ia berkaca,di sapanya semesta samudra raya
dengarkan katamu! kau! katanya.
ia mencari suara,wujud diri didapati
berkatalah kau pada hati! hardiknya
kemudian mulut dalam cermin memanggil
mari dekati kau yang aku!
lebih dekat!
ya,lebih dekat lagi!
terus dekat,ya. begitu
sang bibir menyatu dengan telinga,
memasuki gendang,menerobos suara
maka setiap rupa,setiap tanya
bahkan niatan sekecil noktah sekalipun
tertangkap hingga desirnya
hatipun bicara padamu yang aku
pendar lembut niat
badai ombak ketamakan
bersumber yang sama
bedanya di pengendalian
telinga tak menjawab,hanya mendengar,
selalu menampung,seperti kedung tak berbatas
mungkinkah kusatukan telinga dan mulut?
lalu hati memesrai telinga
ya jiwa,ya jiwa,ya jiwa,kesatuan,ya
hening ning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar