Minggu, 22 Mei 2016

Langgam Layonsari

;Bunda


Senja ini hari, hadir dengan elok, mambang sebentar lagi menari
menyemai di atas rumputan terhampar selendangnya warna warni
Matahari perlahan melangkah ke bukit bukit,menggeremang
tinggal terlihat kaki kakinya dengan jemari merah muda keemasan
kanak kanak ramai bermain di halaman, sebagian ke tanah lapang
o kulihat potret sebuah masa di sana
ya
tak hendak aku mengingkari nikmatMU ya Kekasih

sepasang balam bertengger sekejap, mengepak ngepak sayap
sesekali sang jantan menisik nisik, angin lembut berbisik
lantas mengeluarkan suaranya, pertanda kesatuan alamkah?
o sedap malam mempersiapkan diri di perjamuan selanjutnya nanti
sebagai Layonsari menunggu Pranacitra
di petiknya beberapa mawar untuk hiasan telinga kiri
"Layonsari sulamkan detik demi detik waktumu!
manis yang sejati adalah didapat dari perahan kepahitan demi kepahitan
sama halnya
kesuksesan yang lebih berarti bila berasal dari perahan kegagalan demi kegagalan"
menggumam ia seolah mantra suci titipan bundanya.....

ya hari beringsut, genap sudah,
malam turun bagi pelita kecil
berayun bergetar mencacah kegelapan
dan dengkur buat penghuni
sang pejalan tetap larut oleh keadaan
ya
tak hendak aku mengingkari nikmatMU ya Kekasih

pada gulita yang makin senyap
lamat tangis merambat pelan
sangat pelan sebagai langgam
suara suara di kejauhan
harmonisasi jagat
kelu
aku menyeru nama
mu
Ibu

Minggu, 08 Mei 2016

Akulah Debu

aku debu di tengah samudera rayamu/noktah yang berenang tertatih tatih/guna mencari hatimu di nun dasar gelora laut/ Tak jarang tanganku adalah sayap untuk terbang bersama camar camar/untuk menatap nikmat buih buih riak ombak yang serupa mawar mekar bertebaran menari nari/

seringpula aku terombang ambing di antara letup gelombang yang membadai/ Akulah kembara itu,hendak meniti curam terjurang dari luasnya perih/agar kugenggam,agar kudapati/atau setidaknya bisa kuraba lubuk termurni dari kasihmu/

akulah setitik nila yang merindu cahya termurnimu.....

Sebuah Batu Ditengah Arus

:untuk Syeh Siti Jenar

apa beda cacing dan anjing?
tidak melata tidak pula yang merangkak
bila ia tlah menjadi bangkai?

ada yang lebih perih lagi
menjadi bangkai saat masih hidup

aha ragamu indah
namun di dalamnya ada yang jauh lebih indah*

catatlah hal serupa tanda pada luka
pada pijar awan gugus pertama....
sebelum ia melepaskan wanginya

kematian yang paling muspra
adalah ketika nurani tak didengar lagi

nyanyikan lagumu,menarilah
itu saja....menarilah
seperti ia menghayatimu.....

hai hai hai,siapa menyapa dan menemani,
si miskin terlunta terhinakan?
selembar waktu mungkin penyaksi

berkata kata tak sesulit mendengar
begitu kabar dari hembus tadi
dari sebuah batu di tengah arus...



Depok 10 Januari 2012

*pinjam satu bait dari Nietzsche

Suluk Semesta Ruci

ia berkaca,di sapanya semesta samudra raya
dengarkan katamu! kau! katanya.

ia mencari suara,wujud diri didapati
berkatalah kau pada hati! hardiknya

kemudian mulut dalam cermin memanggil
mari dekati kau yang aku!
lebih dekat!
ya,lebih dekat lagi!
terus dekat,ya. begitu

sang bibir menyatu dengan telinga,
memasuki gendang,menerobos suara
maka setiap rupa,setiap tanya
bahkan niatan sekecil noktah sekalipun
tertangkap hingga desirnya
hatipun bicara padamu yang aku

pendar lembut niat
badai ombak ketamakan
bersumber yang sama
bedanya di pengendalian
telinga tak menjawab,hanya mendengar,
selalu menampung,seperti kedung tak berbatas

mungkinkah kusatukan telinga dan mulut?
lalu hati memesrai telinga
ya jiwa,ya jiwa,ya jiwa,kesatuan,ya
hening ning

Cermin dan Aku

ketika saya bercermin
wajah di sana bertanya
"pernahkah kau menasehati orang?"
"ya dan sering,sudah tugasku",jawabku
"bahagiakah kamu?" tanya cermin kembali
"tentu,semakin sering semakin bahagia aku!"
jawabku makin berapi api
"sesering dan sebahagia itukah
ketika nasehatmu kembali padamu?
pernahkah kau menasehati dirimu?"
"hah! apa maksudmu!
siapa sesungguhnya kau!"
aku tersinggung sebagai penceramah
wajah dalam cermin memudar
wajah itu menyeringai sambil menjawab
"sesungguhnya aku di mana bukan?"
tiba tiba cermin itu pecah meledak
wajah dalam cermin kujumpai di serambi luar
bajunya kusut,mukanya kusut,mulutnya
menggumamkan kalimat terakhir terus menerus
"sesungguhnya
aku
dimana
bukan?"

Catatan Perjalanan Waktu

#perjalanan
adakah yang mencatat hari kemarin
waktu tlah tertundukan
atau di tundukan?

#pagi si pengamen kecil
menahan sisa kantuk,menahan lapar,semua dengan tameng kecrekan dekil di tangan.tangguh.

#ibu pengemis
menggenggam roti pemberian dengan jari jari makin membiru.

#bapak tua gelandangan
menekan perut,meninabobokan lapar,bukan fatamorgana.

#hari esok
usai hari ini.

#bunga bunga
mekar dengan duri duri makin tajam menjaga.

#guru kehidupan
"apa yang membuat hidup ini makin berat guru?" tanya seorang murid.
"ketika kau hanya berkeluh kesah",jawab sang guru.
"terus yang membuat hidup ini menjadi ringan?"
"bisa membebskan diri dari keluh kesah".

#kematian jutawan
keluarga bersedih tak henti henti,dengan satu fikir yang sama:kubunuh siapa lagi agar warisan untuku bertambah!

#absurd
ribuan tikus mati kelaparan di lumbung padi.

Depok/Indonesia

Rabu, 24 Oktober 2012

Tentang Kesaksian Tubuh

: Kontemplasiku Untuk Ing Raga



perjalanan paduka,perjalanan...
sepi senyapnya meriuhkan segala luka


tak adakah selain perih yang merongga
pada repih jejak kepastianya tiap temu alamat?
*mampir ngombe paduka,mampir ngombe
lantas kenapa mesti kutuai dalam kerat
seperti lecutan pada punggung?


selalu saja,petir bagi hujan,berkawal kilat juga geremang langit
uh,dimana pula tuan bertahta waktu itu?
adakah di gigirnya?
duhai?
ah,cemetinya menghajarku paduka.....


taman taman selaku pergulatan waktu,seperti pecahnya api di dalamnya
hingga menelan keadaan,merapuh di sebalik menguat...lenyaplah kuasa atas segala
semesta sunyi bukan bisu,alam raya suwung bukan mati
lah lenyap pesta pora dalam hening biru....awan yang terenggut
ataukah 'muspra...entahlah.....


tubuh mengambil peran dari tindakan...
hukum pula di terimanya


ada nyanyian tanpa suara?
**punapi ing siang saha ratri?





Salihara,Sabtu 6 oktober 2012, 23 WIB


*mampir minum paduka,mampir minum
'tiada guna
** ada apa di siang dan malam?

Minggu, 08 Juli 2012

Gejolak Bimbang




[derita batin Karna di Padhang Kurusetra…]



Lelaki perkasa merentang gendewa
Membidikan panah api dimedan laga
Bergetar tanganya risau menggelayut ragu
Sesatu airmatanya menggulir pelan – nitik


Wahai Karna anak mentari
Harjuna adalah nadi di tubuhmu
Kurasakan perih jua terobek hatimu
Panah sang dewa pelan melesat bimbang


Oh Kunthi Bunda
Padang kuru ini nian kejamnya mengangkara
Tiada kuberpaling dari taman Surga
Pancaran matamu mandi cahaya


Ooo Kunthi Bunda
Hasratkan semadi tiada
Layangkan kakimu tuk sujudku


Ooo Kunthi Bunda
Selusupkan airmatamu airmataku dikedalaman samudra jiwa
Sumpah tlah kuikrarkan…segenap penjuru mengiya
teguh prasapa sang senapati perang
Biarkan jiwaku belah,ratap bumi tempat simpan lelah
Agar aku moksa sedang Pandhawa tetap lima


Aku?hanyalah anak yang lahir dari daun telinga,bukan kelahiran yang diharapkan
……………………aku ksatria yang berhutang budi Bunda….segala puja maafkan….


Karna merentang merentangkan panahnya bermula lurus penuh daya cipta…
Lurus…kemudian getar kecamuk nurani melenyapkan nafsu membunuh


Airmata perih menetes luka
Gontai anak panah lesatanya limbung
Sang Mahadewi Kunthi berkubang duka
Kusut suntrut kecantikanya
Bergumam seperti penyesalan:
“Karna putraning ibu wong bagus,semua anak adalah harapan
Tak hendak Bunda mengenyahkanmu anaku
Saat belah ragamu
Mata panah merantas nyawamu
Bunda mati rasa


Peperangan ini bukan sekedar kemenangan
Kepedihanmu kepedihanku anaku
Engkau mati diarena dalam darma bakti
Bunda entah bangga entah sedih…entah…
Kerna Bunda kehilangan salah satu anak terkasih…
Peperangan ini sungguh mengangkara kejamnya
Memisahkan tali saudara:melukai kemanusiaan
Mungkinkah ini sebenar kehendak dewata?
Perang senantiasa meninggalkan irisan luka
Bunda perih teramat perih anaku"


Sang Dewi tegak bisu mematung
Hilang cipta dan karsa:luka batin seorang Ibu…..
Jiwanya lenyap
Koyak moyak
Hancur
Ada tangis disekujur jiwa raga…
Mati dalam hidup…..
Karna:tumbal dari sebuah perang besar antara kebenaran melawan angkara



Depok,Selasa 18 Mei 2010


"whS"

terinspirasi dari Epos Mahabarata dalam Baratayudha lakon:Karna Tanding....
perang meninggalkan cerita kehilangan:nyawa,harta benda...luka jiwa...luka batin...

Dalam perang Baratayudha, Karna berperang dengan Arjuna, saudara sendiri, hingga Karna mati dalam perang sebagai kesatria. Tewasnya Adipati Karna dalam perang Baratayuda dianggap utama karena ia mati dalam perang untuk membela negeri Hastinapura yang selama ini telah memberi uluran tangan,intinya setia hingga mati, tak memandang bermusuhan dengan saudara sendiri.

sebuah karya besar tentang Adipati Karna oleh KGPAA Mangkunegara IV

[kepada beliau salam hormat serta terimakasih yang tak terhingga...]

Sabtu, 23 Juni 2012

Lelaki Yang Benci Perahu III






:silelaki kecil menuliskan coretanya dengan tinta berasal dari airmata dipipinya,hah?pandir?mari tertawakan lelaki kerdil itu!



Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.



"Kubakar bunga itu",bisiknya pada bibir malam,"dengan segenggam keniscayaan mungkin" lanjutnya

"lalu dimana jiwa berdiam? kala sepi memagut magut,dirantas gunting disebalik lipatan muasal?

tak selamanya laut itu deras gelombang

ku kerlingkan budi ditengah padang bunga bunga.....

dengan sedikit rangkaian sudahlah..."

ah ya luka kadang melahirkan keperihan menuju kematangan.



Apa sih yang membuat mawar senantiasa beringkar ingkar,mungkinkah durinya selalu merajam setiap buhul yang kering? perkenankan kini aku akan berbicara tentang hujan,sahabatku yang amat riang dalam sapaan atau malam? kekasihku yang berujud kesendirian tuntas!:

Hujan begitu saja ia datang

setangkup salam kekasih ia bawa serta

kutanya siapa pengirimnya gerangan?

oh Engkaukah itu ya Gusti!



"Aku harus bilang apa? jika rindu yang bertalu talu ledakanya deras membanjir menujumu tampunganmu lalu tiba tiba dengan begitu saja kau tutup tempayanmu menolak kucuran itu!

lantas masihkah aku percaya padamu,dari sisi mana kau kusemai kembali dibiliku? salah satu ruang disini? ingatkah kau mawar akan ucapanmu enggan menyambutku,keenggananmu bukan hanya menyakitkan namun membunuh telaga yang baru saja mengalun"



" Ataukah pengertianku yang kurang?pengorbanankukah yang alpa? oiii bukankah cinta tak ada hitungan untung dan rugi,tiada ada pengorbanan,setulusnya memberi dan memberi,pun ia dua arah,saling tarik menarik,andai hanya satu ujung saja betapa kuatnya menarik suatu saat akan rantas sudah! Tarikankulah kurang kuat? haiiii pengertian itu kebersamaan jangan pernah berharap selalu mawar untuk dimengerti tapi ia juga siap untuk mengerti!"



Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.



"Kembali?

tak mudah memang

tapi itu tak menyelesaikan masalah,iya,takan menyelesaikan.

masih ingatah kau? seharian kucari kuntum serbuk sari untuk kelopakmu? juga setumpuk kidung luhur para pujangga

kucari kerna rengekmu,kerna kasihku,kucari meski menempuh padatnya hujan hujan,waktu tempuh teramat panjang kerna semesti antri,ketika aku berjuang untuk itu kau dengan bahagia bermain main di dinding perahu berambut gelombang hingga pesan pesan tak henti pada sebuah epilog!"



"Hidup itu penuh aturan aturan,tentu lebih baik dengan keteraturan,agar tak liar dan saling bersitabrak dengan semua,seperti menulis mesti menggunakan titik koma atau yang lain bukan hanya sekedar isi,juga bukan hanya sekedar kalimat klise "suka suka aku kan?"

hah!

apa jadinya andai segala sesuatu dijawab dengan kalimat itu?

ke "aku"an pun mempunyai batas dogma!"



"Menyalahkan semut diseberang laut alangkah gampangnya,mari kita bercermin,nah ini bopengku,kesungguhan dibalas dengan ego,kalau pertemuan hanya untuk menunjukan ego,maka lupakan saja,semua!"



"Tak usah menjerit,tak usah menangis,baiknya mengurai diri,lenyapkan ego,bertanyalah ke dalam kebeningan lubuk terdasar nurani,katakan dengan jujur padanya,mesti jujur padanya,ya jujur,itu saja"

Belajar menghargai diri sendiri.

Percaya terhadap diri sendiri.

Mendengar bisik jernih tahta hati.

Amarah hanya menutup rapat datangnya kebajikan.

Bertanggung jawab atas resiko kata kata dari mulut sendiri.

Katamu kehilangan adalah sebuah kebiasaan cepat atau lambat,masih katamu hidup ini adalah tentang kehilangan kehilangan!



"Sebenarnya mudah,dihormati berasal dari menghormati.

Bukan menjadikan sahabat sebagai alat saja,sebuah kebendaan tanpa rasa.

alangkah baiknya hati hati dengan ucap manis,sinis,tak semua lelaki batu seperti harapmu,sebab dunia ini lengkap,keseimbangan,dunia lelaki lembek dengan kucur airmata,juga ada tempat sendiri.

tak semua lelaki penjinak gelombang,pun ada lelaki merintihkan semesta hujan.

cinta adalah sebuah kegagahan,maka aku merangkai bunga bunga diatas budi airmata..."



Lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.



Tak lah,pandir ini ahirnya pula,seperti tertiup angin siang dibawah beringin besar,damai tak lena:ujar silelaki kecil...



Depok,22 April 2011,tentang kebersamaan yang terkoyak,tentang ego,tentang sebuah timbal balik.