog-17164564001067638362024-03-20T02:16:55.389-07:00Kidung KinasihWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.comBlogger51125tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-68034950590270765482016-05-22T18:40:00.003-07:002016-05-22T18:40:35.232-07:00Langgam Layonsari;Bunda<br />
<br />
<br />
Senja ini hari, hadir dengan elok, mambang sebentar lagi menari<br />
menyemai di atas rumputan terhampar selendangnya warna warni<br />
Matahari perlahan melangkah ke bukit bukit,menggeremang<br />
tinggal terlihat kaki kakinya dengan jemari merah muda keemasan<br />
kanak kanak ramai bermain di halaman, sebagian ke tanah lapang<br />
o kulihat potret sebuah masa di sana<br />
ya<br />
tak hendak aku mengingkari nikmatMU ya Kekasih<br />
<br />
sepasang balam bertengger sekejap, mengepak ngepak sayap<br />
sesekali sang jantan menisik nisik, angin lembut berbisik<br />
lantas mengeluarkan suaranya, pertanda kesatuan alamkah?<br />
o sedap malam mempersiapkan diri di perjamuan selanjutnya nanti<br />
sebagai Layonsari menunggu Pranacitra<br />
di petiknya beberapa mawar untuk hiasan telinga kiri<br />
"Layonsari sulamkan detik demi detik waktumu!<br />
manis yang sejati adalah didapat dari perahan kepahitan demi kepahitan<br />
sama halnya<br />
kesuksesan yang lebih berarti bila berasal dari perahan kegagalan demi kegagalan"<br />
menggumam ia seolah mantra suci titipan bundanya.....<br />
<br />
ya hari beringsut, genap sudah,<br />
malam turun bagi pelita kecil<br />
berayun bergetar mencacah kegelapan<br />
dan dengkur buat penghuni<br />
sang pejalan tetap larut oleh keadaan<br />
ya<br />
tak hendak aku mengingkari nikmatMU ya Kekasih<br />
<br />
pada gulita yang makin senyap<br />
lamat tangis merambat pelan<br />
sangat pelan sebagai langgam<br />
suara suara di kejauhan<br />
harmonisasi jagat<br />
kelu<br />
aku menyeru nama<br />
mu<br />
IbuWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-81505813557393409792016-05-08T21:34:00.001-07:002016-05-08T21:34:30.064-07:00Akulah Debuaku debu di tengah samudera rayamu/noktah yang berenang tertatih tatih/guna mencari hatimu di nun dasar gelora laut/ Tak jarang tanganku adalah sayap untuk terbang bersama camar camar/untuk menatap nikmat buih buih riak ombak yang serupa mawar mekar bertebaran menari nari/<br />
<br />
seringpula aku terombang ambing di antara letup gelombang yang membadai/ Akulah kembara itu,hendak meniti curam terjurang dari luasnya perih/agar kugenggam,agar kudapati/atau setidaknya bisa kuraba lubuk termurni dari kasihmu/<br />
<br />
akulah setitik nila yang merindu cahya termurnimu.....<br />
Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-70463332199060200172016-05-08T21:32:00.001-07:002016-05-08T21:32:02.248-07:00Sebuah Batu Ditengah Arus:untuk Syeh Siti Jenar<br />
<br />
apa beda cacing dan anjing?<br />
tidak melata tidak pula yang merangkak<br />
bila ia tlah menjadi bangkai?<br />
<br />
ada yang lebih perih lagi<br />
menjadi bangkai saat masih hidup<br />
<br />
aha ragamu indah<br />
namun di dalamnya ada yang jauh lebih indah*<br />
<br />
catatlah hal serupa tanda pada luka<br />
pada pijar awan gugus pertama....<br />
sebelum ia melepaskan wanginya<br />
<br />
kematian yang paling muspra <br />
adalah ketika nurani tak didengar lagi<br />
<br />
nyanyikan lagumu,menarilah<br />
itu saja....menarilah<br />
seperti ia menghayatimu.....<br />
<br />
hai hai hai,siapa menyapa dan menemani,<br />
si miskin terlunta terhinakan?<br />
selembar waktu mungkin penyaksi<br />
<br />
berkata kata tak sesulit mendengar<br />
begitu kabar dari hembus tadi<br />
dari sebuah batu di tengah arus...<br />
<br />
<br />
<br />
Depok 10 Januari 2012<br />
<br />
*pinjam satu bait dari NietzscheWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-1157272895387127062016-05-08T20:42:00.001-07:002016-05-08T20:42:29.373-07:00Suluk Semesta Ruciia berkaca,di sapanya semesta samudra raya<br />
dengarkan katamu! kau! katanya.<br />
<br />
ia mencari suara,wujud diri didapati<br />
berkatalah kau pada hati! hardiknya<br />
<br />
kemudian mulut dalam cermin memanggil<br />
mari dekati kau yang aku!<br />
lebih dekat!<br />
ya,lebih dekat lagi!<br />
terus dekat,ya. begitu<br />
<br />
sang bibir menyatu dengan telinga,<br />
memasuki gendang,menerobos suara<br />
maka setiap rupa,setiap tanya<br />
bahkan niatan sekecil noktah sekalipun<br />
tertangkap hingga desirnya<br />
hatipun bicara padamu yang aku<br />
<br />
pendar lembut niat<br />
badai ombak ketamakan<br />
bersumber yang sama<br />
bedanya di pengendalian<br />
telinga tak menjawab,hanya mendengar,<br />
selalu menampung,seperti kedung tak berbatas<br />
<br />
mungkinkah kusatukan telinga dan mulut?<br />
lalu hati memesrai telinga<br />
ya jiwa,ya jiwa,ya jiwa,kesatuan,ya<br />
hening ningWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-53278151725789727992016-05-08T20:41:00.002-07:002016-05-08T20:41:18.042-07:00Cermin dan Akuketika saya bercermin<br />
wajah di sana bertanya<br />
"pernahkah kau menasehati orang?"<br />
"ya dan sering,sudah tugasku",jawabku <br />
"bahagiakah kamu?" tanya cermin kembali<br />
"tentu,semakin sering semakin bahagia aku!"<br />
jawabku makin berapi api<br />
"sesering dan sebahagia itukah <br />
ketika nasehatmu kembali padamu?<br />
pernahkah kau menasehati dirimu?"<br />
"hah! apa maksudmu!<br />
siapa sesungguhnya kau!"<br />
aku tersinggung sebagai penceramah<br />
wajah dalam cermin memudar<br />
wajah itu menyeringai sambil menjawab<br />
"sesungguhnya aku di mana bukan?"<br />
tiba tiba cermin itu pecah meledak<br />
wajah dalam cermin kujumpai di serambi luar<br />
bajunya kusut,mukanya kusut,mulutnya <br />
menggumamkan kalimat terakhir terus menerus<br />
"sesungguhnya<br />
aku<br />
dimana<br />
bukan?"Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-51489954251292881672016-05-08T20:38:00.003-07:002016-05-08T20:38:43.927-07:00Catatan Perjalanan Waktu#perjalanan<br />
adakah yang mencatat hari kemarin<br />
waktu tlah tertundukan<br />
atau di tundukan?<br />
<br />
#pagi si pengamen kecil<br />
menahan sisa kantuk,menahan lapar,semua dengan tameng kecrekan dekil di tangan.tangguh.<br />
<br />
#ibu pengemis<br />
menggenggam roti pemberian dengan jari jari makin membiru.<br />
<br />
#bapak tua gelandangan<br />
menekan perut,meninabobokan lapar,bukan fatamorgana.<br />
<br />
#hari esok<br />
usai hari ini.<br />
<br />
#bunga bunga<br />
mekar dengan duri duri makin tajam menjaga.<br />
<br />
#guru kehidupan<br />
"apa yang membuat hidup ini makin berat guru?" tanya seorang murid.<br />
"ketika kau hanya berkeluh kesah",jawab sang guru.<br />
"terus yang membuat hidup ini menjadi ringan?"<br />
"bisa membebskan diri dari keluh kesah".<br />
<br />
#kematian jutawan<br />
keluarga bersedih tak henti henti,dengan satu fikir yang sama:kubunuh siapa lagi agar warisan untuku bertambah!<br />
<br />
#absurd<br />
ribuan tikus mati kelaparan di lumbung padi.<br />
<br />
Depok/IndonesiaWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-89392516113766487772012-10-24T04:48:00.001-07:002012-10-24T04:48:12.815-07:00Tentang Kesaksian Tubuh: Kontemplasiku Untuk Ing Raga<br />
<br />
<br />
<br />
perjalanan paduka,perjalanan...<br />
sepi senyapnya meriuhkan segala luka<br />
<br />
<br />
tak adakah selain perih yang merongga<br />
pada repih jejak kepastianya tiap temu alamat?<br />
*mampir ngombe paduka,mampir ngombe<br />
lantas kenapa mesti kutuai dalam kerat<br />
seperti lecutan pada punggung?<br />
<br />
<br />
selalu saja,petir bagi hujan,berkawal kilat juga geremang langit<br />
uh,dimana pula tuan bertahta waktu itu?<br />
adakah di gigirnya?<br />
duhai?<br />
ah,cemetinya menghajarku paduka.....<br />
<br />
<br />
taman taman selaku pergulatan waktu,seperti pecahnya api di dalamnya<br />
hingga menelan keadaan,merapuh di sebalik menguat...lenyaplah kuasa atas segala<br />
semesta sunyi bukan bisu,alam raya suwung bukan mati<br />
lah lenyap pesta pora dalam hening biru....awan yang terenggut<br />
ataukah 'muspra...entahlah.....<br />
<br />
<br />
tubuh mengambil peran dari tindakan...<br />
hukum pula di terimanya<br />
<br />
<br />
ada nyanyian tanpa suara?<br />
**punapi ing siang saha ratri?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Salihara,Sabtu 6 oktober 2012, 23 WIB<br />
<br />
<br />
*mampir minum paduka,mampir minum<br />
'tiada guna<br />
** ada apa di siang dan malam?Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-30746469092164449772012-07-08T06:45:00.000-07:002012-07-08T06:45:10.280-07:00Gejolak Bimbang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7_8F0-n6lbiPTAiDTfgxB3CUBTKVkO1obuLPKjQ2c81tyFVRPE3rL7EvCG2ZZ41sy-PYM-7HpR0BvxnomM1xQ04KbmDELykRe0fC4kShmqFpxu9y3Sie2rUAOON__afhLZkcqn8PU2_Q/s1600/karna.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="281" width="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7_8F0-n6lbiPTAiDTfgxB3CUBTKVkO1obuLPKjQ2c81tyFVRPE3rL7EvCG2ZZ41sy-PYM-7HpR0BvxnomM1xQ04KbmDELykRe0fC4kShmqFpxu9y3Sie2rUAOON__afhLZkcqn8PU2_Q/s320/karna.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
[derita batin Karna di Padhang Kurusetra…]<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki perkasa merentang gendewa<br />
Membidikan panah api dimedan laga<br />
Bergetar tanganya risau menggelayut ragu<br />
Sesatu airmatanya menggulir pelan – nitik<br />
<br />
<br />
Wahai Karna anak mentari<br />
Harjuna adalah nadi di tubuhmu<br />
Kurasakan perih jua terobek hatimu<br />
Panah sang dewa pelan melesat bimbang<br />
<br />
<br />
Oh Kunthi Bunda<br />
Padang kuru ini nian kejamnya mengangkara<br />
Tiada kuberpaling dari taman Surga<br />
Pancaran matamu mandi cahaya<br />
<br />
<br />
Ooo Kunthi Bunda<br />
Hasratkan semadi tiada<br />
Layangkan kakimu tuk sujudku<br />
<br />
<br />
Ooo Kunthi Bunda<br />
Selusupkan airmatamu airmataku dikedalaman samudra jiwa<br />
Sumpah tlah kuikrarkan…segenap penjuru mengiya<br />
teguh prasapa sang senapati perang<br />
Biarkan jiwaku belah,ratap bumi tempat simpan lelah<br />
Agar aku moksa sedang Pandhawa tetap lima<br />
<br />
<br />
Aku?hanyalah anak yang lahir dari daun telinga,bukan kelahiran yang diharapkan<br />
……………………aku ksatria yang berhutang budi Bunda….segala puja maafkan….<br />
<br />
<br />
Karna merentang merentangkan panahnya bermula lurus penuh daya cipta…<br />
Lurus…kemudian getar kecamuk nurani melenyapkan nafsu membunuh<br />
<br />
<br />
Airmata perih menetes luka<br />
Gontai anak panah lesatanya limbung<br />
Sang Mahadewi Kunthi berkubang duka<br />
Kusut suntrut kecantikanya<br />
Bergumam seperti penyesalan:<br />
“Karna putraning ibu wong bagus,semua anak adalah harapan<br />
Tak hendak Bunda mengenyahkanmu anaku<br />
Saat belah ragamu<br />
Mata panah merantas nyawamu<br />
Bunda mati rasa<br />
<br />
<br />
Peperangan ini bukan sekedar kemenangan<br />
Kepedihanmu kepedihanku anaku<br />
Engkau mati diarena dalam darma bakti<br />
Bunda entah bangga entah sedih…entah…<br />
Kerna Bunda kehilangan salah satu anak terkasih…<br />
Peperangan ini sungguh mengangkara kejamnya<br />
Memisahkan tali saudara:melukai kemanusiaan<br />
Mungkinkah ini sebenar kehendak dewata?<br />
Perang senantiasa meninggalkan irisan luka<br />
Bunda perih teramat perih anaku"<br />
<br />
<br />
Sang Dewi tegak bisu mematung<br />
Hilang cipta dan karsa:luka batin seorang Ibu…..<br />
Jiwanya lenyap<br />
Koyak moyak<br />
Hancur<br />
Ada tangis disekujur jiwa raga…<br />
Mati dalam hidup…..<br />
Karna:tumbal dari sebuah perang besar antara kebenaran melawan angkara<br />
<br />
<br />
<br />
Depok,Selasa 18 Mei 2010<br />
<br />
<br />
"whS"<br />
<br />
terinspirasi dari Epos Mahabarata dalam Baratayudha lakon:Karna Tanding....<br />
perang meninggalkan cerita kehilangan:nyawa,harta benda...luka jiwa...luka batin...<br />
<br />
Dalam perang Baratayudha, Karna berperang dengan Arjuna, saudara sendiri, hingga Karna mati dalam perang sebagai kesatria. Tewasnya Adipati Karna dalam perang Baratayuda dianggap utama karena ia mati dalam perang untuk membela negeri Hastinapura yang selama ini telah memberi uluran tangan,intinya setia hingga mati, tak memandang bermusuhan dengan saudara sendiri.<br />
<br />
sebuah karya besar tentang Adipati Karna oleh KGPAA Mangkunegara IV<br />
<br />
[kepada beliau salam hormat serta terimakasih yang tak terhingga...]Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-29485791783301939572012-06-23T06:18:00.002-07:002012-06-23T06:18:45.157-07:00Lelaki Yang Benci Perahu III<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj03_RpZeWLAbLyXIxymO7HeJUQy1HqtfpLmlALlqFiLemezlmTfCwKMRjhBJeZXE7m_7zoyKHnBUdE07qOn0bBHzz3xbqf4tztjytbGgglG9Do7oyw38AylMdatosk1w08RZLxcXb9oo/s1600/perahu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="200" width="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj03_RpZeWLAbLyXIxymO7HeJUQy1HqtfpLmlALlqFiLemezlmTfCwKMRjhBJeZXE7m_7zoyKHnBUdE07qOn0bBHzz3xbqf4tztjytbGgglG9Do7oyw38AylMdatosk1w08RZLxcXb9oo/s200/perahu.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
:silelaki kecil menuliskan coretanya dengan tinta berasal dari airmata dipipinya,hah?pandir?mari tertawakan lelaki kerdil itu!<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
"Kubakar bunga itu",bisiknya pada bibir malam,"dengan segenggam keniscayaan mungkin" lanjutnya<br />
<br />
"lalu dimana jiwa berdiam? kala sepi memagut magut,dirantas gunting disebalik lipatan muasal?<br />
<br />
tak selamanya laut itu deras gelombang<br />
<br />
ku kerlingkan budi ditengah padang bunga bunga.....<br />
<br />
dengan sedikit rangkaian sudahlah..."<br />
<br />
ah ya luka kadang melahirkan keperihan menuju kematangan.<br />
<br />
<br />
<br />
Apa sih yang membuat mawar senantiasa beringkar ingkar,mungkinkah durinya selalu merajam setiap buhul yang kering? perkenankan kini aku akan berbicara tentang hujan,sahabatku yang amat riang dalam sapaan atau malam? kekasihku yang berujud kesendirian tuntas!:<br />
<br />
Hujan begitu saja ia datang<br />
<br />
setangkup salam kekasih ia bawa serta<br />
<br />
kutanya siapa pengirimnya gerangan?<br />
<br />
oh Engkaukah itu ya Gusti!<br />
<br />
<br />
<br />
"Aku harus bilang apa? jika rindu yang bertalu talu ledakanya deras membanjir menujumu tampunganmu lalu tiba tiba dengan begitu saja kau tutup tempayanmu menolak kucuran itu!<br />
<br />
lantas masihkah aku percaya padamu,dari sisi mana kau kusemai kembali dibiliku? salah satu ruang disini? ingatkah kau mawar akan ucapanmu enggan menyambutku,keenggananmu bukan hanya menyakitkan namun membunuh telaga yang baru saja mengalun"<br />
<br />
<br />
<br />
" Ataukah pengertianku yang kurang?pengorbanankukah yang alpa? oiii bukankah cinta tak ada hitungan untung dan rugi,tiada ada pengorbanan,setulusnya memberi dan memberi,pun ia dua arah,saling tarik menarik,andai hanya satu ujung saja betapa kuatnya menarik suatu saat akan rantas sudah! Tarikankulah kurang kuat? haiiii pengertian itu kebersamaan jangan pernah berharap selalu mawar untuk dimengerti tapi ia juga siap untuk mengerti!"<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
"Kembali?<br />
<br />
tak mudah memang<br />
<br />
tapi itu tak menyelesaikan masalah,iya,takan menyelesaikan.<br />
<br />
masih ingatah kau? seharian kucari kuntum serbuk sari untuk kelopakmu? juga setumpuk kidung luhur para pujangga<br />
<br />
kucari kerna rengekmu,kerna kasihku,kucari meski menempuh padatnya hujan hujan,waktu tempuh teramat panjang kerna semesti antri,ketika aku berjuang untuk itu kau dengan bahagia bermain main di dinding perahu berambut gelombang hingga pesan pesan tak henti pada sebuah epilog!"<br />
<br />
<br />
<br />
"Hidup itu penuh aturan aturan,tentu lebih baik dengan keteraturan,agar tak liar dan saling bersitabrak dengan semua,seperti menulis mesti menggunakan titik koma atau yang lain bukan hanya sekedar isi,juga bukan hanya sekedar kalimat klise "suka suka aku kan?"<br />
<br />
hah!<br />
<br />
apa jadinya andai segala sesuatu dijawab dengan kalimat itu?<br />
<br />
ke "aku"an pun mempunyai batas dogma!"<br />
<br />
<br />
<br />
"Menyalahkan semut diseberang laut alangkah gampangnya,mari kita bercermin,nah ini bopengku,kesungguhan dibalas dengan ego,kalau pertemuan hanya untuk menunjukan ego,maka lupakan saja,semua!"<br />
<br />
<br />
<br />
"Tak usah menjerit,tak usah menangis,baiknya mengurai diri,lenyapkan ego,bertanyalah ke dalam kebeningan lubuk terdasar nurani,katakan dengan jujur padanya,mesti jujur padanya,ya jujur,itu saja"<br />
<br />
Belajar menghargai diri sendiri.<br />
<br />
Percaya terhadap diri sendiri.<br />
<br />
Mendengar bisik jernih tahta hati.<br />
<br />
Amarah hanya menutup rapat datangnya kebajikan.<br />
<br />
Bertanggung jawab atas resiko kata kata dari mulut sendiri.<br />
<br />
Katamu kehilangan adalah sebuah kebiasaan cepat atau lambat,masih katamu hidup ini adalah tentang kehilangan kehilangan!<br />
<br />
<br />
<br />
"Sebenarnya mudah,dihormati berasal dari menghormati.<br />
<br />
Bukan menjadikan sahabat sebagai alat saja,sebuah kebendaan tanpa rasa.<br />
<br />
alangkah baiknya hati hati dengan ucap manis,sinis,tak semua lelaki batu seperti harapmu,sebab dunia ini lengkap,keseimbangan,dunia lelaki lembek dengan kucur airmata,juga ada tempat sendiri.<br />
<br />
tak semua lelaki penjinak gelombang,pun ada lelaki merintihkan semesta hujan.<br />
<br />
cinta adalah sebuah kegagahan,maka aku merangkai bunga bunga diatas budi airmata..."<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
Tak lah,pandir ini ahirnya pula,seperti tertiup angin siang dibawah beringin besar,damai tak lena:ujar silelaki kecil...<br />
<br />
<br />
<br />
Depok,22 April 2011,tentang kebersamaan yang terkoyak,tentang ego,tentang sebuah timbal balik.Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-65085228754242054542012-06-23T06:16:00.000-07:002012-06-23T06:16:38.923-07:00Lelaki Yang Benci Perahu II<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTnrVvntySNIWd70aJTo7QHA254ZBCeCt_Lm1-AhGR_Hjxj_wNcrxBKYeU9pn7YYfKjcghdR0rNAdk8IC2eXTle2XdRYCjFosY1PkEtKP7lwreUf5Ln4_W67aEpm1aqm-i62qTYZDN-Ek/s1600/perahu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="400" width="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTnrVvntySNIWd70aJTo7QHA254ZBCeCt_Lm1-AhGR_Hjxj_wNcrxBKYeU9pn7YYfKjcghdR0rNAdk8IC2eXTle2XdRYCjFosY1PkEtKP7lwreUf5Ln4_W67aEpm1aqm-i62qTYZDN-Ek/s400/perahu.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
Ia sekilas lelaki tanpa sikap,"lembek",begitu yang pernah ia dengar ditelinganya,pun pengakuan datang dari hatinya,"bahwa toh karang tak selamanya kokoh tegar?bahwa diam juga merupakan perlawanan,bahwa lembek juga sebuah sikap,bahwa ubur ubur juga melawan".<br />
<br />
<br />
<br />
Segenap perhatian di tumpahkanya kepada tumbuhnya mawar yang kini lebih lebat benalu dibanding kelopak itu sendiri,sedang mawar makin sibuk bermain bersama bahtera,memandikan tubuh dengan pasir,menggambar peta pada punggung laut bahkan selebat hutan rimbunan itu.<br />
<br />
<br />
<br />
Entah berapa purnama salam sapa tak di gubris oleh kuntum yang memabukan lelaki kecil,ironisnya saat mawar memerlukan kunang kunang lelaki kecil pembenci perahulah repot menemukan kemunang di tengah lebat guyuran hujan,sedang mawar tetap riang bermain di atas geladak membelah sunyi hutan menaklukan buaya buaya...berburu kemenangan kesenangan.<br />
<br />
<br />
<br />
*<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
"halo lelakiku" salam yang amat memabukan bagi si lelaki.<br />
<br />
"iya jelitaku"<br />
<br />
"kutunggu kau selalu"<br />
<br />
dikecup hisapnya airmata bahagia.<br />
<br />
<br />
<br />
Rupanya dendang perahu memabukan bunga,di tiap titik kata bersisambut kalimat kalimat panjang sepenuh mesra<br />
<br />
"oh Mawar gerangan senja apa yang merampas segala kericik hujanmu menujuku?"<br />
<br />
Di tekanya dada dengan guruh badai,luka teramat nyeri,kesakitan meruang rongga.<br />
<br />
"Tak hendakah engkau tersadar setiap prasapa?"<br />
<br />
Bahkan cibirmu untuk segenap kebohongan bertahta angkuh!<br />
<br />
Ah menjaga hati sudah bukan keharusan<br />
<br />
lalu dengan lentera mana jalan berpenerang?<br />
<br />
kalau tiap tikungan terdapat kesiap langkahmu?<br />
<br />
ah mestinya nurani tetap menjaga jiwanya<br />
<br />
sebab nurani bening menjaga mutiara ketetapan.<br />
<br />
<br />
<br />
Pasir dan perahu,bagai seringai sang dewa...<br />
<br />
dan cermin itu penuh luka bernanah<br />
<br />
biarkan keindahan langit menjadi hak para elang<br />
<br />
IA Yang Maha Melukis dalam suka cita<br />
<br />
Ia Yang Menggambarkan semua hati<br />
<br />
sedang mahluknya yang menggoreskan tinta,baik hitam atau putih<br />
<br />
<br />
<br />
kemana langkah kemarin yang berkata,"aku akan memperbaiki diri?"<br />
<br />
jalinan kata basi? puja puji? mabuk?<br />
<br />
kutunggu di kedalaman hening<br />
<br />
<br />
<br />
amarah tak menuntaskan masalah<br />
<br />
syak wasangka membiakan prasangka<br />
<br />
egoisme pupuk bagi keangkuhan<br />
<br />
<br />
<br />
jangan kau tulikan diri dari bisik batin.<br />
<br />
<br />
<br />
**<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil berambut lurus benci perahu berambut gelombang<br />
<br />
menatap tajam arah pesisir pantai,panas berberai berai,angin gelombang kuat menabarak apa yang siap dilahap meluluhlantakan cita seinci demi seinci<br />
<br />
:gundah<br />
<br />
<br />
<br />
pabila kebohongan kebohongan keangkuhan juga merupakan salah satu penyebab kehancuran,kerna mawar bukan hanya duri...duhai nurani kehidupan...<br />
<br />
pabila kebohongan kebohongan kecil menjadi jamak paling bahaya adalah: sipembohong percaya oleh kebohongan yang diciptakan sendiri<br />
<br />
dustamu akan merajam engkau sendiri<br />
<br />
ia padamkan bara yang tlah lama menghangati,dalam gigil gulita aku kini,hilang arah tak kenal waktu:rapuh! bukan?<br />
<br />
air pasang menelan jejak jejak di atas pasir<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lelaki kecil berambut lurus menatap mentari tenggelam.<br />
<br />
Kerut pelipis senja nampak murung.<br />
<br />
:dalam diam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sanggar Bambu Tali,21 April 2011 Tentang Dusta,Tentang Kepercayaan yang surut,tentang pekerti<br />
<br />
<br />
<br />
"widhi"Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-49244183641239173812012-06-23T06:13:00.000-07:002012-06-23T06:13:33.365-07:00Lelaki Yang Benci Perahu<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyn7y8xMIBLqoyDnd7l9nvqUppatjaNsDHnjUnlEp0wtL-QbGR6LVFX2OeiDB3P7D7Q9KhLtUD_Y_TDMQ2adDFQSDaEFs0ahV-LNUapJtXOMFRGN9ra8mOtpQEKx-IVRuJa971tL0BKxM/s1600/perahu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyn7y8xMIBLqoyDnd7l9nvqUppatjaNsDHnjUnlEp0wtL-QbGR6LVFX2OeiDB3P7D7Q9KhLtUD_Y_TDMQ2adDFQSDaEFs0ahV-LNUapJtXOMFRGN9ra8mOtpQEKx-IVRuJa971tL0BKxM/s320/perahu.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil bertatap mata menghujam bumi [sebab ia tak mau menatap langit "langit adalah lukisan indah dari Sang Maha Indah" begitu katanya,"jadi tak baiklah menatap Yang Maha Indah melukis langit"]<br />
<br />
dipagi yang elok nian ditemukan seruam mawar...."ahhh kau?"ya katanya...<br />
<br />
<br />
<br />
"masukan aku pada ruang dihatimu"kata sang mawar<br />
<br />
benarkah?" sambutku<br />
<br />
"iya...iya..."<br />
<br />
"auw..."<br />
<br />
"tak percayakah kau?"<br />
<br />
"bukan!"<br />
<br />
<br />
<br />
"lantas?"<br />
<br />
<br />
<br />
"benarkah kau akan menghiasi hatiku?"<br />
<br />
<br />
<br />
"usir keraguanmu lelaki,aku menemu kesantunan di hembus nafasmu..."<br />
<br />
<br />
<br />
"ah aku cuma pengembara sunyi kecil tanpa arti...pada yang lelap kususuri jalan"<br />
<br />
<br />
<br />
"lelaki kau tlah membangunkan aku arti mimpi,kau makin menyeretku ke kubang hatimu"<br />
<br />
<br />
<br />
lalu hari berputar seakan cakramanggilingan...lelaki kecil sederhana menggenggam mawar...ditimang tiap saat sepenuh hati menyusur detak jarum waktu....<br />
<br />
<br />
<br />
malam sunyi menari...lautan menggelar pamandangan indah<br />
<br />
perahu melintas...<br />
<br />
<br />
<br />
hai sang mawar mendekati perahu yang berambut ombak itu<br />
<br />
melukiskan kalimatnya didindingnya<br />
<br />
<br />
<br />
.<br />
<br />
<br />
<br />
"tak usahlah kau cemburu dia masa laluku,kata sang mawar"<br />
<br />
<br />
<br />
"iya iya baiklah putriku"<br />
<br />
diusirnya jauh kecemburuan,ditekanya dada yang bergejolak<br />
<br />
<br />
<br />
putar waktupun merambat malam makin tua<br />
<br />
sang mawar menggoreskan kalimat demi kalimat menyusun kata didinding perahu berambut gelombang<br />
<br />
kadang nakal menggoda kadang manis bertutur semua memikat<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil makin menekan dadanya perih<br />
<br />
<br />
<br />
"duhai dewi tak bolehkah aku cemburu?duhai mawar...."<br />
<br />
"bahkan bangga kau pasang perahu berambut gelombang itu pada dinding indahmu? memang makin indah...tapi hatiku pecah....aku benci perahu,aku benci syair nakal......bahkan syair syair itu menohoku...."<br />
<br />
<br />
<br />
mawar tertegun dengan perasaan entah<br />
<br />
"hai lelaki cengeng,jangan kau anggap pencarianmu lah usai...sederhanalah bersikap,pelan pelan pelan hingga sua"<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil berambut lurus tak seindah rambut gelombang perahu menelan ludah getir<br />
<br />
"tak kutuntut janjimu,tak pula sedang kuingatkan janjimu....namun bagiku hidup dalam naungan kasih suci bukan untuk permainan,bukan pula tentang pencarian yang tlah usai,bukan pula aku tak mengenalmu...bukan...bukan<br />
<br />
aku hanya ingin berkesah padamu mawarku...biarkan tangisku pecah,itu lebih baik daripada aku bersumpah serapah...aku bukan perahu yang bisa bersyair indah namun pula amat suka bersumpah serapah serta berucap nakal basi dan liar"<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil menarik nafas sesenggukan<br />
<br />
tak sesal soal janji....<br />
<br />
tetap yakin dengan kesetiaan sang mawar?<br />
<br />
"sudah kutuang tentang siapa aku,tak ada yang kututupi atau berkedok entah apa,semua aku apa adanya..."<br />
<br />
<br />
<br />
"tak mungkin aku mengingkari kesantunan,demikian janjiku pada Bunda....perahu itu perahu itu,memanggilmu pasir...kau senyum mengiya..dan menyebutnya perahu!"<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil parau menatap putar roda<br />
<br />
"badai apapula yang menerpaku...."<br />
<br />
<br />
<br />
mawar sunyi iba...tak tau berbuat apa oleh sejarah purba<br />
<br />
"sudahlah lelaki rambut lurus...sudahlah,yakinlah akan aku untukmu"<br />
<br />
<br />
<br />
silelaki kecil tersedu,cemas pilu menyesali katakatanya yang menyakiti mawar sunyi,mematri janji hati<br />
<br />
"iya mawarku...asal kau bahagia,aku bahagia melihat kau bahagia....."<br />
<br />
"kunanti tetap engkau kunanti"<br />
<br />
<br />
<br />
"aku akan tetap menjaga diri,untuku karena untukmu"<br />
<br />
o nada kepalsuankah itu?<br />
<br />
<br />
<br />
.<br />
<br />
<br />
<br />
lelaki kecil benci perahu berambut gelombang<br />
<br />
"do'a dan cintaku untukmu...<br />
<br />
padamu Bunda aku mohon restu...."<br />
<br />
<br />
<br />
permainan?oh.....?kesalahan?auw.....,meski sebuah cintapun akal sehat tetaplah terus ada,sakiti aku hingga meradang lalu ucapkan segala lemparan kata kata penuh penyalahan,niscaya kan kutampung...<br />
<br />
"puaskan segala macam umpatan" lelaki kecil pembenci perahu,hanya kalimat perahu itu saja!<br />
<br />
"karang buaikan segala kisah,fatamorganakan,keingkaran janji,panggung permainan....masihkah pisau lipat yang kau simpan untuku"<br />
<br />
<br />
<br />
"engkau yang memuja kebebasan,engkau yang berkata sebebas elang dilangit,engkau yang menolak batasan batasan,remuk redamlah segala apa...selamat siang....tuttt tutttt tuttsss" perbincangan usai terpotong begitu saja...<br />
<br />
<br />
<br />
Sudut Kecil Jakarta Selatan...<br />
<br />
22 April 2011 pukul 13:53Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-356095655108317162012-06-23T05:48:00.000-07:002012-06-23T05:48:38.730-07:00Pada Temaramnya Ciliwung<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBlDszjmqnK6r62wAvWBQ3QycvToTUEbaKKAf2NnXr9Chkm7Zb-waQ9GEVNsMlLZU1TzOHJ3WnDjrXqCDg9KGocgXmcjhUx4_A-qIcf-NPUncV5YCeBpslkGHXWIt5s_RUqOrbDmXlz1A/s1600/ciliwung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="163" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBlDszjmqnK6r62wAvWBQ3QycvToTUEbaKKAf2NnXr9Chkm7Zb-waQ9GEVNsMlLZU1TzOHJ3WnDjrXqCDg9KGocgXmcjhUx4_A-qIcf-NPUncV5YCeBpslkGHXWIt5s_RUqOrbDmXlz1A/s320/ciliwung.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
Ciliwung merintih-tertatih,menyusur kota<br />
Menelan sampah sepah - bergolak<br />
golak bergolak puji pada terali terali jeruji<br />
<br />
-dijendela para perawan<br />
-malu malu mengintip perjaka pulang<br />
<br />
<br />
<br />
Tawa Ciliwung menggebu-membelah mimpi<br />
Ciliwung meggibaskan tubuh ke tepian<br />
Membenamkan seluruh rasa kesakitan<br />
Menuaikan esok untuk penghuni<br />
<br />
Sebab airmu Ciliwung<br />
Memberi nafas<br />
-pada kolong kolong jembatanmu<br />
-pada kangkangangya keangkuhan gedung kota<br />
-Pada kaki kaki lima<br />
-pada kaki berantai emas<br />
-pada kaki berdasi<br />
-pada kaki berkuku lentik wangi<br />
<br />
Ciliwung<br />
-berjuta orang memaki dan juga menghisapmu<br />
Bawa serta busuk bangkai<br />
keliaran<br />
-juga tikus tikus got<br />
-bau dan sumpah serapah<br />
<br />
Ciliwung – Ciliwung bicaralah:<br />
<br />
”mestinya aku bersedih<br />
Tak bisa aku memberi lebih<br />
Biar-biar-biar-aku tak luka”<br />
<br />
<br />
<br />
"tubuhku makin kurus saja<br />
selalu dirambah-dirambah dan dirambah<br />
kemana mesti ku berpijak melangkah<br />
aku tak punya tempat tinggal-perlahan sirna"<br />
<br />
<br />
<br />
"harus dengan apa kuseret semua beban ini<br />
punggungku terus bertambah luka<br />
koreng mengiris makin menambah tipis<br />
kapan aku bisa tenang lelap?<br />
kalau darahku kau pampat?<br />
tak hendak aku banjir kawan<br />
kalau jalanku lapang..."<br />
<br />
<br />
<br />
"maafkan aku kawan-beri aku kebebasan"<br />
<br />
<br />
<br />
"jangan kau kira aku tak bersedih<br />
jangan kau kira aku bahagia dengan banjirku<br />
semata karena aku tak kuat menahan derita<br />
aku sakit....<br />
aku getas....<br />
aku prihatin....<br />
aku sendirian.....<br />
aku ingin mengerang saja..."<br />
<br />
<br />
<br />
"dengarkan aku kawan...<br />
yang kutahu kalian adalah sang pemimpin<br />
yang kutahu kalian bisa merawat ragaku...<br />
yang kutahu kalian merantaskan sendi sendiku<br />
yang kutahu<br />
aku ingin kalian tahu..."<br />
<br />
<br />
<br />
[Ciliwung bertutur penuh sendu rawan]<br />
<br />
Ciliwung – Ciliwung<br />
Punggungmu iklas untuk gembel gembel<br />
Menyatukan dan menebas kota<br />
keruh airmu,keruh alirmu<br />
Tapi tetap diminum ditenggak habis-Yang mukim<br />
Baik dasi atau sampah kering<br />
<br />
keruh airmu,keruh alirmu,keruh harimu...<br />
<br />
Ciliwung jangan marah lagi....<br />
<br />
"aku bukan marah<br />
namun memang tak ada lagi jalan ku melangkah"<br />
<br />
<br />
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.<br />
Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 60<br />
<br />
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)<br />
Alquran > Surah Ar Ruum> Ayat 41<br />
<br />
Depok,Januari 2008,mendekati senjakala 17.05 WIB<br />
<br />
"whS"<br />
<br />
catatan:<br />
pulang dari sebuah perjalanan,menjelang senja hari,hujan besar,gelap pekat,seolah dunia hendak ditelan kegelapan,serta merta guruh tiada berhenti.<br />
saat melewati jembatan Ciliwung,bergolak air keruhnya dengan kerosak suara liar tak kalah guruh mistis,dibarengi kilat berkerjap kerjap..Ciliwung bersama Gelap,Guntur,Hujan Angin seakan bersekutu menelan kotaku<br />
sepenuh sadar kuhentikan perjalanan pulang,mematikan motor,bersukur dan memohon perlindungaNYA,melepas mantel berhujan ria,merasakan alam bertutur sapa serta Ciliwung sedang berkeluh kesah berbagi cerita pada "aku" untuk didengarkan...dan teringatlah Mas Rendra [semoga kau damai disisiNya,sahabatku...] dengan sajak Ciliwungnya...<br />
teringatlah pula banjir besar 2002,dan perkenankan pula aku membuat sajak Ciliwung,yang kutangkap dari senja yang tak terlupakan itu...<br />
<br />
dan inilah hasil percakapan dua sahabat, kututurkan pada sahabat yang lain..<br />
salam Ciliwung...Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-69243330587814287952012-06-23T05:44:00.000-07:002012-06-23T05:48:59.462-07:00BALADA GERILYA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6k0n89xGcq0yYQTvD5dTaFDji7SMajoC5P1_TZacw-Zby48Fwemio6cFuA9o5dQKPCpqz-nS_WWxFhS4qAC8F7tR0ig5F7uxu_-m_UmSo7Q87yHIIAE_rGRZpinYdXYj0tq3owvrNSHk/s1600/soedirman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6k0n89xGcq0yYQTvD5dTaFDji7SMajoC5P1_TZacw-Zby48Fwemio6cFuA9o5dQKPCpqz-nS_WWxFhS4qAC8F7tR0ig5F7uxu_-m_UmSo7Q87yHIIAE_rGRZpinYdXYj0tq3owvrNSHk/s320/soedirman.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
:Kepada Jendral Soedirman<br />
<br />
Hitam langit=degub jantung<br />
Gerombol bayang,gegas...terjalin bisik<br />
Mata menatap dalam kerjap<br />
Dalam tandu dan cekikan nafas TBC..!!!<br />
“kupanggil !! engkau?-kuseru!!”<br />
<br />
Keriut dingin serta gigil..!!??<br />
Menggengam erat puja!! dan doa!!<br />
Azimat dari Bunda berupa nyanyian suhada!!<br />
Langkah menerobos tembok beton<br />
Menghunus telujuk-menebas-gerah!!<br />
<br />
Nafas nafas makin tipis !!!! dan berat !!!<br />
Langkah langkah terseok seok getas!?<br />
Direntangnya cahaya membarakan bulan<br />
Pijar pijar berpijar-memijar-warna malam<br />
Memberi kekuatan nurani<br />
Bersorban bunga puja puji<br />
<br />
Jendral !!!<br />
Darahmu rintih terjangkit malaria!<br />
Lalu kemana engkau akan kembali?<br />
<br />
”ah di persada tak henti aku mencari<br />
Dari paruh dan luas sisi ke sisi<br />
Takan henti aku disini<br />
Sampai jejak merdeka nanti<br />
Jangan sematkan segala tanda jasa<br />
Sebab pahlawan sejati mati di arena<br />
Adalah tanda jasa diatas jasa...!!!”<br />
<br />
Merayapi lorong lorong ular!!<br />
Menebah hutan pekat hari demi hari<br />
Tak gelapkah?<br />
["tidakkk!!!sebab jalan kebenaran adalah<br />
Lintas cahaya benderangnya...!!!"]<br />
Menjelajah persimpangan belantara antar waktu<br />
<br />
Jendral-Jendral!!!<br />
Darahmu rintih terbias malaria<br />
Di kemerdekaan engkau sampai<br />
Hanya menghatur<br />
Hanya menghantar<br />
Dan kini menitip disini<br />
Untuk kami<br />
<br />
Jendral-Jendral !!!<br />
Engkau tlah sampai<br />
Kami baru memulai<br />
<br />
<br />
JENDRAL...ENGKAU PAHLAWAN RAKYAT SEJATI....!!!<br />
<br />
<br />
Juli,2002<br />
Rembang sore,16.23 WIB<br />
Demi kulihat matahari indah bersinar<br />
Makam Pahlawan Kusumanegaran Yogyakarta<br />
<br />
"whS anak Ibunda"<br />
<br />
catatan:termangu didepan kesederhanaan beliau,sedang lingkunganya mulai menampakan pembangunan pembangunan,meski sebuah patung, kesederhanaanmu tiada ada terkira JendralWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-42176023727264845632012-06-22T08:53:00.001-07:002012-06-23T05:50:01.357-07:00Fragment Episode Senjakala“Keingkaran Sebuah Janji Dewi<br />
dan Balada sebuah pengorbanan besar Ibu”<br />
[dari kisah khayal penulis,sebenar benar khayal]<br />
<br />
Umbaran<br />
Setaaannnn trembelaneee……!!! Umbaran masih menghamburkan makian<br />
panjang pendek dengan menahan amarah yang sampai keubun ubun. Bagaimana mungkin angan yang terajut beberapa hari ini sirna begitu saja oleh sebuah janji?<br />
“Anjing kudisss wong ayu wong ayuuu!?!?!!meski kau sudah ingkar masih saja tetap ayuuu huh!!!oleh desakan emosi hingga mulutnya menggelembung laksana gunung berapi hendak mengeluarkan lahar amarah. Pastinya antara amarah dan rasa cinta masih berimbang kalau tidak mau dibilang cinta buta,ini yang berulah si cantik Kencono Wungu coba orang lain sudah kubikin ancur macam Mercuet yang habis berkeping kematian manusia sakti itu. Seantaro negri [bahkan sampai manca negri ] tahu akan kesaktian Umbaran yang luar biasa dan seantaro negri [bahkan sampai manca negri ] tahu akan kecantikan Kencono Ungu yang luar biasa.<br />
<br />
Pamit Bunda.<br />
Lelaki gagah tegap berambut tebal panjang sedikit berombak dengan mata tajam menatap kedepan berjalan agung berkah Dewa Dewa jelas terpancar pada langkah langkahnya,segalanya sudah lengkap saat diurapi restu Bunda untuk maju kemedan laga menumpas satru negri.<br />
“berangkat le saat kokok ayam yang pertama! jemput bapamu mentari digerbang desa mintalah kekuatan! namun jangan lupa ciumlah punggung tangannya,ingat jangan sampai keduluan yang lain!!!”Bunda berpesan dengan tutur lembut yang tertahan akibat dari kekurang iklasankah?ditinggal putra terkasih?!?.<br />
“baik Bunda,ananda esok berangkat”penuh santun duduk menunduk bertutur tak kalah halus pelan bagai berbisik<br />
“satu lagi Umbaran,saat kau keluar pintu rumahmu janganlah menengok kebelakang satukan tekad mata hati pikiran jangan cengeng le,jangan merintih pada siapapun kecuali pada Gustimu,jangan menyesali segala keputusan”setelah disahut dengan anggukan yang sangat pelan Bunda mengakhiri pesan pesan yang penuh dengan kalimat “jangan”.<br />
Bertelanjang dada tidur dilantai belakang pintu depan,berikutnya Bunda melompati sebanyak tujuh kali dengan mantra mantra terus keluar dari bibir. Pada lompatan ketujuh Bunda langsung melangkah memasuki bilik kecil dibelakang rumah yang terbiasa disebut sanggar pamujan sambil senantiasa menggumamkan mantra mantra untuk mengambil posisi duduk bersimpuh berpejam mata sangat kusu’,pada hati kecilnya Bunda berjanji akan menyudahi semadi nanti saat putra tercinta pulang membawa kemenangan,atau takan pernah beranjak hingga mati andai putra gagal mendapat janji!,atau sekalian moksa sebagai tumbal cita cita nanda! [apa itu tanda dari keraguanku?]<br />
Begitulah pagi buta bergegas mandi bersuci beruap bunga warni warna yang diambil dari sanggar pamujan pasti sudah memuat sgala japa mantra Bunda. Terasa aroma kesejukan menisik nisik sekujur tubuh hingga segar mempertebal keyakinan. Segala beres sudah, berbekal sgala doa doa Bunda berangkat melangkah agar tidak ketinggalan bapa mentari dipintu gerbang desa tak lupa sebelumnya meraup tanah Halaman rumah agar kampung halamannyapun merestui harapan lamunan;kedudukan serta si cantik Kencono ungu [betapa wangi gadis ranum molek…tak sabar rasanya mendapati malam pertama dari bidadari…wangi keringat..desah merdu suara saat kau memanggilku Kangmas…..Kencono ?].<br />
<br />
<br />
Langkah mimpi<br />
Tangan kukuhnya meraba gagang pedang sang guru dipinggang seolah meyakinkan diri bahwa tidak ketinggalan dengan wajah tetap menatap tajam lurus kedepan melihat harapan.Masih teringat mimpi malam terakhir sebelum pamit,Kencono Ungu…….ya..ya wong ayu wong ayu tunggulah Kakang segera datang memberantas perusuh yang merisaukan hatimu.<br />
<br />
Kencono Ungu<br />
Gambaran gundah sebentar duduk lalu bangun kemudian duduk lagi…bangun..duduk..kentara sangat gelisahnya!<br />
“Gerangan apa jalan yang harus aku ambil untuk menolak Umbaran…..???<br />
Dimainkannya jemari jemari lentik itu pertanda gelisah yang dalam.<br />
“Patih bagaimana ini? Dengan masih berdiri namun tanpa menghadapkan mukanya kepada Sang Patih sementara yang ditanyapun seperti tidak siap menerima pertanyaan atau tepatnya berharap agar pertanyaan tersebut tidak buat dirinya.<br />
“Patih…Patih Paman patih!?”setengah bertanya dengan nada yang agak berat merisau.<br />
“ya…yaa..ya..sahaya Dewi”menghatur sembah tergagap gugup.<br />
“bagaimana paman?”<br />
“ampuni sahaya Dewi,ampuni sahaya Dewi sungguh! jujur paman akui paman tidak berwenang menentukan jawaban…ampuni paman Dewi ampuni sahaya”tanpa berani menengadahkan wajah sementara tetap melakukan sembah.<br />
“paman ! paman bagaimana ini aku yang bertanya paman! Bukan untuk menentukan jawaban dari paman? Sepeninggal Ayahda yang bertapa bukankah Paman sekarang yang tertua dikerajaan ini?! Iyakan paman? Kemudian apa pesan Ayahnda ketika Beliau lengser keprabon berangkat menuju pertapaan kepada paman?!? Ingatkah pesan beliau paman ? begitukah cara orang yang dipercaya ayahanda?” Laksana air bah berondongan pertanyaan yang serasa sebuah godam menghujam persis dikepala.bernada memojokan.<br />
“pamannn..paman bicaralah paman dari hati paman,usah merisau”dengan sedikit kelembutan Kencono Ungu mendekati Patih.<br />
“ampuni sahaya Dewi ampuni paman”<br />
“ya paman,paman senantiasa kuampuni,sekarang bicaralah! Apa usul paman?”<br />
“baik Dewi,mohon ampun”sang paman tetap mengangkat sembah namun tetap terlihat menanggung beban berat didada.<br />
“Paman pikir apapun yang terjadi Dewi sudah bertitah…maka Dewi mesti menepati janji,Dewi mesti menerima Umbaran siapapun seperti apapun dia sesuai dengan janji Sang Dewi,janji ratu,..ampuni sahaya Dewi dulu Dewi berjanji…..” meski terlihat agak ragu Sang Patih menuturkan kisah sayembara siapapun yang mengalahkan kebo marcuet diangkat jadi pahlawan serta berhak atas tahta Negara juga bersanding dipelaminan dengan sri ratu sendiri.<br />
Semua hadirin melepas nafas panjang tanpa ada yang berani bersuara.<br />
Hening seketika pertemuan<br />
………………………………………………………<br />
Kencono Ungu diam mematung menatap kosong.<br />
…………………………………………………………….<br />
“ahhh begitu paman???” masih bertanya meyakinkan setengah bergumam.<br />
“ampuni sahaya Dewi ampuni paman”<br />
“iya paman tidak mengapa………………………………..<br />
Tapi bukankah Umbaran telah membuat huru hara merusak rumah rumah,…. “<br />
“benar Dewi,itu memang salah Umbaran,tapi semua orang tahu Umbaran berbuat begitu karena dia menuntut janji Dewi,dia meminta haknya setelah kewajibannya dia penuhi,begitu Dewi,ampuni paman”<br />
“ya paman benar tapi aku tidak menyuruh paman untuk membela umbaran paman?!?”<br />
“ampun beribu ampun Dewi” sebagaian besar hadirin tegang menahan gumpalan beban.<br />
“sekarang aku bertanya pada semua yang ada disini,siapa yang membenarkan tingkah umbaran? Apa benar dia adalah pahlawan, orang yang telah membuat kerusuhan suatu negeri?!?”<br />
…………………………………………………………<br />
………………………………………………………….<br />
“apa tidak ada yang mendengarkan suaraku?”<br />
…………………………………………………<br />
“apa kurang keras suaraku! Bukankah ini balaiurang? tempat segala rapat pembesar negri ini selama ini?….apa semua pembesar negri sudah kehilangan pendengaran?!!”<br />
……………atau sudah kehilangan lidahhhh?”<br />
“baik,sekarang siapa yang membenarkan paman patih!!!”<br />
…………………………………………………….<br />
“baik tidak ada yang membenarkan paman patih ternyata,jadi sudah jelas paman patih ternyata jabatan patih mungkin terlalu berat bagimu” Kencono Ungu tanpa sadar telah menekankan kata mu sebuah kata yang selama ini tidak pernah dilontarkan untuk menyebut patihnya.<br />
“ampuni sahaya Dewi”tetap menunduk kelu<br />
“iya, paman Dewi maafkan,tapi paman kedudukan patih bukanlah untuk membenarkan satru negri namun lebih tepat untuk membela negrinya, ratunya junjungannya!!!”<br />
“ampun Dewi paman tahu itu,ampuni sahaya Dewi”<br />
“…dan kedudukan patih sangatlah banyak yang mengincar….”<br />
“ampunnn Dewi..ampuni sahaya”<br />
“…dan ternyata banyak yang lebih pantas dari paman….!!”<br />
“sementara ternyata paman tahu bahwa patih adalah untuk membela ratunya,ini lebih berat hukumanya paman,akan tetapi mengingat begitu banyak jasa paman,maka semua itu Dewi maafkan…”<br />
“mohon ampun Dewi,banyak terimakasih paman pada Dewi…”<br />
“ya paman,untuk itu paman,paman tidak Dewi penjarakan selayaknya penjahat,begundal,satru perusuh negeri….puas engkau paman…???”<br />
“ampun Dewi,beribu terimakasih paman haturkan…”<br />
“ya paman.sekarang segera tinggalkan ruangan ini,pulanglah paman kekepatihan temui nyai patih yang sudah merindukan paman karena bukankah paman sudah satu purnama tidak pulang mengingat tugas Negara yang sangat banyak?”<br />
“baik Dewi paman haturkan segala terimakasih”<br />
“dan sampaikan salamku untuk nyai patih ya paman”<br />
“sahaya sampaikan dewi”<br />
“bersama pula pesanku segeralah paman mengajak nyai patih meninggalkan kepatihan juga negri ini..” Kencono Ungupun duduk dan tetap berwajah dingin tegang datar..<br />
“…Dewi…benarkah ini Dewi…? Apa paman tak terampuni Dewi?”<br />
“semuanya sudah jelas paman….”<br />
“paman boleh meninggalkan jabatan ini atau istana kepatihan..namun paman lahir disini,ini negri paman Dewi….? Kemana paman akan pergi?<br />
“itu masalah paman….”<br />
“..Dewi kau boleh mencopot segala kedudukan paman?tapi kalu kau usir paman?paman akan kemana Dewi?!?”<br />
“datanglah ke Umbaran…”<br />
“Dewi,….”<br />
“pergilah paman sebelum Dewi berubah pikiran…silahkan paman…”<br />
“baik Dewi mohon ampun,titip negri ini Dewi………<br />
Titah Dewi sahaya jalankan”<br />
<br />
Matahari Tenggelam<br />
Setelah mendung menggelayuti pokok tumbuhan kemudian punggung awan letih hingga menyiramkan semua keletihan mencumbu bumi.<br />
Ki Patih [kini bukan patih lagi] berjalan lesu ditemani kesetiaan Nyai patih [juga bukan nyai patih lagi] meninggalkan kerajaan yang selama ini telah memberikan kebesaran serta kemewahan,melangkah bergandeng kadang berhenti sesaat seakan tak percaya apa yang telah terjadi.Membatin berbicara menyalahkan diri bergumam ….menyumpah badan sialnya<br />
“Kencono Ungu tega kau pada paman sendiri setelah semua kubaktikan pada negeri….”<br />
Keyakinannya telah bulat menyepi kepegunungan membuat pesanggrahan memuja kebesaran Tuhan yang terlupakan.<br />
Kadang terbungkuk kadang merunduk menyingkirkan ranting penghalang jalan.<br />
‘ayo nyai kita berjalan lagi,sini nyai pelan pelan aku gandeng”<br />
“ya pelanlah lagi jalanmu kaki,huh beginilah langkah langkah tua kita tak bisa cepat digerogoti keriput juga tenaga tua telah habis,tunggu aku kaki,aduhh terjal nian sih kaki…oh Allah gusti dosa apa yang kusandang…”<br />
“nyai nyebut nyai jangan mengeluh begitu,pasti semua ini sudah dalam garisnya sabar nyai sing sabar…..ya…sabar…”<br />
“ahhh sabar kaki sabarrr,awas ati ati ki awas ki…pelan ki itu ki li….cinnn”<br />
“nyai….nyai…ahhh to…tol….”<br />
<br />
Lingsir Waktu<br />
Kencono Ungu terjaga dari mimpi buruk beserta sengalan nafas memburu tarikan tarikan tersengal tanpa aturan.<br />
“Umbaran …apapun tuntutanmu semua kuturuti hanya yang satu?uh aku Ratu…Umbaran tak mungkin punya pendamping sepertimu….yang ohhhh.”<br />
Diambilnya segelas air putih dari teko kemilau bersinar putih keperakan,setelah beberapa tegukan maka lepaslah sedikit beban.<br />
“Dulu Marcuet sangat sakti kupikir tak ada yang bisa menandingi namun kenyataannya kau bisa mengalahkan….?”<br />
Diteguk beberapakali lagi air putih yang saat itu terasa begitu segarnya.<br />
“lalu kaupun menagih janji oh Umbaran Umbaran,ya Marcuet ada tandingannya Kaupun pasti ada tandingannya Umbaran Umbaran tunggulah” Pecah sudah satu masalah.<br />
Dan Kencono Ungupun kembali menaiki ranjang gadingnya. Sebat terampil semua dayang dayang segera mengipasi dengan irama yang sudah sangat terlatih,segera Kencono Ungu kembali mendapati tidurnya lelap lelap sementara kain yang menutup jenjang kakinya sedikit tersibak membuat indah pemandangan apalagi dengan leher jenjangnya turun sedikit kebawah gunung padat kembar tertutup kain hijau pupus berdenyut memancarkan pesona mistis purbawi wanita matang dan siap dibuahi….indah cantik erotis menyimpan bara yang tiap saat tiap waktu bisa menyala panasss.<br />
<br />
Layung Sendjakala<br />
Makian Umbaran terus panjang pendek makian tak berdaya seorang pahlawan patah hati “Kencono Ungu uffhh kenapa kau bohong?Bunda Bunda masihkah semedimu?Romo roomo dimana japa keramatmu ”<br />
Penuh geram laki laki itu menyumpah serapah merusak segala rupa didepanya menghancurkan semua rintangan penghalang namun kini dengan langkah tertatih kerna ulah Mercuet menghancurkan sebelah kaki, merincau lewat suara sengau akibat hidungnya hampir rata menempel wajah …..juga matanya..matanya…!...Ya Jagat ya Dewa! manusia ataukah setan menampakan diri dia? [meski kemenangan digapai atas musuh tapi bekas dari peperangan telah merampas semua ketampanan]<br />
Dilain tempat pada waktu bersamaan disebuah desa hijau rimbun terdapat sebuah rumah mungil yang memencil masuk agak dalam ketengah hutan dengan sebuah jalan setapak tempat para petani penduduk sekitar lewat sebagai jalan pintas menuju hutan.<br />
“ Kelihatannya si empunya rumah adalah golongan Brahmana atau Resi Suci atau sebangsanya yang begitu” gumam pelintas asing kebetulan baru pernah melewati rumah kecil namun asri tersebut.<br />
“tanda tandanya jelas…tempat air untuk bersuci dipojok depan rumah nampan sesaji beraneka bunga terdapat tak jauh dari situ namun sepertinya bunga tersebut sudah mengering….?...dan darimana bau yang sangat menusuk ini….? Mengapa seperti bau……?”<br />
<br />
Agung Raya 05 Juli 05<br />
pukul 00 49 wib dini hari<br />
"whS"Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-46356349192364021932012-04-26T21:56:00.002-07:002012-04-28T03:29:15.130-07:00Nyanyian Nelayan Untuk Buah Hatinya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSvcojtAhS5lwBkb2007nPCU9Umlohd_rRKLQGTrCsVDUd-zvAKqwYbIzQ_9_q66uYciTK-mKwtwqnVd7S2k4jw0s2UBy3XEI2VLDSul4pWT6tRWAZeq8sZH3pj1NBGejPLbVu9IRkix0/s1600/IMG_4614.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSvcojtAhS5lwBkb2007nPCU9Umlohd_rRKLQGTrCsVDUd-zvAKqwYbIzQ_9_q66uYciTK-mKwtwqnVd7S2k4jw0s2UBy3XEI2VLDSul4pWT6tRWAZeq8sZH3pj1NBGejPLbVu9IRkix0/s320/IMG_4614.JPG" /></a></div><br />
<br />
<br />
marilah melaut anaku<br />
kita cumbui badai<br />
peluk mesrai ombak<br />
menunggang gelombang<br />
<br />
kita belah jantung samudra hingga membuih<br />
lepas dari satu ketegangan menuju ketegangan baru<br />
amat nyata,amat menantang,jangan terlena<br />
<br />
disana tiada kemunafikan nak<br />
alam selamanya jujur<br />
laut selalu begitu anaku<br />
ketika kita bisa bersejiwa<br />
bahkan mati menjadi sebuah kemanunggalan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1sNZLGqsPmyV5cvfaf10CIMk9muxE0McOcswDjq8JUNr69cgZJSNE4pvbAsByCo7miLLDCKzMg3L42nSy7Dnb7k55b7av4jAuy9gQWTZx1NW92ULERaUWRWnATKaWMeEbQN74itJiP4/s1600/IMG_4617.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1sNZLGqsPmyV5cvfaf10CIMk9muxE0McOcswDjq8JUNr69cgZJSNE4pvbAsByCo7miLLDCKzMg3L42nSy7Dnb7k55b7av4jAuy9gQWTZx1NW92ULERaUWRWnATKaWMeEbQN74itJiP4/s320/IMG_4617.JPG" /></a></div><br />
<br />
dia menelan segala derita,disimpanya seluruh luka<br />
pada kandung perutnya terdapat karun tiada tara<br />
bahkan manikam terkilau<br />
hadiah untuk yang ulet sabar dan bekerja keras<br />
tak melukai tubuh maupun punggungnya<br />
disini lebih jujur dibanding disana<br />
tapi begitulah:dimana kekayaan tersimpan<br />
sang penjaga kokoh berdiri<br />
mencabuk siperusak nurani<br />
<br />
melaut anaku melaut<br />
lupakan sejenak pahit getir hidup<br />
<br />
Angke, 03/05/2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-19836332034630451702012-04-20T03:20:00.002-07:002012-04-20T08:45:31.347-07:00Cerita Tentang Ibu<div style="text-align: justify;"><br />
</div><i>:Senja Savana</i><br />
<br />
<i>betapa angin sering berbisik lirih</i><br />
<i>tentang Sarip </i><br />
<i>menunggu namanya di sebut bunda</i><br />
<i>pahlawan muda itu selalu saja terbangun</i><br />
<i>menjemput seruan bunda</i><br />
<i>bahkan dari matinya...</i><br />
<br />
ketika pergulatan hidup seolah menjadi deraan lautan luas lebarnya,siapakah yang sukses merenangi sampai ke dermaga? ketika mentari bertahta di ubun ubun pada bentang gurun pasir,siapakah yang lunas menunaikan perjalananya? kesangsian dalam juang,siapakah yang sanggup mengusir keraguan hati ketika beban demi beban menggelayut tubuh tak henti henti?<br />
<br />
oh laut mana yang tak mau ia arungi? sedang tiap tapak kakinya adalah berkah demi berkah semata. matahari mana yang tak mau menerangi,sedang hari harinya adalah karunia,o ya,rembulan mana yang tak mau elok menjembatani kelopak demi kelopak bunga,kerna tiap senyumnya adalah lambaian terwangi.<br />
<br />
Ibu<br />
benar aku bukan Sarip<br />
tapi aku tau,kau simpan segala duka<br />
kau kunyah derita<br />
lantas kau jadikan mantra mantra<br />
yang terbaik untuku<br />
<br />
berjam jam kau berdo'a,<br />
berhari hari kau dalam kerja<br />
mengadaikan nyawa<br />
mengadukan yang segala bisa<br />
untuk mempersiapkan anakmu pada kelak<br />
<br />
bagi kami kanak,awal hari bermula dari<br />
bisik lirihmu takala membangunkan<br />
"nak arungilah waktu,belajarlah sebaik mampu"<br />
kemudian sarapan pagi kudapati,lalu tak kau isikah perutmu bunda?<br />
ah sepagi itu bahkan sudah kau teteskan keringat,untuk anakmu<br />
<br />
sosok itu makin renta,keriput,bahwa setiap gurat wajahnya sebuah penanda hidup penuh pengabdian,sepagi itu ia tlah bangun,lantas memetik lagu terdamai dengan percintaan dengan-Nya,di tanak nasi buat sang anak,di jereng kopi buat sang suami,dan satu demi satu ia bangunkan kesadaranya,untuk menempuh amsal,sedang perut sendiri? olala,sisa sisa sarapan yang berserak di meja makan menjadi sarapan termanis baginya.<br />
<br />
oh rasa syukur terkumandang sebagai hujan deras dari bibir itu,tak ada keluh apalagi kesah,semua di telan sebagai ibadah. larutlah larutlah semua yang terangkai pada genggaman. siapakah teman sejati baginya? tak lain dan tak bukan hanyalah kasihNya semata.<br />
<br />
Ibu<br />
senyum tulusmu<br />
sesungguhnya tlah memanggangku<br />
itulah mengapa tak ada usai bagi hembus angin<br />
sebab penjuru adalah wadah tak jemu jemu<br />
air tak henti mengalir<br />
kapanpun<br />
dari darasnya cinta Ibu<br />
rapal apa pula yang ia gumamkan<br />
pada sepertiga malam paling sunyi?<br />
paling sendiri<br />
hanya ada Dia dengan dirinya<br />
iya<br />
nama sang anak,utama dalam zikir beliau<br />
tak kunjung tuntas bagi cinta terbesar<br />
ia maha laut sumber kisah<br />
sumber kasih<br />
<br />
<br />
bertahun lalu,nilaiku hancur,mimpi besar dari rumah berkeping keping<br />
ketakutan menghadapmu,dengan tangan hampaku<br />
ah senyumu menenangkan segalanya<br />
"berusaha lagi nak,berusaha lagi,kaulah yang terbaik nak"<br />
<br />
seorang anak berharapan besar,menempuh ujian demi ujian,"sekolah yang baik nak" kata beliau,acapkali sang anak ingkar dari janji,padahal sang bunda menabung sen demi sen hanya untuk sang anak,bahkan bunda tak sempat untuk membeli kebahagiaan kemewahan kecil buat dirinya sendiri,tak heran ketika nilainya jeblok,penuh sesal ia menghadap bunda dan perempuan paruh baya tersebut penuh cinta penuh pengertian akan berkata,"sudahlah nak,berjuanglah lagi,kau anak yang baik,mutiara bagi bunda,pasti kau bisa anaku" [Bunda benarkah kau tak tau kenakalan kenakalanku? aku yakin kau pasti tau,hanya karena luas tanpa tepilah hatimu hingga kau tetap membanggakan anakmu]<br />
<br />
ku urai kisah ini,saat pagi mengetuk ketuk jendela<br />
coba perdengarkan suara pelan mentari yang berpapas bulan bintang<br />
"perkabarkan pada mereka setiap biji tasbih kasihnya,bahwa ada cinta takan kunjung lunas"<br />
<br />
air mata,kucur keringat<br />
duka suka<br />
seggenggam harap<br />
tenaga tanpa penat<br />
<br />
<br />
<i>"Ripppp Saripppppp.....!!!!!"</i><br />
<i>"duli anakmu menghadap bunda</i>"<br />
<br />
<br />
Depok, 20 April 2012, 01.30 WIB<br />
kutuliskan untuk seorang sahabat<br />
<br />
catatan kaki: Sarip yang dimaksud adalah Sarip Tamba Oso,seorang anak muda Jagoan dari Gedangan Sidorjo Dusun Tambak Oso,seorang pemberani penentang penjajahan Belanda,konon entah mati berapa kali sekalipun ketika bunda memaggil namanya maka seketika ia tersadar dari mati dan hidup kembali<br />
<br />
Sebuah kisah kepahlawanan dari arek arek Suroboyo di Jaman Penjajahan Belanda. Kisah seperti si Pitung seorang jagoan silat, tetapi juga seorang perampok orang orang kaya yang bekerja sama dengan kumpeni dan hasilnya diberikan pada masyarakat miskin.Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-19195451877066107342012-04-19T08:54:00.000-07:002012-04-28T03:39:52.952-07:00Sajak Sajak Kepadamu IV<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrdC-k3dI9qfSjRam-fUAnfge6P2LXPYTUiEnvTmRv1LFgKd8VekeUBuFRV9z_mhGX7fb69zgpkkDs4C8d40hkbCxg4SMmR8pxptzGRYb14wDCJ5xT6dHw9suzH-iU6sI7x33FWKuu-Gw/s1600/IMG_4084.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrdC-k3dI9qfSjRam-fUAnfge6P2LXPYTUiEnvTmRv1LFgKd8VekeUBuFRV9z_mhGX7fb69zgpkkDs4C8d40hkbCxg4SMmR8pxptzGRYb14wDCJ5xT6dHw9suzH-iU6sI7x33FWKuu-Gw/s320/IMG_4084.JPG" /></a></div><br />
<br />
<br />
<strong>Serangkum Nyala</strong><br />
<br />
secawan kopi pagi ini berceloteh kepadaku<br />
wangi berkabar hingga memekarkan cuping hidung<br />
kental manis hitam pekat<br />
kepulnya terus menuju angkasa<br />
jejak jejak enggan kutuliskan menjadi semacam catatan<br />
oleh sebab aku merasa ragu,pantaskah kutorehkan semua itu<br />
<br />
<br />
kini aku mengejar bayang,<br />
beradu cepat dengan roda mobil<br />
seperti berputarnya waktu<br />
terus menggilas atau tergilas<br />
sesekali hujan tempias<br />
ternyata inilah hidup<br />
harus bersinergi dengan alam<br />
<br />
<br />
bayang kisah tua datang mengendap endap<br />
dengan lukisan langit maha indah<br />
secawan kopi kembali mengepul<br />
tertulis kasidah kisah berikut mungkin<br />
ah sebaiknya kujalani saja detak detik waktu<br />
tak usah banyak tanya lagi<br />
serangkum nyala biru didua telapak tanganku<br />
<br />
<em>Solo 26/12/2011</em><br />
<br />
<br />
<strong>Perjalanan Senja</strong><br />
<br />
tepat pukul 3 seseorang menjemputku<br />
dari jauh Kedung Ombo melambai lambai<br />
beratap langit yang menghampar biru legam<br />
sedang pohonan laksana jubah ksatria<br />
gagap setiap sendi tubuhku<br />
menangkap puisi terindah dihadapan mata<br />
sedang jemariku tak kuasa mewakili<br />
<br />
<br />
kupikir akan gampang menangkap dialog daun daun<br />
yang berkesiur ditiup angin<br />
atau bisikan bisikan danau pada bangau bangau diatasnya<br />
ternyata semua tak gampang<br />
jemariku makin bergeletar<br />
menatap pagelaran alam<br />
sesekali kendaraan bergoyang seperti hendak terbang<br />
menapaki jalan terjal,penuh lobang,bebatuan<br />
hai kurasa benarlah ini kehidupan<br />
selalu saja ada onak duri pengganggu perjalanan<br />
semua menuju kematangan tentu<br />
<br />
<br />
kegagalan lintas akan selalu ada<br />
ketajaman pikir menundukan semua itu<br />
agar hidup tak abu abu<br />
hitam putih nyata terbentang<br />
<br />
<br />
Kedung Ombo 26/12/2011<br />
<br />
<br />
<strong>Kidung</strong><br />
<br />
:Pipit F<br />
<br />
kembali senja masih berpanorama<br />
dibatas cakrawala semburat merah matahari<br />
Tangan Sang Kekasih berkenan mengusap lembut<br />
sinar perak menyala gagah<br />
<br />
<br />
pabila pergulatan nasib seolah menekan pundak<br />
jangan surutkan menyeirama nasib,jangan surutkan!<br />
berkali jatuh dan berkali bangun<br />
untuk menemukan inti kemenangan<br />
<br />
<br />
jingga semburat merayap turun kebumi<br />
dilingkari wajahmu dalam anganku<br />
dibalik bukit angin menghembuskan dingin<br />
cericit kelelawar hendak kelana<br />
purna sungguh itu pemandangan<br />
sebentar lagi sedap malam membagi wanginya....<br />
o<br />
kesempurnaan tak terjabarkan<br />
<br />
<br />
kalau kisah serupa perjalanan<br />
batu tajam sebagai ujian<br />
tongkat kuat adalah penunduk kelicinan<br />
bersumber dari nurani<br />
yang tak henti dikaji dan mengkaji<br />
menerima anugrah penuh syukur suka cita<br />
<br />
Purwodadi 27/12/2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-39938008999824643672012-04-19T08:52:00.002-07:002012-04-19T08:52:38.723-07:00Sajak Sajak Kepadamu III<strong>Bisik</strong><br />
<br />
kusenandunglagukan sajak dibalik malam<br />
mengiringi hausnya sinar wajahmu dihati<br />
malam makin pekat sepi<br />
menghujan kelana pada penantian<br />
<br />
kilat menusuk nusuk rasaku<br />
mengigil didedah badai<br />
kewarasan mungkin luntur<br />
mokswa terbawa angin lalu<br />
<br />
kekasih.....kau yang kusebut senantiasa<br />
<br />
duhhh,yang menulisi hatinya dengan tinta berkilau<br />
adakah tak kau rasa bisiku diujung daun daun<br />
melalui bibir malam<br />
kusirami mekar kembang kembang<br />
dari kelopak merah kesumba<br />
dari hati damamimu<br />
<br />
kini ku katakan padamu<br />
aku ingin menuliskan namamu seindah mungkin<br />
dalam bait bait puisi<br />
sebab keresahan melandaku<br />
hingga menuju nisbi<br />
<br />
<br />
<strong>Derit Pintu</strong><br />
<br />
derit pintu<br />
di jantung malam<br />
menemani kesaksian<br />
mengetuk sukmamu<br />
<br />
derit pintu<br />
menggugah lelap<br />
kubasuh wajahku<br />
menantimu<br />
dalam percakapan<br />
yang makin sunyi<br />
<br />
angin bertambah rapat dan dingin<br />
perlahan bulir embun menitik satu satu<br />
makin kedap suasana<br />
begitu cinta membelukar<br />
menumpahkan didihnya<br />
bergeletar<br />
menangkap kasihmu<br />
<br />
Kau<br />
tersenyum<br />
mengusap kesadaran!<br />
<br />
Sanggar Bambutali 19/12/2011<br />
<br />
<br />
<strong>Percakapan</strong><br />
<br />
:Astry Maniez<br />
<br />
memunggungi hujan ia menempuh rimba<br />
disapa sepanjang alur perjalanan<br />
direntehkanya duri yang membenalu<br />
ah semua tuba pahit rasanya<br />
bahkan bintang tak hanya sekedar di genggam<br />
ia seiring<br />
hai perjalanan penuh kerikil tajam rupanya?<br />
ah ya<br />
agar kaki jiwa kuat katamu!<br />
mari kita bicara tentang kesatria sejati<br />
begini<br />
setiap satria dalam lakon lakon pewayangan<br />
mula hidup menjalani upacara awal<br />
maka kawah candradimuka mendidih melumat tubuh<br />
beribu gunung menjadi<br />
samudera luas meraba raba<br />
dan jadilah sosok manusia sejati<br />
<br />
kini aku mau bercerita soal nasi<br />
ketika masih menjadi sejumput padi<br />
sebelumnya ia diketam dan dirawat<br />
lantas<br />
disosoh halus<br />
perih dan panas<br />
menjadi bulir beras<br />
dan terhidang sepiring nasi<br />
satu lagi langkah<br />
melewati tenggorokan kita<br />
menuju lambung<br />
purna sudah bakti<br />
lengkap sudah<br />
mendapati<br />
memberi<br />
[seolah kau berkata<br />
tunjukan padaku cobaanmu<br />
maka aku tau<br />
seberapa besar dirimu]<br />
<br />
aku ingin murwat<br />
itu saja<br />
masih katamu.<br />
<br />
Depok 20/12/2011, 18.52 WIBWidhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-27656410861791382832012-04-19T08:39:00.003-07:002012-04-28T03:47:59.130-07:00Sajak Sajak Kepadamu II<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHgA75f9FqDQYBRaW-i5azimEoTRKquQFrHi78eI_IkKvYR3iZWKie9s5ZjlCTdO7d_QNiGSd5jcNOY_zHRmVBPQBQnnrgEh69Z5Vy_HTRzHsYO-SqhLN-y2rq0v2xHVAKw7o0Ew8hsoM/s1600/fot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHgA75f9FqDQYBRaW-i5azimEoTRKquQFrHi78eI_IkKvYR3iZWKie9s5ZjlCTdO7d_QNiGSd5jcNOY_zHRmVBPQBQnnrgEh69Z5Vy_HTRzHsYO-SqhLN-y2rq0v2xHVAKw7o0Ew8hsoM/s400/fot.jpg" width="400" /></a></div><br />
<br />
<br />
<b>Tentang Sinar Teduhmu</b><br />
<br />
menatap wajahmu adalah menggali kesejukan sendang<br />
namun masih saja aku terpana kagum karenanya<br />
setiap gumpalan awan akan menetes menjadi hujan<br />
padamukah meneduhkan diri dari kuyup?<br />
<br />
lihatlah arak arakan laron<br />
mereka menuju pulang dan berdiang<br />
tikarmukah untuku melepas penat?<br />
<br />
hatiku kini menjela jela<br />
melukiskan keluarga bahagia<br />
kanak kanak bermain bersuka<br />
berlarian disekitar kita<br />
aku terus menikmati kesejukan sendang wajahmu<br />
<br />
senja turun diberanda<br />
hari makin teduh nyatanya<br />
kau hidangkan teh kental penawar dahaga<br />
keindahan sore mewarnai kesejukan sendangmu<br />
<br />
baiklah<br />
ini mungkin kerna rasa sedang menggila<br />
sebab akan ada pembuktian nanti<br />
bahwa kesejukan dan keteduhan<br />
menjadi sebuah kesaksian menuju<br />
di meja pengadilan hakiki<br />
<br />
<br />
Depok 16/11/2011<br />
<br />
<b>Kuseru Kau Kekasih</b><br />
<br />
ingin kutuliskan namamu<br />
hanya namamu<br />
bersama sebait puisi syahdu<br />
bergemuruh lapar akan suamu<br />
<br />
namun tak pernah aku bisa menuliskan<br />
yang tercipta hanya segambar kuntum mawar<br />
<br />
diluaran hujan,berkal kali petir menggelegar<br />
suhu makin dingin menusuk nusuk jiwa<br />
oleh kearifan memaknai pertanda<br />
kepastian setiap yang dicipta ada kegunaan<br />
<br />
ingin kutuliskan namamu<br />
namun yang kudapati keharuman abadi seluruh penjuru<br />
<br />
hujan makin deras<br />
debu debu menyatu dengan tanah<br />
situs situs besih jelas terbaca<br />
hidup berlanjut<br />
meski berteman badai keangkaraan<br />
sehingga meditasi tanpa ketenangan lagi<br />
sekedar menjadi ruang hiasan<br />
manusia bangga akan kecerdasanya<br />
berawal dari kebebalanya sendiri<br />
berakhir di tahta kesombongan<br />
kesadaran lebar lebar merongga<br />
<br />
ingin kutuliskan namamu<br />
menjadi teman bagi kejumudanku<br />
hingga benalu benalu tanggal<br />
kemudian bersemi tunas tunas baru<br />
seabadi edelweis pegunungan tertinggi<br />
<br />
<br />
Margonda,17/11/2011<br />
<br />
<b>Kenang Kehilangan</b><br />
<br />
aku pernah menggembarakan lintas begini<br />
nanti kita akan hilang dan kehilangan<br />
kenang akan menyeiring waktu<br />
<br />
bahkan disaat teromantis yang paling sederhana sekalipun<br />
ketika hujan reda,tinggal basah tetes daun daun<br />
kau menghidang senyum manis bersama secawan kopi<br />
khidmat tegukanku<br />
mengalirkan semesta rasa<br />
beradu pandang<br />
lantas kesunyian merambat<br />
memenuhi udara disekitar<br />
hanya lenguh dan rasa syukur setelahnya<br />
<br />
ah kehilangan memang berat sesungguhnya<br />
anak anak kini tlah besar<br />
berangkat menuntut ilmu setelahnya bermain<br />
remaja tanpa beban,seperti kita dulu<br />
lalu aku atau kau sendiri menunggu mereka<br />
kosong dan sepi<br />
sepi dan kosong<br />
berteman bayangmu<br />
nglangut<br />
aku terasing berselimut rentanya duka<br />
<br />
pagi buta sikecil berceloteh<br />
tentang ibunya atau bapaknya<br />
masih ngiang bisikmu<br />
agar aku bangun lekas lekas<br />
menemanimu memasak dan mengolah waktu<br />
bahkan masih jelas aroma keringatmu<br />
<br />
ah sudahlah<br />
sesungguhnya waktu akan tiba<br />
dan tak ada yang benar benar siap menghadapi<br />
kita hanyalah titah<br />
meminjam ini raga untuk dikembalikan nanti<br />
pada yang empunya<br />
<br />
kini marilah kita rawat semai<br />
tanaman kebaikan kita<br />
menghilangkan hama hama keburukan<br />
berusaha tanpa alpa tanpa khilaf<br />
meminimalisir setiap cela<br />
sebab kita berisi noda noda<br />
<br />
<br />
Depok 18/11/2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-16539018007054529372012-04-19T08:37:00.004-07:002012-04-19T08:44:16.499-07:00Sajak Sajak Kepadamu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioLArv0bKy1m7fCxwcASXpgh1CSwN9eFMv7Du3cTGaN696OrCkZKWW3cy8YAmRk_wZMUuu8TB5H8WriihaQdfaJA0Q4OjmpKRuwB4asVOvOnplkVzb5bqkuG-aUt9_rd20pzSGSpZtM6Y/s1600/fii.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioLArv0bKy1m7fCxwcASXpgh1CSwN9eFMv7Du3cTGaN696OrCkZKWW3cy8YAmRk_wZMUuu8TB5H8WriihaQdfaJA0Q4OjmpKRuwB4asVOvOnplkVzb5bqkuG-aUt9_rd20pzSGSpZtM6Y/s400/fii.jpg" width="400" /></a></div><br />
<br />
<br />
<b>Pojok Kali Diantara Pertemuan Dua Angin</b><br />
<br />
Pojok kali kerosak daun daun<br />
temaram, tentunya aku disini<br />
wahai sayangku<br />
senja ke senja yang melembayung ini<br />
aku setia mencakung duduk sendiri<br />
di gigir kali yang berair buthek<br />
meremah pemandangan sebentar lagi gelap<br />
meggeremang selaksa raksasa tertidur<br />
<br />
angin gunung akan turun pelan pelan<br />
menyibak panas disela keringat sisa kerja<br />
duhai kekasihku<br />
disini aku bisa melihat dengan jelas<br />
mereka sebentar bercakap<br />
menyoal tanda tanda juga perihal kehidupan<br />
hatiku yang gerah serta rantas<br />
lantas menyeruak kedalam kericik air<br />
berharap sedikit ketenangan<br />
atau tempat aduan<br />
<br />
kenapa semua mesti memuara?<br />
kenapa pula aku mesti mengadu disini?<br />
kekasihku<br />
ya<br />
beginilah hati<br />
tak cukup waktu untuk menceritakanya<br />
jadi<br />
marilah kita bicara dengan diam<br />
<br />
ah dengan diam?<br />
iya kekasihku<br />
sebab diam menyimpan keriuhan makna makna<br />
kau tau maksudku bukan?<br />
<br />
begitu lama aku mencangkung disini<br />
sedang gerisik angin tlah lama lalu<br />
mereka akan datang lagi esok hari<br />
seperti janjiku juga<br />
<br />
kini langit mulai gelap<br />
pojok kali serta senja tlah berpisah<br />
aduanku sudah ada pada mereka<br />
dibawanya menuju langitmu tentu<br />
soal engkau yang selalu kutunggu<br />
<br />
Bogor 9/11/2011<br />
<br />
<b>Buih Buih Ombak</b><br />
<br />
ketika ceritamu itu<br />
terus bermain main di atmosfir keseharianku<br />
lantas kau menggelar sebuah kidung<br />
lalu kita merasuk didalamnya<br />
menjadi sekar asmaradhana<br />
<br />
gema lagu menyayat nyayat<br />
berasal dari suara headphone yang pekak<br />
teman seperjalanan dikereta api malam ini<br />
membuat perasaan mengawang seolah didekatmu<br />
kangenku membludak<br />
sebagai lautan tak sepi dari ombak<br />
<br />
ooo nyanyi itu sayangku,nyanyi itu<br />
bercerita tentang kecengengan kasih yang mendamba<br />
senandung pilu tlutur dewata<br />
bisa juga wuyung<br />
bahkan megatruh<br />
sebuah muasal<br />
keakuan<br />
<br />
sesiapa yang patuh mendekap keyakinan<br />
itu katamu dulu<br />
kemudian mengolah diri beserta alam<br />
ia adalah intan mutiara kehidupan<br />
inilah kekuatan rupanya<br />
bahwa pengabdian untuk kesabaran berarti pula kemerdekaan<br />
<br />
Depok 14/11/2011<br />
<br />
<b>Gejolak</b><br />
<br />
jantungku berdetak memburu buru<br />
sebagai sebuah tanya<br />
pukang tak hendak tiba<br />
<br />
menggundah saja<br />
belukar kering hendak terbakar<br />
apinya segera saja memuara<br />
<br />
tak usah bertanya tentang apa<br />
sebab temu serupa perjamuan<br />
mengudap makanan kecil<br />
berkelakar<br />
terdiam disudut kisah<br />
<br />
perih luka sekedar perjalanan saja<br />
menggenapi kematangan jiwa<br />
kiprah<br />
<br />
<br />
<br />
Depok 16/11/2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-48013266515827125222012-04-19T04:22:00.000-07:002012-04-19T04:22:07.858-07:00Sejoli Pemahat Mentari:Pronocitro Layonsari/Kepada Kakek Nenek Yang bergandengan Mesra Dijembatan Penyeberangan Margonda Raya<br />
<br />
"Perdengarkan padaku senandungmu Layonsari<br />
sebelum gembala beranjak pulang. Melewati kebun kebun<br />
pedalaman hutan tempat moksanya petapa tua. Perdengarkan!<br />
ketika senja menuju petang,waktu dimana berobah<br />
sejurus mistis sunyi.<br />
terbelah menunggu sapaan mambang"<br />
<br />
"Kakang Pronocitro,kugembalakan seluruh munajat menujumu<br />
mengikuti aliran bengawan<br />
mendedangkan luka nan buram<br />
tikai masa. ketidak adilan.<br />
Pukang lalu.Rindik anjing dikaki sang tuan"<br />
<br />
rindu larut pada cangkir dimeja makan tanpa perjamuan<br />
adalah teguk demi teguk tiap teguk memberikan kehausan kehausan baru...<br />
<br />
Mereka menempuh rimba,sebagai ksatria menumpahkan darma.<br />
Agung serta kesepian-sendiri<br />
Dilindasnya kecewa airmata<br />
Dimentahkanya kutuk dari kotak para dewa.<br />
<br />
meniti pelangi,membelah gelegar kehidupan<br />
menyampirkan kegelisahan,memikul bahtera<br />
pasi pucat lakon lakon<br />
<br />
Agaknya maut memaniskan muasal pengorbanan,begitu abadi itu kisah.<br />
Adakah kesetiaan andai mereka berusia hingga renta disatukan bukan saja hanya dialam sana?<br />
<br />
Margonda Raya, 7/9/2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-81196235712063170362012-04-19T04:14:00.000-07:002012-04-19T04:14:57.826-07:00Dan Janjipun Tunai<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXOd7S5iY0kqjbftY6SVGI-sxDHGIE20BlTYaN6QVUw1QI5OkC3krjZkc6BeowZZx8Lnxa1aabdkUSSr2y5G5NtTvnwspduie0rI7k3GL2-BoYq3it1JSvWUn8G6_Bqvxt9bVsvD5Bbys/s1600/sumantri-arjunasasrabahu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="269" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXOd7S5iY0kqjbftY6SVGI-sxDHGIE20BlTYaN6QVUw1QI5OkC3krjZkc6BeowZZx8Lnxa1aabdkUSSr2y5G5NtTvnwspduie0rI7k3GL2-BoYq3it1JSvWUn8G6_Bqvxt9bVsvD5Bbys/s320/sumantri-arjunasasrabahu.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<br />
:untuk mangkatnya Patih Suwanda<br />
<br />
hening pekur itu meragukah engkau ksatria?<br />
beban lah sudah sudah tak henti<br />
titah prabu sang junjungan menumpas Rahwana<br />
pada kemah perang besar itu Suwanda takluk disepi malam<br />
hanya bau darah serta sisa isak tangis terdengar<br />
sedang hewan penghias malampun bergidik telingas-mengendap-berbisik<br />
<br />
sekelabat samar antara sadar terjaga,selaksa mimpi dalam tidur<br />
selesat cahya menelurkan rupa,maya,lembut mistis<br />
"kekasihku" Narada dewa menyabda<br />
"pukulun" jawab sang patih tunduk<br />
"engkau satria tama kekasih,sebagai yang sejati berbaktilah engkau dengan cinta<br />
usahlah kau pamrih<br />
pamrih hanya menjadi duri pada jalanmu<br />
kegelisahanmu kerna engkau berpikir tentang hasil<br />
bukan hasil itu benar pengikat kebahagiaan<br />
tapi perjuangan tak kenal lelah adalah kemanisan"<br />
"titah pukulun,hamba laksanakan"<br />
......lenyap sang maya,alam lelimengan seakan waktu berhenti detak<br />
<br />
hujan tangis tak redakan itu perang<br />
badai airmata tak pula redupkan niat<br />
perang selalu meninggalkan kekalahan<br />
baik untuk sipemenang atau sikalah<br />
semua kehilangan<br />
<br />
Dadali serta Triwikrama berkelindan saling binasa membinasakan<br />
"oh adinda...apaah kini saatnya kakang menyusulmu?'<br />
keraguan Suwanda tak sirap,Sukrasana seakan menyeru namanya,ingatanya kepada sang adik<br />
saatnya tlah tiba melunaskan yang dijanjikan menyelesaikan hutang-piutangnya saat kehidupan ini.<br />
tiada kelahiran baru-tiada!<br />
"engkau kutunggu dipintu itu kakang" seru Sukrasana.<br />
"penandanya ada ditaring Rahwana raja"<br />
menang dan menang meski seribu raksasa sekalipun<br />
dalam kesadaran<br />
betapa alam ini adalah penguasa,tiada yang luput dari janji<br />
semua akan terlindas cakra manggilingan<br />
"baik,kupungkasi ini semua,kini!,ya ,Kini!"<br />
kutuntaskan hutangku"<br />
sembah sujudku demi Ibu Pertiwi.<br />
<br />
Suwanda pasrah manunggal dengan keiklasan,<br />
"tak kumiliki sesuatupun,juga selembar raga ini,juga sebutir nyawa ini,hakikatku tak berpunya "<br />
pantang ksatria kekasih para dewa beranjak dari tanggungjawab Maha Tunggal pemilik semesta raya<br />
"tak ada aku...<br />
tiap tetes darahku yang ngalir adalah menujuMU<br />
aku hanya melihat Engkau Sang Sejati<br />
hanya ada Engkau dimata batinku,lainya tiada....ya,Engkau,duhai"<br />
<br />
matahari meredup seredup redupnya<br />
langit murung<br />
cuaca gelisah,hujan riwis mengerang<br />
maya kusyu dalam kesedihan agung<br />
menghantar sang kekasih mangkat dari medan laga<br />
dengan raga belah<br />
dengan jiwa tumpah<br />
menghadap Kekasih Sejati<br />
Yang Tunggal<br />
<br />
diantara awan awan yang merintih pilu,sepasang peksi bergandeng tangan<br />
"adikudi maafkan kakang" dada yang wutah dibekapnya<br />
"kakang usai sudah penantianku,kau lampus,mari kita sowan kakang"<br />
berpeluk tak lepas sepasang itu peksi<br />
"adinda,mari adinda,purna sudah selembar badan......." kucur darah saksi diahir nanti<br />
"rupamu elok kakang,mangkatmu sempurna sebagai ksatria,niscaya bunda bumi mewangi menyambutmu"<br />
kembali perang bercerita soal kehilangan dan kehilangan<br />
<br />
gunungan tertata miring,blencong memudar,gending nelangsa melantunkan undur undur kajongan bersalin megatruh mengiris perih hingga tiada darah menyecer,seolah kulit luka tergores menyiprat cuka<br />
sangat perih<br />
alam kembali pada Yang Hak.<br />
<br />
----------------------------------------------------------<br />
<br />
tak ada kepemilikan apapun,keakuan adalah ego pengikat kepemilikan<br />
Gusti yang bersemayam didada nurani sang patih adalah sang penuntun sejati<br />
ketika sang patih merelakan kepemilikan maka ia disambut oleh Kang Murbeng Dumadi.<br />
dipuncak pucuk kelanggengan nan abadi<br />
mokswa<br />
-sidem-<br />
<br />
<br />
<br />
Depok,Medio September 2011Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-24250156750197070572012-04-18T10:50:00.002-07:002012-04-18T10:57:15.800-07:00- aku ingin menari hingga mabuk -<b>[untuk tarian Rumi Sang Sufi Penuh Cinta]</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigDhpKffH5CZLsQi4R3SJfM9NLlKOsp_VUf-jmtLV-8G-SzVKmvFxlKioJCOf7uTvmHw9VH7RRlUMEMuq8Kt442v47Y1a-QXfO5fmOmsgFp66Ql2MvkOv8X3g4Z5mcQ9qsEj3seizmZ-c/s1600/rumi+i.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigDhpKffH5CZLsQi4R3SJfM9NLlKOsp_VUf-jmtLV-8G-SzVKmvFxlKioJCOf7uTvmHw9VH7RRlUMEMuq8Kt442v47Y1a-QXfO5fmOmsgFp66Ql2MvkOv8X3g4Z5mcQ9qsEj3seizmZ-c/s320/rumi+i.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b>Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?" </b></div><div style="text-align: center;"><b> Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."***</b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Ibu<br />
kumohon restumu tiap waktu</div><div style="text-align: center;">izinkan aku menari malam ini</div><div style="text-align: center;">iya menari</div><div style="text-align: center;">untuk menjumpa kekasih hati</div><div style="text-align: center;">aku ingin menari malam ini</div><div style="text-align: center;">hingga kekasih datang bersama nyala cinta di dada</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Ibu</div><div style="text-align: center;">ruhku menari mengangkasa</div><div style="text-align: center;">larut dengan semesta</div><div style="text-align: center;">menari terus menari</div><div style="text-align: center;">untuk menyatu dengan yang tiada</div><div style="text-align: center;">wangi wangi wangi dalam cekikan nikmat kelaparan</div><div style="text-align: center;">zikir agung oleh jiwa yang hina dina di hadapaNya</div><div style="text-align: center;">aku hanya punya cinta duhai kekasih</div><div style="text-align: center;">sungguh aku miskin tiada rupa di hadapanMU</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">ooo aku jiwa yang haus anggur cintaMU</div><div style="text-align: center;">biarkan aku mabuk kepayang</div><div style="text-align: center;">lihat airmataku menetes deras mengharap kasihMU</div><div style="text-align: center;">ooo yang menggenggam segala sukma</div><div style="text-align: center;">betapa segala kemilau dunia itu semu adanya</div><div style="text-align: center;">kadang sungguh menyesatkan rambu jalanya</div><div style="text-align: center;">bebaskan aku,bebaskan aku dari kesesatan</div><div style="text-align: center;">aku ingin menari hingga benalu benalu di diriku lepas tanggal</div><div style="text-align: center;">debu debu di kulitku enyah</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">ooo kekasih aku mencarimu kesegenap penjuru</div><div style="text-align: center;">aku mencarimu setiap saat</div><div style="text-align: center;">aduhh mataku yang silau oleh godaan godaan</div><div style="text-align: center;">menghalangi pandang</div><div style="text-align: center;">kusadari kau tepat memeluku ada di sepanjang waktu</div><div style="text-align: center;">maafkan aku kekasih maafkan aku cinta maafkan duh Gusti</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Engkau ada,aku tiada</div><div style="text-align: center;">Engkau kekal,aku fana</div><div style="text-align: center;">jejakMU merupa di mana mana</div><div style="text-align: center;">pohon tumbuh tanpa di suruh</div><div style="text-align: center;">langit terbentang tanpa tiang</div><div style="text-align: center;">bumi berputar siang malam tanpa pasak</div><div style="text-align: center;">ooo sungguh segalaMU adalah anugrah</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">ooo kebun kebun kebahagiaan,sumber segala aduan</div><div style="text-align: center;">yang menjaga tidurku dan memperindah dengan mimpi mimpi</div><div style="text-align: center;">yang menunjukan terang pada langkah,di perkuatnya teguk minum suap makan</div><div style="text-align: center;">menari aku menari</div><div style="text-align: center;">satu tangan mengembang satunya di dekapan</div><div style="text-align: center;">searah putaran bumi serah putaran tasbih</div><div style="text-align: center;">rindu damainya kebersamaan,keberagaman kehidupan!</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">aku akan menari di tiap waktu waktuku<br />
ya<br />
Ibu </div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcWRWwwWo1T8fACtWM1U-uLUOH8uKZt65yKGx9npjB5ifrrYNMnA_6oBM2xl76lZqKPKK8r4wc8kJqTEIBmGRzjDBB8kwZ9d7dChajZdxHLZm4-ixVZkgKZbicjf70wkoM_Byi6z6r5OM/s1600/rumi+ii.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcWRWwwWo1T8fACtWM1U-uLUOH8uKZt65yKGx9npjB5ifrrYNMnA_6oBM2xl76lZqKPKK8r4wc8kJqTEIBmGRzjDBB8kwZ9d7dChajZdxHLZm4-ixVZkgKZbicjf70wkoM_Byi6z6r5OM/s320/rumi+ii.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Depok tengah malam,Minggu 19/09/2010 00.18. WIB<br />
<br />
"whS"<br />
<br />
ket: gambar by google.<br />
<br />
<strong>catatan:</strong><br />
<strong>bersama segenap salam cinta kepada Sang Rumi</strong><br />
<strong>terinspirasi oleh Nasuha yang sangat mencintai Sang Rumi</strong><br />
<br />
<strong>*** 2 butir mutiara beliau</strong><br />
<br />
<strong>salam damai:rahayu</strong>Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-83692581680720875542012-04-18T10:26:00.004-07:002012-04-18T10:35:31.951-07:00Perjamuan Kekasih<b>:kepada hening Melati</b><br />
<br />
<b> <i style="color: red;">Kebahagiaan</i></b><br />
<br />
bersumber dari ribuan luka<br />
mengalirkan darah perih<br />
ya Biyung kuteguk habis do'amu<br />
:kusyu'nya kebahagiaan<br />
<br />
<b> <u> </u><i style="color: red;">Mentari Terik</i></b><br />
<br />
baranya terus melantunkan zikir serupa kidung<br />
panasnya membangkitkan gairah raga<br />
setiap alunan cangkul petani<br />
setiap denyutnya<br />
:mentari melafalkan AsmaNYA selalu<br />
<br />
<b> <i> <span style="color: red;">Kebenaran</span></i></b><br />
<br />
eloknya kadang melalui pembuktian pembuktian bermacam kesalahan<br />
untuk menemukan kesejatian ada keterjalan duri pada langkah langkah<br />
tak perlu lagi apa apa,sebab kebenaran adalah pembela paling suci<br />
<br />
<b> <i> <span style="color: red;">Rembulan Elok</span></i></b><br />
<br />
semalam kata kata luntur dari mulut rembulan,menyapa sendu:<br />
"kesaksian kesaksianmu adalah kesaksian timbangan nanti"<br />
dibukanya lembar merah jelaga kesalahan hari ini<br />
satukan segenap panca indra pada keningmu<br />
:takluk<br />
<br />
<b> <i style="color: red;">Bintang</i></b><br />
<br />
katakan apa adanya<br />
dan selamatlah engkau<br />
<br />
<i> <b style="color: red;">Zaman</b></i><br />
<br />
teramat banyak serigala bergamis<br />
<br />
<b> <i style="color: red;">Adakah</i></b><br />
<br />
adakah yang tahu kenapa bulan bertengger dilangit<br />
ada pulakah yang tahu duduk dimana bumi ini<br />
kalau bukan oleh kehendak yang Maha Kehendak<br />
bukankah Ia terkadang juga berteka teki lucu?<br />
hingga kedap bercinta dengan Dia tanpa kias lagi<br />
percintaan sakral sakral sakral nan agung<br />
<br />
<b> <i style="color: red;">Genta</i></b><br />
<br />
ku ketuk bunyikan genta genta<br />
perdengarkan suaranya dihatimu<br />
maka aku mabuk bebunyian<br />
jiwaku bergetar menghirup anggur anggur<br />
dari guci kehampaan<br />
aku kosong<br />
aku tiada<br />
bahwa benar adanya<br />
Yang Maha Ada<br />
:Engkau<br />
<br />
<b> <i style="color: red;">Aduan Pengemis PadaNYA</i></b><br />
<br />
Tuhan,aku ketuk pintu pintu itu<br />
tak jarang hardik dan makian kuterima<br />
maka gunungan sampah menjadi harapanku<br />
aku yakin Kau membawakan makanan disini<br />
sudah kukorek beberapakali<br />
masih belum kutemukan gemintang<br />
aha benarkah ini,sekotak nasi berlauk<br />
tinggal sedikit memang<br />
tapi cukuplah<br />
-oh seekor hewan kurap memelas<br />
tampak sakit nan lapar-<br />
baiklah mari makan denganku kawan<br />
sepotong daging kita bagi dua<br />
juga nasi ini kita bagi dua<br />
marilah makan<br />
<br />
[lalu senja itu,menjadi biru samar<br />
seluruhnya biru,tak pohonan,tak langit,tak awan<br />
hening...kedap...sunyi<br />
semua biru,dan semerbaklah harum melati dari langit<br />
mega megapun tiada bergerak<br />
Tuhan Kau Sang Maha menerima kebaikan,ya...<br />
...............<br />
sunyi sekali]<br />
<br />
<i style="color: red;"><b>Seruan di Senja</b></i><br />
<br />
Ia berkabar hadirnya senja,<br />
sedang aku masih menggeluti duniawi,<br />
duhai seruan-Nya merdu nian?<br />
mari Kujamu kau kekasih!<br />
:amien<br />
<br />
<br />
Pengadegan,07/04/2011, 17.05 WIB<br />
<br />
catatan:<br />
pulang dari perjalanan,disebuah timbunan sampah terlihat seorang pengemis kecil makan begitu lahap berbagi dengan seekor anjing kurus tak terawat mungkin miliknya ataupun anjing liar,siluet senja teramatlah hening,kudengar pula seruan dari pengeras suara dari rumah rumahNYA,ada getar lirih dihati,ada kesaksian,ada rasa syukur,ada tetes hangat dipipi,ada haru biru....Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1716456400106763836.post-7017717089011579722012-04-18T10:22:00.000-07:002012-04-18T10:22:33.942-07:00Dongeng Manusia Asu Parjiman masih terbengong menatap secarik kertas ditanganya,bukan hanya kertas itu yang dipikirkan namun harus bagaimana ia berkata pada buah hati dirumah nanti,harus berkata apa pada istrinya yang begitu setia,"maafkan aku ya Gustiii maafkan aku nak...maafkan bapakmu...."<br />
Hari itu di meja kerjanya tergeletak selembar amplop,oh dari atasan,"Pak Parjiman,anda dipanggil menghadap Bapak di ruang kerjanya nanti siang",belum juga membuka amplop teman seruang sudah mengabari suatu hal yang mendebarkan,apa sesungguhnya?.<br />
<br />
"silahkan masuk" sebuah suara menyahut dari dalam ketika ia mengetuk pintu kamar kerja Atasan yang terbiasa di panggil Bapak sama seluruh karyawan.<br />
"Bapak memanggil saya?"<br />
"oh iya pak Parjiman,tapi sebaiknya kita ngobrol di luar saja yuk,kita sekalian makan siang di warung depan yuk", kata sang Atasan.<br />
"mari pak,monggo,jadi merepotkan saya ini" sambut Parjiman malu malu,sambil tetap bertanya tanya kemauan Atasanya yang hari itu terasa aneh,selintas di curinya wajah sang atasan "oh telinga Bapak direktur koq sedikit memanjang dan lidahnya?lidahnya terjulur julur begitu?aneh" batinya,seperti kucing membuntuti sang tuan,Parjiman merunduk runduk.<br />
<br />
"jadi begitu Pak Parjiman,perusahaan minta maaf pada Bapak,Bapak mestinya taulah" kata sang atasan usai makan siang mewah yang ternyata restoran padahal tadi beliau dengan enteng bicara,warung depan!,warung itu tak begini pak pakkk.<br />
"iya pak,maafkan saya,maafkan anak saya" Parjiman masih menghadap piring kosong bekasnya dengan duduk ditekuk semodel udang di kursi,saking hormat dan takutnya pada sang atasan.<br />
<br />
Secarik amplop berisi selembar kertas dimasukan kedalam tas kerjanya,merapikan meja bersiap pulang,"Pak Parjiman,mohon maaf kami semua sudah membantu Pak Parjiman dengan sangat,tapi asal bapak ketahui kantor ini juga mempunyai atasan yang lebih atas lagi,bapak tau kan bahwa bapak orang tuanya dulu adalah terlibat organisasi cap hitam?" masih terngiang ucapan sang atasan di sela makan siang.<br />
"iya pak,maafkan saya pak"<br />
"kami semua tak jemu jemu membantu pak Parjiman sekeluarga,masalahnya begini pak,saya dengar anak bapak punya hubungan khusus dengan anak terkasih dari atasan kita semua pak,kita ini apalah pak,saya cuma kacung yang gajinya ga seberapa" sang atasan merendah dengan menyamakan dirinya kacung,"lantas aku siapa?" bisik hati Parjiman<br />
"demi kesopanan pak,saya harap,anak bapak meyudahi hubungan itu,apa bapak mau kita semua di pecat gara gara itu?" sambung sang atasan dengan kata kata makin bertekanan berat.<br />
"saya taulah pak bagaimana perasaan bapak,karena saya juga punya keluarga seperti bapak,cuma kebetulan saya ndak pernah punya hubungan dengan organisasi cap hitam,yahhh anggap saja anak polah bapa kepradah...jadi sekali lagi maafkan saya ya pak Parjiman,atau pak Parjiman mau mengundurkan diri secara sukarela dari kantor kita?yang sudah kita perjuangkan sama sama semenjak dulu dengan perih getir kita pak?..monggo silahkan bapak pikir kanthi wening dan saya tak mau kehilangan rekan kerja seperti bapak yang sudah saya anggap sedulur sendiri" dengan wajah sedikit masam sang atasan melanjutkan kata katanya," huh sedulur?perih getir?hehehe panjenengan ironis pak",jawab Parjiman dalam hati.<br />
"ingat nggih pak Parjiman"<br />
"saya selalu ingat koq pak,bahwa saya keturunan cap hitam yang tak termaafkan,yang dosanya segunung yang dengan dosa saya yang segelintir ini dosa tersebut bisa menenggelamkan bumi ini,bukan hanya kau bos,bukan hanya perusahaan ini bos,bukan hanya negara ini bos,bukan hanya kecoak kecoak bosss,bahkan Tuhan sudah mewakilkan kekuasaaNYA itu kepada bos beserta atasan atasan boss yang masih saja repot bahwa sebuah hubungan anak bau kencur bisa menghancurkan reputasi dunia,bahwa itu sebuah kemustahilan,bahwa aku harus berkaca diri,bahwa aku kecoak yang tak pantas berwawan rembug dengan strata panjenengan semua,kan panjenengan mungkin malah lebih dewa daripada dewa di langit,eh nuwun sewu bos koq lidah mu makin terjulur julur gitu? kupingmu makin panjang? bahwa hubungan anak dengan anak bos adalah sebuah asusila,tak boleh hukumnya,nanti Tuhan marah,nanti kursi panjenengan kotor,nanti rumah panjenengan bau rakyat jelata,tak boleh,eh bos lidahnya lho jangan di julur julurin ah",Parjiman tetap membatin tanpa bisa berkata dengan kenyataan.<br />
Dan ketika Parjiman melewati meja teman teman kerjanya,ah wajah wajah itu koq mirip sang atasan kupingnya mulai pada tumbuh memanjang,hidung menghitam lidah terjulur...ahhh mungkin kaca mataku sudah makin tebal minusnya.<br />
<br />
Pagi,Parjiman menyiapkan diri berangkat kerja,ditengoknya sebentar kamar sang anak,masih tidur telungkup,nampak bantalnya tergenggam erat,lusuh seolah bantal basah kuyup itu tak mau ia lepaskan,ia telan bersama wajahnya,"maafkan bapakmu ya nak",hari ini Parjiman berketetapan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja,"di pikir lagi pak,nanti kita mau makan apa",kata istrinya dengan sembab dimata melepas kepergian Parjiman,padahal biasanya berangkat kerja ya berangkat saja,"kalau kita jualan di pasar adakah yang beli kepada manusia hitam macam kita pak? tapi aku juga ndak tega sama genduk itu pakkkk,duh Gustiii nyuwun pangaksami,mbahhhh mugi panjenengan sumare kanthi tenang nggih mbahhh,wes budalo kono pak...." sebentar Parjiman mencium pipi istrinya dan menghisap gulir airmata dengan dada yang pecah meledak.<br />
<br />
Keluar rumah nampak pula tetangga sebelah kanan kiri dengan kesibukan sama,berbaju kerja,bersepeda motor,bermobil,atau jalan kaki menuju pemberhentian kendaraan umum terburu buru,Parjiman tertegun menghadapi pemandangan hari itu,semua tetangga berwajah kompak,telinga panjang berujung lancip,hidung menghitam,mata awas,lidah panjang terulur,wajah wajah asu? hah semenjak kapan asu berkemeja rapih,berdasi?Parjiman makin bingung.<br />
<br />
Di sepanjang jalan menuju kantor Parjiman tak henti bergumam lirih sebentar bentar menyebut nama Tuhan,sebentar bentar mengelap kacamata minusnya,baru saja ya baru saja dia melihat mobil mewah sang atasan dengan hapalan plat nomornya tetapi alangkah kagetnya dia,sopir itu dia kenal betul sopir pribadi sang boss,koq penumpang di dalam nampak berkepala asu? itu baju kerja bos bukan? ah iya itu baju bos! itu baju anak bos yang masih kuliah bukan? ah iya itu baju anak boss! tapi kepala kepala itu koq bukan kepala yang selama ini ia kenali,itu kepala kepala asu,ah kaca mataku kaca mataku sudah mesti ganti,iya mesti ganti!.<br />
Parjiman duduk makin gelisah di bangku bus,sebagian penumpang terlihat tak jenak pula mungkin takut telat masuk kantor,tapi fenomena apa ini?kenapa isi bus sekarang mahluk mahluk berbaju seragam namun sebagian besar berkepala asu?apakah planetku sudah di jajah sama mahluk planet asing? kepala Parjiman mulai pusing.<br />
<br />
Tiba di dekat pintu gerbang kantor Parjiman sempat melirik kantor kantor lain yang siap melakukan upacara pagi,di pelataran kantornyapun terlihat mulai siap berbaris,tapi keanehan makin menjadi jadi,sebagian besar mahluk mahluk itu berkepala asu dengan lidah terjulur julur,memang satu dua wajah wajah itu tetap wajah manusia,wajah temanyapun terlihat beberapa nampak jelas bahwa itu wajah teman yang ia kenali betul,namun itu hanya satu dua terjepit diantara lautan manusia berwajah asu! coba kutengok kantor lain...hah! betulkah itu? betulkah? ini pasti kerjaan para penghuni planet lain,ah bukan,ini pasti mataku makin rabun,Parjiman sebat memalingkan langkahnya dengan lebih tergesa gesa,berbelok di gang depan tempat ia makan siang,tak berani ia menatap wajah wajah berpapasan baik dari dekat atau dari jauh,sekarang ia bersiap menyeberangi jalan besar itu,di seberang jalan sebuah papan berukuran 50 centian tertulis dengan cat hitam "klinik mata dr Fulan,buka tiap hari kerja,pukul 08.00 s/d 20.00".<br />
<br />
<br />
Untuk sahabatku terkasih.<br />
Bogor, Sabtu 07/05/2011, 02.30 WIB<br />
<br />
"widhi hS"Widhi Hardiyanto Soebektihttp://www.blogger.com/profile/05394463506923833347noreply@blogger.com0