Rabu, 01 Februari 2012

Sajak Perjalanan

:beserta salam untuk sepasang suami istri penjual buku dikaki lima
yang tanganya bergetar menahan gigil entah apa


ia menampakan kesadaran
tunggal dan utuh
sewajarnya saja itu wajah
namun tak mengurangi
:tatap laparnya
sebuah cekat keras mengerat
dibotol minumanku
antara leher dan rasa haus


kini ingin kubuka pintu pada gurun
sepertinya angan hayali belaka
biar angin menitipkan cabang sejuknya ditrotoar
seseorang bilang,mintalah bantuan Tuhan
untuk membangunkan darwis yang sedang tidur
"niscaya akan berpindah rasa lapar bapak tua itu diperutnya"
namun urung kupanjatkan
aku malu tiba tiba,sangat malu,sebab akupun bisa menyuapinya
dan ia tak minta apapun menyoal makanan


detak waktu terus bermeditasi
seperti Rahib agung yang bernyanyi
tanpa suara namun terdengar merdu


bapak tua memunguti gandum serta beras,berasal
ladang yang luas dari bulir bulir keringatnya yang menetes
ada suara lain menyeruak
keringat itu bersumber dari juang
yang selalu menggembara pada catatan catatan kuno para leluhur
kemudian hinggap pula untuk menziarahi keyakinan
lembut perjalananya hingga tiada yang tahu sesekali ia disinggahi
pernah pula ia singgah disajadah lusuh milik sujud ibu
betah berlama lama disana meski kainya apek
keringat itu bilang,"kain sajadah ibu segar wangi kesturi"


keringat keringat juang terus berjalan,dan terus
menebar menyelusup batin batin
kemarin atau lusa suka pula hinggap dijemari para buruh
membela mereka oleh rantasnya tenaga dengan upah makin keruh
pastinya keringat juang mempersatukan kekuatan
inti kepastian
yang hanya dimiliki oleh sosok sosok iklas
membangun jiwa juga tegaknya diri
hingga keluh tak sempat hadir...


kini minumlah tuan
air dibotolku tinggal sedikit
kubagi kau
tak membebaskan haus memang
tapi semoga menghilangkan jeri


kerna aku ingat kata kata seorang penyair gembel
"Tuhan menolong simiskin papa....Ia mampir digubuk gubuk hina
Tangan kuasaNya membagikan makanan makanan dari surga"


Depok,11/10/2011, 11.20 WIB dibawah terik mentari