Kamis, 26 April 2012

Nyanyian Nelayan Untuk Buah Hatinya




marilah melaut anaku
kita cumbui badai
peluk mesrai ombak
menunggang gelombang

kita belah jantung samudra hingga membuih
lepas dari satu ketegangan menuju ketegangan baru
amat nyata,amat menantang,jangan terlena

disana tiada kemunafikan nak
alam selamanya jujur
laut selalu begitu anaku
ketika kita bisa bersejiwa
bahkan mati menjadi sebuah kemanunggalan



dia menelan segala derita,disimpanya seluruh luka
pada kandung perutnya terdapat karun tiada tara
bahkan manikam terkilau
hadiah untuk yang ulet sabar dan bekerja keras
tak melukai tubuh maupun punggungnya
disini lebih jujur dibanding disana
tapi begitulah:dimana kekayaan tersimpan
sang penjaga kokoh berdiri
mencabuk siperusak nurani

melaut anaku melaut
lupakan sejenak pahit getir hidup

Angke, 03/05/2011

Jumat, 20 April 2012

Cerita Tentang Ibu


:Senja Savana

betapa angin sering berbisik lirih
tentang Sarip
menunggu namanya di sebut bunda
pahlawan muda itu selalu saja terbangun
menjemput seruan bunda
bahkan dari matinya...

ketika pergulatan hidup seolah menjadi deraan lautan luas lebarnya,siapakah yang sukses merenangi sampai ke dermaga? ketika mentari bertahta di ubun ubun pada bentang gurun pasir,siapakah yang lunas menunaikan perjalananya? kesangsian dalam juang,siapakah yang sanggup mengusir keraguan hati ketika beban demi beban menggelayut tubuh tak henti henti?

oh laut mana yang tak mau ia arungi? sedang tiap tapak kakinya adalah berkah demi berkah semata. matahari mana yang tak mau menerangi,sedang hari harinya adalah karunia,o ya,rembulan mana yang tak mau elok menjembatani kelopak demi kelopak bunga,kerna tiap senyumnya adalah lambaian terwangi.

Ibu
benar aku bukan Sarip
tapi aku tau,kau simpan segala duka
kau kunyah derita
lantas kau jadikan mantra mantra
yang terbaik untuku

berjam jam kau berdo'a,
berhari hari kau dalam kerja
mengadaikan nyawa
mengadukan yang segala bisa
untuk mempersiapkan anakmu pada kelak

bagi kami kanak,awal hari bermula dari
bisik lirihmu takala membangunkan
"nak arungilah waktu,belajarlah sebaik mampu"
kemudian sarapan pagi kudapati,lalu tak kau isikah perutmu bunda?
ah sepagi itu bahkan sudah kau teteskan keringat,untuk anakmu

sosok itu makin renta,keriput,bahwa setiap gurat wajahnya sebuah penanda hidup penuh pengabdian,sepagi itu ia tlah bangun,lantas memetik lagu terdamai dengan percintaan dengan-Nya,di tanak nasi buat sang anak,di jereng kopi buat sang suami,dan satu demi satu ia bangunkan kesadaranya,untuk menempuh amsal,sedang perut sendiri? olala,sisa sisa sarapan yang berserak di meja makan menjadi sarapan termanis baginya.

oh rasa syukur terkumandang sebagai hujan deras dari bibir itu,tak ada keluh apalagi kesah,semua di telan sebagai ibadah. larutlah larutlah semua yang terangkai pada genggaman. siapakah teman sejati baginya? tak lain dan tak bukan hanyalah kasihNya semata.

Ibu
senyum tulusmu
sesungguhnya tlah memanggangku
itulah mengapa tak ada usai bagi hembus angin
sebab penjuru adalah wadah tak jemu jemu
air tak henti mengalir
kapanpun
dari darasnya cinta Ibu
rapal apa pula yang ia gumamkan
pada sepertiga malam paling sunyi?
paling sendiri
hanya ada Dia dengan dirinya
iya
nama sang anak,utama dalam zikir beliau
tak kunjung tuntas bagi cinta terbesar
ia maha laut sumber kisah
sumber kasih


bertahun lalu,nilaiku hancur,mimpi besar dari rumah berkeping keping
ketakutan menghadapmu,dengan tangan hampaku
ah senyumu menenangkan segalanya
"berusaha lagi nak,berusaha lagi,kaulah yang terbaik nak"

seorang anak berharapan besar,menempuh ujian demi ujian,"sekolah yang baik nak" kata beliau,acapkali sang anak ingkar dari janji,padahal sang bunda menabung sen demi sen hanya untuk sang anak,bahkan bunda tak sempat untuk membeli kebahagiaan kemewahan kecil buat dirinya sendiri,tak heran ketika nilainya jeblok,penuh sesal ia menghadap bunda dan perempuan paruh baya tersebut penuh cinta penuh pengertian akan berkata,"sudahlah nak,berjuanglah lagi,kau anak yang baik,mutiara bagi bunda,pasti kau bisa anaku" [Bunda benarkah kau tak tau kenakalan kenakalanku? aku yakin kau pasti tau,hanya karena luas tanpa tepilah hatimu hingga kau tetap membanggakan anakmu]

ku urai kisah ini,saat pagi mengetuk ketuk jendela
coba perdengarkan suara pelan mentari yang berpapas bulan bintang
"perkabarkan pada mereka setiap biji tasbih kasihnya,bahwa ada cinta takan kunjung lunas"

air mata,kucur keringat
duka suka
seggenggam harap
tenaga tanpa penat


"Ripppp Saripppppp.....!!!!!"
"duli anakmu menghadap bunda"


Depok, 20 April 2012, 01.30 WIB
kutuliskan untuk seorang sahabat

catatan kaki: Sarip yang dimaksud adalah Sarip Tamba Oso,seorang anak muda Jagoan dari Gedangan Sidorjo Dusun Tambak Oso,seorang pemberani penentang penjajahan Belanda,konon entah mati berapa kali sekalipun ketika bunda memaggil namanya maka seketika ia tersadar dari mati dan hidup kembali

Sebuah kisah kepahlawanan dari arek arek Suroboyo di Jaman Penjajahan Belanda. Kisah seperti si Pitung seorang jagoan silat, tetapi juga seorang perampok orang orang kaya yang bekerja sama dengan kumpeni dan hasilnya diberikan pada masyarakat miskin.

Kamis, 19 April 2012

Sajak Sajak Kepadamu IV




Serangkum Nyala

secawan kopi pagi ini berceloteh kepadaku
wangi berkabar hingga memekarkan cuping hidung
kental manis hitam pekat
kepulnya terus menuju angkasa
jejak jejak enggan kutuliskan menjadi semacam catatan
oleh sebab aku merasa ragu,pantaskah kutorehkan semua itu


kini aku mengejar bayang,
beradu cepat dengan roda mobil
seperti berputarnya waktu
terus menggilas atau tergilas
sesekali hujan tempias
ternyata inilah hidup
harus bersinergi dengan alam


bayang kisah tua datang mengendap endap
dengan lukisan langit maha indah
secawan kopi kembali mengepul
tertulis kasidah kisah berikut mungkin
ah sebaiknya kujalani saja detak detik waktu
tak usah banyak tanya lagi
serangkum nyala biru didua telapak tanganku

Solo 26/12/2011


Perjalanan Senja

tepat pukul 3 seseorang menjemputku
dari jauh Kedung Ombo melambai lambai
beratap langit yang menghampar biru legam
sedang pohonan laksana jubah ksatria
gagap setiap sendi tubuhku
menangkap puisi terindah dihadapan mata
sedang jemariku tak kuasa mewakili


kupikir akan gampang menangkap dialog daun daun
yang berkesiur ditiup angin
atau bisikan bisikan danau pada bangau bangau diatasnya
ternyata semua tak gampang
jemariku makin bergeletar
menatap pagelaran alam
sesekali kendaraan bergoyang seperti hendak terbang
menapaki jalan terjal,penuh lobang,bebatuan
hai kurasa benarlah ini kehidupan
selalu saja ada onak duri pengganggu perjalanan
semua menuju kematangan tentu


kegagalan lintas akan selalu ada
ketajaman pikir menundukan semua itu
agar hidup tak abu abu
hitam putih nyata terbentang


Kedung Ombo 26/12/2011


Kidung

:Pipit F

kembali senja masih berpanorama
dibatas cakrawala semburat merah matahari
Tangan Sang Kekasih berkenan mengusap lembut
sinar perak menyala gagah


pabila pergulatan nasib seolah menekan pundak
jangan surutkan menyeirama nasib,jangan surutkan!
berkali jatuh dan berkali bangun
untuk menemukan inti kemenangan


jingga semburat merayap turun kebumi
dilingkari wajahmu dalam anganku
dibalik bukit angin menghembuskan dingin
cericit kelelawar hendak kelana
purna sungguh itu pemandangan
sebentar lagi sedap malam membagi wanginya....
o
kesempurnaan tak terjabarkan


kalau kisah serupa perjalanan
batu tajam sebagai ujian
tongkat kuat adalah penunduk kelicinan
bersumber dari nurani
yang tak henti dikaji dan mengkaji
menerima anugrah penuh syukur suka cita

Purwodadi 27/12/2011

Sajak Sajak Kepadamu III

Bisik

kusenandunglagukan sajak dibalik malam
mengiringi hausnya sinar wajahmu dihati
malam makin pekat sepi
menghujan kelana pada penantian

kilat menusuk nusuk rasaku
mengigil didedah badai
kewarasan mungkin luntur
mokswa terbawa angin lalu

kekasih.....kau yang kusebut senantiasa

duhhh,yang menulisi hatinya dengan tinta berkilau
adakah tak kau rasa bisiku diujung daun daun
melalui bibir malam
kusirami mekar kembang kembang
dari kelopak merah kesumba
dari hati damamimu

kini ku katakan padamu
aku ingin menuliskan namamu seindah mungkin
dalam bait bait puisi
sebab keresahan melandaku
hingga menuju nisbi


Derit Pintu

derit pintu
di jantung malam
menemani kesaksian
mengetuk sukmamu

derit pintu
menggugah lelap
kubasuh wajahku
menantimu
dalam percakapan
yang makin sunyi

angin bertambah rapat dan dingin
perlahan bulir embun menitik satu satu
makin kedap suasana
begitu cinta membelukar
menumpahkan didihnya
bergeletar
menangkap kasihmu

Kau
tersenyum
mengusap kesadaran!

Sanggar Bambutali 19/12/2011


Percakapan

:Astry Maniez

memunggungi hujan ia menempuh rimba
disapa sepanjang alur perjalanan
direntehkanya duri yang membenalu
ah semua tuba pahit rasanya
bahkan bintang tak hanya sekedar di genggam
ia seiring
hai perjalanan penuh kerikil tajam rupanya?
ah ya
agar kaki jiwa kuat katamu!
mari kita bicara tentang kesatria sejati
begini
setiap satria dalam lakon lakon pewayangan
mula hidup menjalani upacara awal
maka kawah candradimuka mendidih melumat tubuh
beribu gunung menjadi
samudera luas meraba raba
dan jadilah sosok manusia sejati

kini aku mau bercerita soal nasi
ketika masih menjadi sejumput padi
sebelumnya ia diketam dan dirawat
lantas
disosoh halus
perih dan panas
menjadi bulir beras
dan terhidang sepiring nasi
satu lagi langkah
melewati tenggorokan kita
menuju lambung
purna sudah bakti
lengkap sudah
mendapati
memberi
[seolah kau berkata
tunjukan padaku cobaanmu
maka aku tau
seberapa besar dirimu]

aku ingin murwat
itu saja
masih katamu.

Depok 20/12/2011, 18.52 WIB

Sajak Sajak Kepadamu II




Tentang Sinar Teduhmu

menatap wajahmu adalah menggali kesejukan sendang
namun masih saja aku terpana kagum karenanya
setiap gumpalan awan akan menetes menjadi hujan
padamukah meneduhkan diri dari kuyup?

lihatlah arak arakan laron
mereka menuju pulang dan berdiang
tikarmukah untuku melepas penat?

hatiku kini menjela jela
melukiskan keluarga bahagia
kanak kanak bermain bersuka
berlarian disekitar kita
aku terus menikmati kesejukan sendang wajahmu

senja turun diberanda
hari makin teduh nyatanya
kau hidangkan teh kental penawar dahaga
keindahan sore mewarnai kesejukan sendangmu

baiklah
ini mungkin kerna rasa sedang menggila
sebab akan ada pembuktian nanti
bahwa kesejukan dan keteduhan
menjadi sebuah kesaksian menuju
di meja pengadilan hakiki


Depok 16/11/2011

Kuseru Kau Kekasih

ingin kutuliskan namamu
hanya namamu
bersama sebait puisi syahdu
bergemuruh lapar akan suamu

namun tak pernah aku bisa menuliskan
yang tercipta hanya segambar kuntum mawar

diluaran hujan,berkal kali petir menggelegar
suhu makin dingin menusuk nusuk jiwa
oleh kearifan memaknai pertanda
kepastian setiap yang dicipta ada kegunaan

ingin kutuliskan namamu
namun yang kudapati keharuman abadi seluruh penjuru

hujan makin deras
debu debu menyatu dengan tanah
situs situs besih jelas terbaca
hidup berlanjut
meski berteman badai keangkaraan
sehingga meditasi tanpa ketenangan lagi
sekedar menjadi ruang hiasan
manusia bangga akan kecerdasanya
berawal dari kebebalanya sendiri
berakhir di tahta kesombongan
kesadaran lebar lebar merongga

ingin kutuliskan namamu
menjadi teman bagi kejumudanku
hingga benalu benalu tanggal
kemudian bersemi tunas tunas baru
seabadi edelweis pegunungan tertinggi


Margonda,17/11/2011

Kenang Kehilangan

aku pernah menggembarakan lintas begini
nanti kita akan hilang dan kehilangan
kenang akan menyeiring waktu

bahkan disaat teromantis yang paling sederhana sekalipun
ketika hujan reda,tinggal basah tetes daun daun
kau menghidang senyum manis bersama secawan kopi
khidmat tegukanku
mengalirkan semesta rasa
beradu pandang
lantas kesunyian merambat
memenuhi udara disekitar
hanya lenguh dan rasa syukur setelahnya

ah kehilangan memang berat sesungguhnya
anak anak kini tlah besar
berangkat menuntut ilmu setelahnya bermain
remaja tanpa beban,seperti kita dulu
lalu aku atau kau sendiri menunggu mereka
kosong dan sepi
sepi dan kosong
berteman bayangmu
nglangut
aku terasing berselimut rentanya duka

pagi buta sikecil berceloteh
tentang ibunya atau bapaknya
masih ngiang bisikmu
agar aku bangun lekas lekas
menemanimu memasak dan mengolah waktu
bahkan masih jelas aroma keringatmu

ah sudahlah
sesungguhnya waktu akan tiba
dan tak ada yang benar benar siap menghadapi
kita hanyalah titah
meminjam ini raga untuk dikembalikan nanti
pada yang empunya

kini marilah kita rawat semai
tanaman kebaikan kita
menghilangkan hama hama keburukan
berusaha tanpa alpa tanpa khilaf
meminimalisir setiap cela
sebab kita berisi noda noda


Depok 18/11/2011

Sajak Sajak Kepadamu




Pojok Kali Diantara Pertemuan Dua Angin

Pojok kali kerosak daun daun
temaram, tentunya aku disini
wahai sayangku
senja ke senja yang melembayung ini
aku setia mencakung duduk sendiri
di gigir kali yang berair buthek
meremah pemandangan sebentar lagi gelap
meggeremang selaksa raksasa tertidur

angin gunung akan turun pelan pelan
menyibak panas disela keringat sisa kerja
duhai kekasihku
disini aku bisa melihat dengan jelas
mereka sebentar bercakap
menyoal tanda tanda juga perihal kehidupan
hatiku yang gerah serta rantas
lantas menyeruak kedalam kericik air
berharap sedikit ketenangan
atau tempat aduan

kenapa semua mesti memuara?
kenapa pula aku mesti mengadu disini?
kekasihku
ya
beginilah hati
tak cukup waktu untuk menceritakanya
jadi
marilah kita bicara dengan diam

ah dengan diam?
iya kekasihku
sebab diam menyimpan keriuhan makna makna
kau tau maksudku bukan?

begitu lama aku mencangkung disini
sedang gerisik angin tlah lama lalu
mereka akan datang lagi esok hari
seperti janjiku juga

kini langit mulai gelap
pojok kali serta senja tlah berpisah
aduanku sudah ada pada mereka
dibawanya menuju langitmu tentu
soal engkau yang selalu kutunggu

Bogor 9/11/2011

Buih Buih Ombak

ketika ceritamu itu
terus bermain main di atmosfir keseharianku
lantas kau menggelar sebuah kidung
lalu kita merasuk didalamnya
menjadi sekar asmaradhana

 gema lagu menyayat nyayat
berasal dari suara headphone yang pekak
teman seperjalanan dikereta api malam ini
membuat perasaan mengawang seolah didekatmu
kangenku membludak
sebagai lautan tak sepi dari ombak

ooo nyanyi itu sayangku,nyanyi itu
bercerita tentang kecengengan kasih yang mendamba
senandung pilu tlutur dewata
bisa juga wuyung
bahkan megatruh
sebuah muasal
keakuan

sesiapa yang patuh mendekap keyakinan
itu katamu dulu
kemudian mengolah diri beserta alam
ia adalah intan mutiara kehidupan
inilah kekuatan rupanya
bahwa pengabdian untuk kesabaran berarti pula kemerdekaan

Depok 14/11/2011

Gejolak

 jantungku berdetak memburu buru
sebagai sebuah tanya
pukang tak hendak tiba

menggundah saja
belukar kering hendak terbakar
apinya segera saja memuara

 tak usah bertanya tentang apa
sebab temu serupa perjamuan
mengudap makanan kecil
berkelakar
terdiam disudut kisah

perih luka sekedar perjalanan saja
menggenapi kematangan jiwa
kiprah



Depok 16/11/2011

Sejoli Pemahat Mentari

:Pronocitro Layonsari/Kepada Kakek Nenek Yang bergandengan Mesra Dijembatan Penyeberangan Margonda Raya

"Perdengarkan padaku senandungmu Layonsari
sebelum gembala beranjak pulang. Melewati kebun kebun
pedalaman hutan tempat moksanya petapa tua. Perdengarkan!
ketika senja menuju petang,waktu dimana berobah
sejurus mistis sunyi.
terbelah menunggu sapaan mambang"

"Kakang Pronocitro,kugembalakan seluruh munajat menujumu
mengikuti aliran bengawan
mendedangkan luka nan buram
tikai masa. ketidak adilan.
Pukang lalu.Rindik anjing dikaki sang tuan"

rindu larut pada cangkir dimeja makan tanpa perjamuan
adalah teguk demi teguk tiap teguk memberikan kehausan kehausan baru...

Mereka menempuh rimba,sebagai ksatria menumpahkan darma.
Agung serta kesepian-sendiri
Dilindasnya kecewa airmata
Dimentahkanya kutuk dari kotak para dewa.

meniti pelangi,membelah gelegar kehidupan
menyampirkan kegelisahan,memikul bahtera
pasi pucat lakon lakon

Agaknya maut memaniskan muasal pengorbanan,begitu abadi itu kisah.
Adakah kesetiaan andai mereka berusia hingga renta disatukan bukan saja hanya dialam sana?

Margonda Raya, 7/9/2011

Dan Janjipun Tunai




:untuk mangkatnya Patih Suwanda

hening pekur itu meragukah engkau ksatria?
beban lah sudah sudah tak henti
titah prabu sang junjungan menumpas Rahwana
pada kemah perang besar itu Suwanda takluk disepi malam
hanya bau darah serta sisa isak tangis terdengar
sedang hewan penghias malampun bergidik telingas-mengendap-berbisik

sekelabat samar antara sadar terjaga,selaksa mimpi dalam tidur
selesat cahya menelurkan rupa,maya,lembut mistis
"kekasihku" Narada dewa menyabda
"pukulun" jawab sang patih tunduk
"engkau satria tama kekasih,sebagai yang sejati berbaktilah engkau dengan cinta
usahlah kau pamrih
pamrih hanya menjadi duri pada jalanmu
kegelisahanmu kerna engkau berpikir tentang hasil
bukan hasil itu benar pengikat kebahagiaan
tapi perjuangan tak kenal lelah adalah kemanisan"
"titah pukulun,hamba laksanakan"
......lenyap sang maya,alam lelimengan seakan waktu berhenti detak

hujan tangis tak redakan itu perang
badai airmata tak pula redupkan niat
perang selalu meninggalkan kekalahan
baik untuk sipemenang atau sikalah
semua kehilangan

Dadali serta Triwikrama berkelindan saling binasa membinasakan
"oh adinda...apaah kini saatnya kakang menyusulmu?'
keraguan Suwanda tak sirap,Sukrasana seakan menyeru namanya,ingatanya kepada sang adik
saatnya tlah tiba melunaskan yang dijanjikan menyelesaikan hutang-piutangnya saat kehidupan ini.
tiada kelahiran baru-tiada!
"engkau kutunggu dipintu itu kakang" seru Sukrasana.
"penandanya ada ditaring Rahwana raja"
menang dan menang meski seribu raksasa sekalipun
dalam kesadaran
betapa alam ini adalah penguasa,tiada yang luput dari janji
semua akan terlindas cakra manggilingan
"baik,kupungkasi ini semua,kini!,ya ,Kini!"
kutuntaskan hutangku"
sembah sujudku demi Ibu Pertiwi.

Suwanda pasrah manunggal dengan keiklasan,
"tak kumiliki sesuatupun,juga selembar raga ini,juga sebutir nyawa ini,hakikatku tak berpunya "
pantang ksatria kekasih para dewa beranjak dari tanggungjawab Maha Tunggal pemilik semesta raya
"tak ada aku...
tiap tetes darahku yang ngalir adalah menujuMU
aku hanya melihat Engkau Sang Sejati
hanya ada Engkau dimata batinku,lainya tiada....ya,Engkau,duhai"

matahari meredup seredup redupnya
langit murung
cuaca gelisah,hujan riwis mengerang
maya kusyu dalam kesedihan agung
menghantar sang kekasih mangkat dari medan laga
dengan raga belah
dengan jiwa tumpah
menghadap Kekasih Sejati
Yang Tunggal

diantara awan awan yang merintih pilu,sepasang peksi bergandeng tangan
"adikudi maafkan kakang" dada yang wutah dibekapnya
"kakang usai sudah penantianku,kau lampus,mari kita sowan kakang"
berpeluk tak lepas sepasang itu peksi
"adinda,mari adinda,purna sudah selembar badan......." kucur darah saksi diahir nanti
"rupamu elok kakang,mangkatmu sempurna sebagai ksatria,niscaya bunda bumi mewangi menyambutmu"
kembali perang bercerita soal kehilangan dan kehilangan

gunungan tertata miring,blencong memudar,gending nelangsa melantunkan undur undur kajongan bersalin megatruh mengiris perih hingga tiada darah menyecer,seolah kulit luka tergores menyiprat cuka
sangat perih
alam kembali pada Yang Hak.

----------------------------------------------------------

tak ada kepemilikan apapun,keakuan adalah ego pengikat kepemilikan
Gusti yang bersemayam didada nurani sang patih adalah sang penuntun sejati
ketika sang patih merelakan kepemilikan maka ia disambut oleh Kang Murbeng Dumadi.
dipuncak pucuk kelanggengan nan abadi
mokswa
-sidem-



Depok,Medio September 2011

Rabu, 18 April 2012

- aku ingin menari hingga mabuk -

[untuk tarian Rumi Sang Sufi Penuh Cinta]



Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"
Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."***



Ibu
kumohon restumu tiap waktu
izinkan aku menari malam ini
iya menari
untuk menjumpa kekasih hati
aku ingin menari malam ini
hingga kekasih datang bersama nyala cinta di dada

Ibu
ruhku menari mengangkasa
larut dengan semesta
menari terus menari
untuk menyatu dengan yang tiada
wangi wangi wangi dalam cekikan nikmat kelaparan
zikir agung oleh jiwa yang hina dina di hadapaNya
aku hanya punya cinta duhai kekasih
sungguh aku miskin tiada rupa di hadapanMU

ooo aku jiwa yang haus anggur cintaMU
biarkan aku mabuk kepayang
lihat airmataku menetes deras mengharap kasihMU
ooo yang menggenggam segala sukma
betapa segala kemilau dunia itu semu adanya
kadang sungguh menyesatkan rambu jalanya
bebaskan aku,bebaskan aku dari kesesatan
aku ingin menari hingga benalu benalu di diriku lepas tanggal
debu debu di kulitku enyah

ooo kekasih aku mencarimu kesegenap penjuru
aku mencarimu setiap saat
aduhh mataku yang silau oleh godaan godaan
menghalangi pandang
kusadari kau tepat memeluku ada di sepanjang waktu
maafkan aku kekasih maafkan aku cinta maafkan duh Gusti

Engkau ada,aku tiada
Engkau kekal,aku fana
jejakMU merupa di mana mana
pohon tumbuh tanpa di suruh
langit terbentang tanpa tiang
bumi berputar siang malam tanpa pasak
ooo sungguh segalaMU adalah anugrah

ooo kebun kebun kebahagiaan,sumber segala aduan
yang menjaga tidurku dan memperindah dengan mimpi mimpi
yang menunjukan terang pada langkah,di perkuatnya teguk minum suap makan
menari aku menari
satu tangan mengembang satunya di dekapan
searah putaran bumi serah putaran tasbih
rindu damainya kebersamaan,keberagaman kehidupan!

aku akan menari di tiap waktu waktuku
ya
Ibu



Depok tengah malam,Minggu 19/09/2010 00.18. WIB

"whS"

ket: gambar by google.

catatan:
bersama segenap salam cinta kepada Sang Rumi
terinspirasi oleh Nasuha yang sangat mencintai Sang Rumi

*** 2 butir mutiara beliau

salam damai:rahayu

Perjamuan Kekasih

:kepada hening Melati

  Kebahagiaan

bersumber dari ribuan luka
mengalirkan darah perih
ya Biyung kuteguk habis do'amu
:kusyu'nya kebahagiaan

  Mentari Terik

baranya terus melantunkan zikir serupa kidung
panasnya membangkitkan gairah raga
setiap alunan cangkul petani
setiap denyutnya
:mentari melafalkan AsmaNYA selalu

  Kebenaran

eloknya kadang melalui pembuktian pembuktian bermacam kesalahan
untuk menemukan kesejatian ada keterjalan duri pada langkah langkah
tak perlu lagi apa apa,sebab kebenaran adalah pembela paling suci

  Rembulan Elok

semalam kata kata luntur dari mulut rembulan,menyapa sendu:
"kesaksian kesaksianmu adalah kesaksian timbangan nanti"
dibukanya lembar merah jelaga kesalahan hari ini
satukan segenap panca indra pada keningmu
:takluk

  Bintang

katakan apa adanya
dan selamatlah engkau

  Zaman

teramat banyak serigala bergamis

  Adakah

adakah yang tahu kenapa bulan bertengger dilangit
ada pulakah yang tahu duduk dimana bumi ini
kalau bukan oleh kehendak yang Maha Kehendak
bukankah Ia terkadang juga berteka teki lucu?
hingga kedap bercinta dengan Dia tanpa kias lagi
percintaan sakral sakral sakral nan agung

  Genta

ku ketuk bunyikan genta genta
perdengarkan suaranya dihatimu
maka aku mabuk bebunyian
jiwaku bergetar menghirup anggur anggur
dari guci kehampaan
aku kosong
aku tiada
bahwa benar adanya
Yang Maha Ada
:Engkau

  Aduan Pengemis PadaNYA

Tuhan,aku ketuk pintu pintu itu
tak jarang hardik dan makian kuterima
maka gunungan sampah menjadi harapanku
aku yakin Kau membawakan makanan disini
sudah kukorek beberapakali
masih belum kutemukan gemintang
aha benarkah ini,sekotak nasi berlauk
tinggal sedikit memang
tapi cukuplah
-oh seekor hewan kurap memelas
tampak sakit nan lapar-
baiklah mari makan denganku kawan
sepotong daging kita bagi dua
juga nasi ini kita bagi dua
marilah makan

[lalu senja itu,menjadi biru samar
seluruhnya biru,tak pohonan,tak langit,tak awan
hening...kedap...sunyi
semua biru,dan semerbaklah harum melati dari langit
mega megapun tiada bergerak
Tuhan Kau Sang Maha menerima kebaikan,ya...
...............
sunyi sekali]

  Seruan di Senja

Ia berkabar hadirnya senja,
sedang aku masih menggeluti duniawi,
duhai seruan-Nya merdu nian?
mari Kujamu kau kekasih!
:amien


Pengadegan,07/04/2011, 17.05 WIB

catatan:
pulang dari perjalanan,disebuah timbunan sampah terlihat seorang pengemis kecil makan begitu lahap berbagi dengan seekor anjing kurus tak terawat mungkin miliknya ataupun anjing liar,siluet senja teramatlah hening,kudengar pula seruan dari pengeras suara dari rumah rumahNYA,ada getar lirih dihati,ada kesaksian,ada rasa syukur,ada tetes hangat dipipi,ada haru biru....

Dongeng Manusia Asu

          Parjiman masih terbengong menatap secarik kertas ditanganya,bukan hanya kertas itu yang dipikirkan namun harus bagaimana ia berkata pada buah hati dirumah nanti,harus berkata apa pada istrinya yang begitu setia,"maafkan aku ya Gustiii maafkan aku nak...maafkan bapakmu...."
Hari itu di meja kerjanya tergeletak selembar amplop,oh dari atasan,"Pak Parjiman,anda dipanggil menghadap Bapak di ruang kerjanya nanti siang",belum juga membuka amplop teman seruang sudah mengabari suatu hal yang mendebarkan,apa sesungguhnya?.

"silahkan masuk" sebuah suara menyahut dari dalam ketika ia mengetuk pintu kamar kerja Atasan yang terbiasa di panggil Bapak sama seluruh karyawan.
"Bapak memanggil saya?"
"oh iya pak Parjiman,tapi sebaiknya kita ngobrol di luar saja yuk,kita sekalian makan siang di warung depan yuk", kata sang Atasan.
"mari pak,monggo,jadi merepotkan saya ini" sambut Parjiman malu malu,sambil tetap bertanya tanya kemauan Atasanya yang hari itu terasa aneh,selintas di curinya wajah sang atasan "oh telinga Bapak direktur koq sedikit memanjang dan lidahnya?lidahnya terjulur julur begitu?aneh" batinya,seperti kucing membuntuti sang tuan,Parjiman merunduk runduk.

"jadi begitu Pak Parjiman,perusahaan minta maaf pada Bapak,Bapak mestinya taulah" kata sang atasan usai makan siang mewah yang ternyata restoran padahal tadi beliau dengan enteng bicara,warung depan!,warung itu tak begini pak pakkk.
"iya pak,maafkan saya,maafkan anak saya" Parjiman masih menghadap piring kosong bekasnya dengan duduk ditekuk semodel udang di kursi,saking hormat dan takutnya pada sang atasan.

          Secarik amplop berisi selembar kertas dimasukan kedalam tas kerjanya,merapikan meja bersiap pulang,"Pak Parjiman,mohon maaf kami semua sudah membantu Pak Parjiman dengan sangat,tapi asal bapak ketahui kantor ini juga mempunyai atasan yang lebih atas lagi,bapak tau kan bahwa bapak orang tuanya dulu adalah terlibat organisasi cap hitam?" masih terngiang ucapan sang atasan di sela makan siang.
"iya pak,maafkan saya pak"
"kami semua tak jemu jemu membantu pak Parjiman sekeluarga,masalahnya begini pak,saya dengar anak bapak punya hubungan khusus dengan anak terkasih dari atasan kita semua pak,kita ini apalah pak,saya cuma kacung yang gajinya ga seberapa" sang atasan merendah dengan menyamakan dirinya kacung,"lantas aku siapa?" bisik hati Parjiman
"demi kesopanan pak,saya harap,anak bapak meyudahi hubungan itu,apa bapak mau kita semua di pecat gara gara itu?" sambung sang atasan dengan kata kata makin bertekanan berat.
"saya taulah pak bagaimana perasaan bapak,karena saya juga punya keluarga seperti bapak,cuma kebetulan saya ndak pernah punya hubungan dengan organisasi cap hitam,yahhh anggap saja anak polah bapa kepradah...jadi sekali lagi maafkan saya ya pak Parjiman,atau pak Parjiman mau mengundurkan diri secara sukarela dari kantor kita?yang sudah kita perjuangkan sama sama semenjak dulu dengan perih getir kita pak?..monggo silahkan bapak pikir kanthi wening dan saya tak mau kehilangan rekan kerja seperti bapak yang sudah saya anggap sedulur sendiri" dengan wajah sedikit masam sang atasan melanjutkan kata katanya," huh sedulur?perih getir?hehehe panjenengan ironis pak",jawab Parjiman dalam hati.
"ingat nggih pak Parjiman"
"saya selalu ingat koq pak,bahwa saya keturunan cap hitam yang tak termaafkan,yang dosanya segunung yang dengan dosa saya yang segelintir ini dosa tersebut bisa menenggelamkan bumi ini,bukan hanya kau bos,bukan hanya perusahaan ini bos,bukan hanya negara ini bos,bukan hanya kecoak kecoak bosss,bahkan Tuhan sudah mewakilkan kekuasaaNYA itu kepada bos beserta atasan atasan boss yang masih saja repot bahwa sebuah hubungan anak bau kencur bisa menghancurkan reputasi dunia,bahwa itu sebuah kemustahilan,bahwa aku harus berkaca diri,bahwa aku kecoak yang tak pantas berwawan rembug dengan strata panjenengan semua,kan panjenengan mungkin malah lebih dewa daripada dewa di langit,eh nuwun sewu bos koq lidah mu makin terjulur julur gitu? kupingmu makin panjang? bahwa hubungan anak dengan anak bos adalah sebuah asusila,tak boleh hukumnya,nanti Tuhan marah,nanti kursi panjenengan kotor,nanti rumah panjenengan bau rakyat jelata,tak boleh,eh bos lidahnya lho jangan di julur julurin ah",Parjiman tetap membatin tanpa bisa berkata dengan kenyataan.
Dan ketika Parjiman melewati meja teman teman kerjanya,ah wajah wajah itu koq mirip sang atasan kupingnya mulai pada tumbuh memanjang,hidung menghitam lidah terjulur...ahhh mungkin kaca mataku sudah makin tebal minusnya.

          Pagi,Parjiman menyiapkan diri berangkat kerja,ditengoknya sebentar kamar sang anak,masih tidur telungkup,nampak bantalnya tergenggam erat,lusuh seolah bantal basah kuyup itu tak mau ia lepaskan,ia telan bersama wajahnya,"maafkan bapakmu ya nak",hari ini Parjiman berketetapan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja,"di pikir lagi pak,nanti kita mau makan apa",kata istrinya dengan sembab dimata melepas kepergian Parjiman,padahal biasanya berangkat kerja ya berangkat saja,"kalau kita jualan di pasar adakah yang beli kepada manusia hitam macam kita pak? tapi aku juga ndak tega sama genduk itu pakkkk,duh Gustiii nyuwun pangaksami,mbahhhh mugi panjenengan sumare kanthi tenang nggih mbahhh,wes budalo kono pak...." sebentar Parjiman mencium pipi istrinya dan menghisap gulir airmata dengan dada yang pecah meledak.

          Keluar rumah nampak pula tetangga sebelah kanan kiri dengan kesibukan sama,berbaju kerja,bersepeda motor,bermobil,atau jalan kaki menuju pemberhentian kendaraan umum terburu buru,Parjiman tertegun menghadapi pemandangan hari itu,semua tetangga berwajah kompak,telinga panjang berujung lancip,hidung menghitam,mata awas,lidah panjang terulur,wajah wajah asu? hah semenjak kapan asu berkemeja rapih,berdasi?Parjiman makin bingung.

          Di sepanjang jalan menuju kantor Parjiman tak henti bergumam lirih sebentar bentar menyebut nama Tuhan,sebentar bentar mengelap kacamata minusnya,baru saja ya baru saja dia melihat mobil mewah sang atasan dengan hapalan plat nomornya tetapi alangkah kagetnya dia,sopir itu dia kenal betul sopir pribadi sang boss,koq penumpang di dalam nampak berkepala asu? itu baju kerja bos bukan? ah iya itu baju bos! itu baju anak bos yang masih kuliah bukan? ah iya itu baju anak boss! tapi kepala kepala itu koq bukan kepala yang selama ini ia kenali,itu kepala kepala asu,ah kaca mataku kaca mataku sudah mesti ganti,iya mesti ganti!.
Parjiman duduk makin gelisah di bangku bus,sebagian penumpang terlihat tak jenak pula mungkin takut telat masuk kantor,tapi fenomena apa ini?kenapa isi bus sekarang mahluk mahluk berbaju seragam namun sebagian besar berkepala asu?apakah planetku sudah di jajah sama mahluk planet asing? kepala Parjiman mulai pusing.

          Tiba di dekat pintu gerbang kantor Parjiman sempat melirik kantor kantor lain yang siap melakukan upacara pagi,di pelataran kantornyapun terlihat mulai siap berbaris,tapi keanehan makin menjadi jadi,sebagian besar mahluk mahluk itu berkepala asu dengan lidah terjulur julur,memang satu dua wajah wajah itu tetap wajah manusia,wajah temanyapun terlihat beberapa nampak jelas bahwa itu wajah teman yang ia kenali betul,namun itu hanya satu dua terjepit diantara lautan manusia berwajah asu! coba kutengok kantor lain...hah! betulkah itu? betulkah? ini pasti kerjaan para penghuni planet lain,ah bukan,ini pasti mataku makin rabun,Parjiman sebat memalingkan langkahnya dengan lebih tergesa gesa,berbelok di gang depan tempat ia makan siang,tak berani ia menatap wajah wajah berpapasan baik dari dekat atau dari jauh,sekarang ia bersiap menyeberangi jalan besar itu,di seberang jalan sebuah papan berukuran 50 centian tertulis dengan cat hitam "klinik mata dr Fulan,buka tiap hari kerja,pukul 08.00 s/d 20.00".


Untuk sahabatku terkasih.
Bogor, Sabtu 07/05/2011, 02.30 WIB

"widhi hS"

Kidung Kesaksian Raga

:untuk Tarian Gatotkaca Gandrung


oh mungkin guci guci itu habis sudah isi
perwitasari,air kehidupan
Jatayu,tak lagi terbang mendamba
hinggap berkelindan diruang tanpa batas

Bunda,lampuskan aku!

lintang alihan-lintang alihan
kutitip rindu terlekang pada teduh bumi
andai iya,andai iya kau Bapa Harjuna
meletak cinta kuyup di dada Pergiwa
larutkan jua di didih sunyiku
lepuh
labuh

Bunda,mungkinkah aku pemuja tergila?

bintang sabit kerat telah
usai di kikis malam tercekam
dilindas budi si mati
setiap nama dikenang pada itu
kiprah terbaik kehidupan
harum sesapnya melebihi kembang swargaloka

Bunda,restu langit dan jagat kumohon!

agar culas Hastina tak meluluh lantakan keadilan
keserakahan mesti sirna meski tak tersisa seujung kuku sekalipun
melahirkan putra terkasih untuk menjaga jernih nurani
sang pamomong sejati menjadi kunci
untuk tegaknya kendi kendi di langit sap pitu

Bunda,aku tak gila bukan?

dinda Pergiwa
sihir matamu panah membius
di jantungmu adalah degupku
di hatimu tarikan nafas hidupku
nadi darahmu aliran denyutku
jangan kemaraukan citamu

ooo cakra manggilingan
sepuhkan bara mutiara di tilam sari
roncekan kabut kabut sekar mlati rupa peni
bukan hanya raga namun sang sukma
tali temali sutra
rintik teritmis
dikemudian hari
menujumu

langit putih-hati putih
kembali bunga bertaut wangi

senja melembayung
menyanyikan kidung asmaradana

kahyangan penuh suka andrawina

esok putramu lahir,memanggilku
:Bapaaaa...


Margonda, 12/05/2011 00.30 WIB

ket: gambar oleh google

Sebuah Kesaksian Pedih

:dan semesta kembali menderaskan airmata!

jika malam lah larut
lah larut malam
jiwa raga esok masihkah bertaut?

batu batu menyala merah
ababil melayang garang

keserakahan
kesombongan
kelicikan
:semua terbakar

angkara lenyap tak berbekas

nyanyian parau

akankah kembali hening?

kesadaran jiwa
[kedaulatan hidup terkebiri!!!]

mengintip Tuhan
:Ia tersenyum menatap kejujuran

tunduk!
remuk!

13 Mei 2000
"mengenang mei 1998 yang penuh darah"

Gejolak



adakah rindu begini gebu
juga tak ada lagi lari teramat pacu
kalau bukan hendak menuju
seluruh pada harap rengkuhmu
wahai bunga dititik sunyiku

sungguh geletar pencarian
melatakan seraut takan samar rupa
ini cekam amat siksa sungguh gulana
hanya rapal namamu sepanjang waktu
kugumamkan sepenuh hati selalu tak jemu
o kesaksian

maka biarkan aku menuntaskan
atau meski kutikam saja ini rasa
mencacahnya hingga meremah lara
kemudian menyelam kedasar terdalam

kau keharuman putih
kusimpan dihati nan perih

Depok,10/07/2011, 02.45 WIB

ket: gambar oleh google.

Selasa, 17 April 2012

Sendratari Kasetyaning Pembayun

:Ki Ageng Mangir Wanabaya

 Mijil:
 Dhuh Pembayun / Pudyanku wong kuning/Cahyane mancorong/Gandhes luwes kewes wicarane
  Dhuh kakang paduka pundhen mami / Kawula sayekti bekti marang kakung//...

~Jantung Hati:
selepas malam
dendang dan wayang
ledhek merentas jurang
hati ingatan mengikat kenang
meraba warangka dipinggang

 

   kuselami sunyi
   agar menemukan arti
   mengais hatimu yang setenang sejuk pagi
   kutimpuhkan kaki manunggal semedi

+Pembayun
disawah cangkul bergandeng sabit
kerbau kerbau menarik bajak
kuintip senyum manis telaga
binal menggoda tandak sampur selendang
kucium lenguh nafasmu dinafasku
kuantar kau untuk bakti

-Kakang Mangir
kuantar kau mempertemukan kening dengan sujud
membuka pintu alam merdeka
bebas melayang merenda mayapada
hujan menyeka langit basah
kerismu tanpa cela
berbahan warangka hati
luk sembilan tujuh atau tiga
ganjil karena Sang Ada menyukai hitungan ganjil
penggenapnya adalah raga masing masing jiwa

kakang Mangir
curiga wus manjing warangka
darahmu menggelegak menggelinjangkan rahimku
senyum pasrahmu bercinta dengan maut
meniti nirwana penuh keagungan

tegak leher luruh
bersama sorot tajam mata
menelajangi hunus watu gilang
lenyap menyatu dengan Yang Tiada
menyenggamai puja
lahirkan semesta

watu gilang terbalut tubuhmu
[separuh ragamu terbaring disana
separuh lainya kau tetap bersama tanah perdikan Mangir
dimana rakyatnya mencintai dan kau cintai]

-watu gilang sujud akbar
asap dupa stanggi
kembang setaman
tirta perwitasari
sembah bakti
lebar tangan sambutan kekasih
darah suci tertumpah
memecah kebekuan
[darahmu mengguyur menyiram bumi
pupuk subur tetumbuhan hijau]
gending mengalun pelan nganyut tuwuh
............................campuh

~[segerombol kanak kanak ditanah lapang bergembira ria berhasil menaikan layanglayang keudara mengatur tali kekang mereka meneriakan namamu
"Ki Ageng...Ki Ageng,benihbenih tlah tumbuh tunas
kau pertemukan biji dengan tanah
Ki Ageng...Ki Ageng,benihbenih tlah tumbuh tunas..." dan tawa polos itu.]

Dhuh Pembayun / Pudyanku wong kuning/Cahyane mancorong/Gandhes luwes kewes wicarane
Dhuh kakang paduka pundhen mami / Kawula sayekti bekti marang kakung//...

Depok,08022010.01.21 wib


catatan:
membaca lagi sejarah atas sendratari itu
dan kubayangkan sebuah episode dariku

_ tarian kasetyan,foto by google

:- Mangir
Pramoedya Ananta Toer

- Babad Tanah Jawi
sejarah versi De Graaf/Babat Mangir Balai Bahasa.

kepada mereka terimakasih banyak inspirasi "Mangir"nya
juga Ki Ageng Mangir itu sendiri,seribu salam dan terimakasih

Silau Neon Merampas Purnama DiKampungku

...perlahan namun pasti beton beton itu tumbuh juga dikotaku
bak jamur dimusim hujan,subur tanpa semaian
purnama bersinar muram menunggu sapaan...
purnama...terkucil sendirian kelu


tak kudapati lagu jamuran atau cublak cublak suweng
yang penuh cekikik perawan kencur...
tak pula suara berisik berpetak umpet


bahkan tahta purnama tergeser oleh silau lampu neon
gedebuk kanak kanak kisruh mengisi tanah lapang malam terang
tergantikan peran kotak ajaib penuh ilusi
macapat dendang nasehat menyenyumkan kerling bintang
tergantikan mesin elektronik yang menjual mimpi
nyanyi jengkrik senda burung malam alpa
pohonan beton menyingkirkan pula rindang dedaun
kesantunanpun perlahan tanggal


hei dimana pula tarian kunang dengan kerlipnya dari kuku simati
dan bau rumput basah genang lumpur....


Kang Kusen,Yu Tarni,Lek Jiman..senandungkan padaku sekar pucung itu...
kunikmati sambil berlarian menghindar bayang oleh terang purnama


kutemukan pula kuda pelepah pisang mati kedinginan terkulai membusuk...layu
mata air sendang jernih menangis tanpa air mata lagi - pilu
meluruhkan waktu mengurai nestapa jelaga kelabu


purnama tersenyum parau,meringkihkan hatinya tersenda...
berselimut awan gelap mendengar langkah masa silam tlah tua
duhai purnama mengadulah pada Dzat yang membibingmu akan kesendirianmu
kunanti engkau tetap tersenyum-setinggi cahaya malam biru...


Lengkong,Akhir September 2009, 24.25 WIB

"whS"

mohon maaf ini puisi lama yang ditemukan pada secarik kertas

duduk sendiri melihat purnama cantik yang kesepian...
dimana kawan dan handai tolan dulu itu...???

menatah purnama memunguti keping masa silam
[untuk teman teman semua yang berawal dari kampung
salam sejuk damai purnama bersinar abadi]

Campuh:Tahta dan Gejolak



:Kidung Ken Arok untuk Ken Dedes

                                   "Lalu terhapuslah kutuk Mpu Gandring
                                    Tertebus pengorbanan Ayu Ken Dedes
                                    Tlah moksa riwayat 7 keturunan
                                    Tertulis selembar lontar “kumaafkan”
                                    cunthel"

bara bintang dalam genggamu
menyerta bulan biru serengkuh pesona
yang tergelar pada silam dan masa datang
tiada beranjak dari ketimpangan keketimpangan
waktu terhentikan oleh luk keris
merantas nyinyir menyericau keraguan
melumat wajah Ken Dedes ….
Bersama kilau dibetisnya
          [tapi akukah Arok?….?]

sedang aku membawa menggelar dupa rupa bunga bunga
…..sepenuh telaga pemandian raja
…keiklasanmu
padat penuh wangi  tetesnya
[ kilau dibetisnya tahta untukmu Arok…..!!!
            mungkin suara Lohgawe
            yang terpahat jelas pada dinding masa silam]


kesakitan perih menggurat biru tajam
dari padas padas seringai iblis
angin menggayut merintih getas seperti aum
pedas laknat berjubah manis
…………..mungkin kau tiada daya untuk sekedar teriak
……..meski jenjang kaki tak bohong bicara
          [ya…ya..ya dari tegarmu serta tanda dibetismu
           ………kaulah keturunan Ayu Ken Dedes…….
          kenapa pula tahta melahirkan tumbal tumbal
          keegoisan dan kelicikan berjubah kaum suci
          setiap mata menatap dengki yang bertabir]


Sunting….sunting…suntinglah  dia  Arokkkk!!!
Jadikan permasuri ditahtamu…gapailah agar kau tahu
Dari indah garis pelangi melarikan safir lembut
Dari kuasa yang dipaksakan mendera punggung
Kentara bekas siksa itu terajah disana…..

Akulah Dedes…anak Brahmana cucu dewa
          …kelak kulahirkan raja raja…
rampungkan sejarah itu lalu putihlah
biar semua jadi senyum sejarah
selisihlah menyisih
pudar angkara pada dinding api
          [gema masa silam terus menjalar…menyuarakan bisikan
 harumnya kidung si cantik sayu Ken Dedes
 benarkah dendam tak beranak pinak?]

barang siapa yang telah menculik Dedes putriku, maka ia akan mati akibat kecantikan Dedes...!!!
[pada bulan tergurat jua prasapa Mpu Purwa terlontar takala Dedes tercerabut paksa dari Panawijen
Sang Dara jelita terampas oleh Ametung...
merah padam menahan gejolak wajah sepuh mpu Purwa]

tiada janji teringkar,basuhlah pada ricik pandan
teruwat nyanyian gimbal bajang
          [Anusapati dan Tohjaya mengiya bersenyum damai]


Arok…Arok..telah lepas segala kutuk
Pudar hangus hilang bentuk
Lenyap…menyepi kerna tlah tertebus
Mengkabut dicakrawala terhantar tembikar nyala..lebur
          [Mpu Gandring turut menepikan salam,kumaafkan kau Arokkk
          tapi tak kumaafkan kenistaan nan picik...
          kembali menyarungkan keris ke raganya...]


baik baik agar Raja tetap lahir
agar kutuk hanyut lebur menghias jemari malam
hingga kubah kubah terang tanpa silau
keagungan merambah dawai dawai kecapi
          damai turun dibumi,hiaskan dia ditubuh ini
          angin bumi api kayu besi alam raya
Ya Raja segala Raja lumatlah kutuk itu
agar aku bisa menyelempangkan sampur halus sutra
          [segenap sejarah pada lorong keramat..
            tersenyum bergandeng berpeluk salam…]

jaga Dedesmu Arokku…………
wus wancine rahina datan saged anginggati karsa*
          [tertulis pada binar pesona warna laut lepas]

                   01,.27 WIB nyanyi wangi malam….
                   dibetismu ada jejak Ken Dedes
                   yang lahir kembali untuk mencabut kutuk



Depok,20/11/2010

note:
membaca kembali Arok Dedes nya Pramoedya Ananta Toer
lalu Babad Tanah Jawi,Pararaton Negarakretagama
menjadikan mimpi aneh yang lahir dari sebuah tanya?
"kenapa tahta mengorbankan banyak tumbal?harta,nyawa,kehormatan
tak bisakah kedamaian yang guyup meraih itu semua
dan rukun makmur sentausa selamanya?"
Dampar Kencana megah itu ada lumpur darah

*[.. ketika waktu tlah datang tak sempat lagi berpaling]

Pramoedya Ananta Toer:atas novel yang hebat itu,terimakasih banyak .
Novel novelmu selalu hebat:semoga kau tenang di sisiNya

Bambang Sumantri Pada titik Beku



: perjamuan Sumantri untuk Sukasrana sesaat usai panah lepas

Sang ksatria terjerabab dalam renung,habis fikir pelita hati,seakan pelita itu sinarnya goyah terurai angin jahat,pun awan gelap membentuk badai....lunglai segenap rasa dan jiwa,usai panah itu menyelinap membawa terbang Sukasrana:
"ah adinda dosa apa yang kusandang?"
dipeluknya jiwa raib adinda
"usai taman sriwedari kau putar menjadi taman kraton,usai kasihmu kau pasrahkan halus tulus kuputus nyawamu dari badan"
        [ooo satria hapus duka dan sesal,sebab itu takan menyurutkan langkah
        pantang satria merintih menyesali nasib yang tlah lewat
        kembali engkau bangkit,setiap laju langkah pantang berbalik arah
        panggul saja semua yang tlah kau perbuat.
        teringat kembali Ardisekar bersama Sang Resi,
        ditantingnya kejumudan diri....
        ooo tanganku bersimbah darah mu adinda]

lukanya amat luka
perihnya teramat perih
tak bisa ia berlari dari kisah
:dosa?
         [seandainya aku tak usah menjadi Mahapatih?
         cita cita yang menjadi kuburan buat adinda.....
         kabur angan hanyut pada airmata yang mengabut
         cita cita janganlah membutakan mata...
         gapai kilau cahaya jiwa ada pada nurani
         senantiasa ada suara bening meski lirih ]

duhai jiwa duhai raga
menyatu dalam satu kehendak
engkau raga tiada mungkin berkeinginan
sedang jiwa tertulis pengertian murni halus
         [ah pengertian macam apa aku ini adinda...peragu tiada alang]

kehendak bhakti,abdi,pada darma takluk kepada-Nya semesti berjalan dalam kasunyatan, tak seperti membalik telapak tangan kemudahanya, namun akan ada kawah candradimuka coba serta goda, ketika semua tertaklukan maka di terima pula ia sebagai hambaNya,sedang keluhuran-Nya tiada bisa digambarkan
         [godaan ini teramat berat adinda
         bahkan belum usai cobaan tlah kumangkatkan engkau...
         tak guna lagi airmataku,tak guna lagi pengabdianku...]



"Kakang kutunggu engkau di gerbang Nirwana
pintunya akan terbuka ketika kita sowan bersama"
o jiwa ketika kau mencari keluhuran ajaklah juga raga
   ...... o.....
        [raga akan kembali menjadi bumi
        jiwalah yang menghadap Kang Sejati
        bisikan batin pertama utama,setelahnya adalah godaan]

tiada lagi arah tiada lagi kiblat
Sumantri tenggelam dalam alam awang uwung
menyatu...satu
kususul engkau.
hening
sidhem

kewaspadaan bukanlah sebuah ketakutan teramat sangat

godaan akan terbalut manis dimana mana serupa madu
hendaknya jangan bermain api
ia akan membakar
jangan bermain air
ia akan menenggelamkan
sekedarnya saja
semurwatnya saja
dan ketenangan kau dapat

#Srengenge wus angslup,blencong blencong kapancar kanthi samar repet repet

*rep sidem permanem tan ono huno huni
tan ono walang talisik..........
saungkure goro goro
ono bocah bajang sakembaran
sing siji nggowo bathok unine kanggo nawu segara
kang sawiji nggowo sodo lanang kanggo nyapu jagat

Tidak Tertanggal  Juli/2010.
Usai nonton Wayang Orang "Sumantri Ngenger"


aku ingin menemukan jejakMU
tak hendak aku jadi satria karena aku harus mencari segala apa semesta
tak bisa aku mendapati cerita mulia dari tukang cendol dan serupanya
-segalanya akan kutanyakan pada punakawan,karena mereka akan menatapku keatas penuh takut
melainkan punakawanlah yang bisa bertamu keatas dan kebawah dengan riang diterima sambil memunguti serpih kebajikan
Tuhan aku ingin mencintaiMu karena memang aku mencintaiMu
Tuhan
aku curiga dengan diriku...
Tuhan
aku ingin menemu tapak jejakMu
 [nyanyi senja Ki Petruk Kantong Bolong.....]
[inspirasi atas obrolan dengan penyair multi talenta Faizal Komandobat...terimakasih banyak obrolanya Gus...salam bahagia untukmu ]

UI Depok,2010



keterangan:
#Matahari tenggelam,pancar pelita menyala remang ada bayang mengendap
*keadaan sungguh sunyi sekali
bahkan tiada belalang bersuara
usai sudah keriuhan
lantas muncul 2anak kembar
yang satu membawa batok untuk menguras laut
yang satu membawa lidi untuk menyapu alam

nonton Wayang Orang berjudul Sumantri Mengabdi
kembali tentang tahta yang bersimbah darah...???
mestikah seperti itu?

ket: gambar di ambil dari google

Kesaksian

    kepada Sang Bhisma

              :keprihatinan diperang besar padang kurusetra

.... perih jiwa
raga itu melontar darah
pada cermin
ia membagi
menyenggama kesatuan puja

usai tajam panah merampungkan tugasnya.sang Bhisma berkenan menuturkan kerinduan persatuan dalam keragaman.Yudhistira satria berdarah putih mengiya santun penuh haru.berikutnya Arjuna terlempar dari arena perang
[setelah semalam Kresna merunduk runduk mengintip kelemahan Sang Bhisma
yang sedang bertafakur dalam kemah perangnya...
Kresna usah kau mencuri dengar,hadapkan aku dengan prajurit putri,maka disitulah semayam ruhku...sebab aku takan pernah berperang dengan kekasih jiwaku.....bisik Bhisma dengan aji pamelingnya,ah Brahmana itu mengungkapkan kelemahanya sekaligus tanda bhakti suci untuk sosok wanita....pancar blencong redup]

dan gelar perang menuju saat saat terakhir.....

Bhisma:
ah takkan kulepas kilat panah menujuku.biar kusambut kekasih membawa serta ruh jiwaku.hapus segala airmata untuku,sebab kematianku benar dan nyata adanya,inilah sebuah janji yang terpatri
lewat tajamnya kerinduan,tak pernah salah srikandi membunuhku.sumpah prasapa prajurit dimedan laga
ditanganya tertitip sanggar pamujanku
perang tlah digelar
pantang diurungkan
panji panji berkibaran
pantang diturunkan
meski sehasta tiada kusurutkan langkah
walau ragaku tinggal selembar
meski perang bukanlah penyelesaian tunggal
namun janji adalah bakti

sang ksatria teguh menuju Tuhan,obor obor menuntun asap dupa stanggi.Sang Bhisma diantar kiprah budi kerti mendapati nirwana,senyum pasrah suka cita

Amba aku sambut panggilanmu

Amba:
kakang kusambut engkau kujamu serta tlah kusiapkan tilamsari menerima kedatanganmu


Srikandi luluh lantak tak bersuara.kehilangan segala kuasa.sesal bergayut dari lesatan panah ditangan.

hidup bukan hanya sekedar hitam putih,abu abu sering menggoda dalam timpuh meditasi.
Nirwana?selaksa iming iming hadiah kanak kanak,tanpa nirwana masihkah ada sebuah puja?

tangis langit pecah merobek hening
satriya yang setia menjaga sumpah hingga ajal menjemput
menjaga perih dihati
genang darah
berbantal anak panah
serta meneguk air cucian senjata perang
lelaki sejati berkeharusan menjaga darma

dewa dewa turun menebar rangkai bunga bunga,menyambut lelaki sejati berpulang,tergelar sutera halus tampak langkah jalan menuju langit swargaloka.langit runtuh murung mengalir deras hujan tangis,prahara senyap seketika....
Bhisma,jiwa besar bingkai cermin
tempat berkaca ksatria sejati....



Jadilah selaksa daun pepaya,jelek pahit tiada tara namun memberi khasiat obat yang luar biasa,menenangkan gejolak ketika jiwa memberontak

Lengkong,1 januari 2007,pada temaram senja yang mistis

"whS"

Langendriyan Asmaragama II



      :demi mokswanya Sang Shinta Suci


pancar pada rembulan tak lagi elok meski masih sinar kemarin
Rama Sang Raja besar bersimbah keraguan
keraguan kepiting tertelan ular hidup hidup
mencekik kesadaran yang tempias
betapa jelas tetes hujan terakhir pada ujung daun diluar sana
beku matahati,tuli telinga batin,mencercap kepodang centil

pada pisowanan agung sesiang tadi
dua lelaki kembar mengetuk jantung
dalam Aswamedha,merdu lah merdu kidung si kembar
"iyakah oh Lawa oh Kusa...darahku mengalir dinadimu?
kesumbangan di luar sana menghujan derasnya,gemuruh
pembakaran dan pembuangan masihkan ada yang lebih menyakitkan"

cericit kelelawar malam meninggalkan pula pesan
"ooo malang nian sang Putra Dasarata,duhai Raja besar usir keraguan dihatimu,selayaklah titisan Sang Dewa tentukan satu saja nyalakan sejumput bintang,tetapkan iya atau tidak,usah kau terbuai alunan nada sumbang diluar sana,ooo malang nian Raja besar galau dalam sikap"


-"Kanda,andaipun masih dalam kebimbangan,seperti mula,pembakaran patuh kulalui lalu pembuangan sebagai sembah bakti abdi kujalani kanda,tak yang lain,tak yang bukan,tak sesiapa atas jiwa ragaku,andai ada jamah Rahwana pada kehormatanku maka biarlah bunda bumi menolak jasadku kanda"

+"Sintaaa,kebesaran mu seayu wajahmu dinda,maafkan aku,aku bukan hanya suami bagi prameswari namun Raja bagi rakyatku,namun bisik itu sungguhlah kerasnya...."

-"usaplah airmatamu,tak baik ksatria besar meneteskan airmata,lakukan saja duhai sang raja,hanyutkan kebimbangan,sebab keraguan adalah lebih jahat dari duri dijalan kita,ia penjegal batin,lakukan sang raja....
pengabdianku pada guru laki takan hangus hanya oleh kerna hukuman
kudarmakan keseluruhan keakuan sepenuh sebulat tekad tak gores
buang aku Rama,cinta takzimku utuh"

Laksmana tertegun mengusap selesat ruhnya membisik,"oh kanda,oh ayunda,oh andai...pun aku...ahhh"

ditatanya hati,digelarnya detak jantung
membuka pintu belantara
mempesiapkan ketekadan
sabda pendhita ratu tak bisa menjilat ludah kembali
sumpah yang tlah terlontar adalah amarah gunung api
mengantar ke pembuangan kembali

perempuan ayu yang tlah tersadar oleh permintaan kijang kecana dahulu,menyempatkan berpamit:
"kakang Bharata,adinda Laksmana,selamat tinggal.kanda Rama aku ingin mencium kakimu untuk kesekian kali,terima sembah baktiku kanda...Bunda Pertiwi,perkenankan aku pulang Bunda,hanya engkaulah tempatku berpulang..."

Pisowanan agung lengang tiada terkira,bahkan semua terdiam selaksa batu,tiada gerak,tiada apa,hingga nafas nafas terdengar jelas sangat jelas...menatap perempuan dengan sinar terang agung disekujur tubuhnya,sinar kemuliaan
melepas kepergian pada langkah lembut teguh ayu,alampun hening seolah menderas mantra mantra kebesaran kesejatian....
entah pada tapak keberapa,bumi merekah,bumi belah,pintu gerbang sang waktu terbuka,Bunda Pertiwi teramat jelita menjemput putri terkasih,diayun kecupnya kening sang putri,dipeluk dekap tubuh molek harum cendana tabur roncean bunga bunga mengiring tertutupnya kembali bumi,rapat,utuh seperti sediakala.Shinta menyatu dengan muasalnya,bumi berkenan menerima kepulanganya...cinta lah abadi...

megatruh berkumandang seakan suara dari kedalaman,mengetuk kebebalan.

apa beda keledai? pada satu jurang terperosok berkali kali,ooo kebodohan,oh pikat duniawi....
kembali sesal sang raja tiada ujung,ditinggalkanya tahta,dilepaskanya gelar,menyepi di aliran Gangga yang teduh menanti kesatuan.

hingar bingar sanjung puji mengalpakan nurani
tahta gejolak benderang duniawi menutup pintu batin
keraguan adalah muara bagi tawa pongah angkara kelam gulana
bakti suci kepada guru adalah bakti jenazah kepada yang memandikan
sungkem tertinggi pada semesta sang hidup

tancep kayon

Depok, tidak tertanggal

catatan:membaca epos Ramayana,dimana setelah menyadari kesalahanya Shinta diuji dengan pembakaran yang luluh lantak,cerita belum usai ia bahkan terhukum buang hingga hayat,bakti tertinggi seorang prameswari,sedang Rama sang raja besar itu......?????

Langendriyan Asmaragama I


          : untuk kesaksian pembakaran Sinta Dewi.....

langkah – kendali-rantas
nurani ragu tertatih perih

Bukan pembakaran atas Dewi!!!
Memusnahkan nafsu dunia
Agar hilang langkah alpa
Bara – kalung emas
Pundi pundi mutiara

Keinginan – keinginanlah
- yang liar – bakar!!!

Dari penebusan dosa
Lepaskan lara – bakar!!!

Bukan menghukum Sinta Dewi
Bukan menyangsikan sang cinta
- yang sungguh setianya
Tapi membakar nafsu dunia
Sebab kijang kencana adalah halusinasi – mimpi?
[apa yang kau cari Shinta.....apa yang kau cari....
manis puja puji katakata?]

"Kubakar engkau dengan cinta!!!
luka api basah keringat airmata"
[begitu Ramawijaya berkata]

Sinta Dewi:
"kanda tiada jamah dari Rahwana...aku untukmu saja....
kuasa iblis lah luput cengkeram raga 
tiada kugunting lipat cintamu duhai Rama...lelaki pujaningwang....
tutur manisku sembah bekti tak cela.....bukan bungabunga manis bibir belaka
usah ragu kanda...usah ragu...kubaktikan jua...bakar aku....
yakin yakin dan yakin Dhanyang Sinta ucap sembah bakti"


Ramawijaya:
"dari besar cintaku....tak penat asa
Sinta...untuk apa membohong...untuk apa?
kalau itu hanya sekedar basa basi demi kebahagiaan saja...
ketulusan,keingkaran sebuah janji...
katakan Sinta,katakan saja
menjamahkah rahwana kepadamu....???"

"samudra api tergelar untuk pembuktian kesetiaanmu Sinta..."
-memerah padam wajah Sang Raja...

"Kubakar engkau dengan cinta!!!
luka api basah keringat airmata"
[begitu Ramawijaya berkata]
titah raja tlah terlontar
pantang tuk diurungkan

dikecupnya kening Sang Dewi
Sinta tetap dalam ketenangan
tenang
sungguh tenang
teramat tenang menjemput
berjalan menuju puncak balai api
pada laut nyalanya ia menceburkan diri
hening
ribuan penyaksi terpaku berbareng koor suara "ohh"
sambil mendekap mulut
diam
hanya terdengar geletak api memangsa kayu pembakar
makin lamat Dewi Sinta yang halus itu lenyap dari pandang
api membungkusnya
tenang-duduk-menimpuhkan kaki:laku semedi
menyatukan cipta-rasa dan karsa
api enggan menjamah tubuh :kalis
tetap erat melakukan puja brata
pun kesetiaan lunas terbayar:tuntas
dibangsal kehormatanya Ramawijaya raja besar
:tertunduk tiada bisa berkata apa....

[17 April 2010,22. WIB]

kesetiaan adalah suluh jalan terang kehidupan
sedang tahta adalah kursi panas duniawi

lautan api meluruh menjadi hujan kubang bungabunga...
gending mengalunkan sekar asmaradana...
tancep kayon

[Depok Jum'at 23 April 2010]


"whS"

Gedung WO Bharata,Senen, Jakarta 17 April 2010,22. WIB
terinspirasi oleh
pagelaran wayang orang
RAMAYANA - PRAHASTO GUGUR

Depok Jum'at 23 April 2010
lalu pagi tadi melihat 2 angsa putih disebuah kolam
saling meliukan leher panjangnya penuh romantisme
salah satu angsa dengan paruhnya tampak memberikan ikan kecil
kepada angsa pasanganya...pemandangan indah tentu
begitukah Sang Rama memesrai Dewi Sinta
setelah altar pembakaran itu terjadi?
dari api yang tak melumat tubuhnya
serta malu hati Sang Raja kepada permasuri tercinta?
setelah perang besar,setelah banyak korban untuk merebut kembali Sinta
begitu saja Rama membuat upacara pembakaran Sinta?koq tega ya?

Sabtu, 14 April 2012

Dia Yang Tak Bisa Di Lumpuhkan

:nenek sinden keliling

{demi kemiskinan yang menguliti jiwanya
seribu hud hud terbang memenuhi udara ke arahmu
membawa cawan berisi do'a dan salam dari semesta}


ketika pagi buta Tuhan mengetuk pintu gubuknya
lalu disapanya ia,"laparkah kau kekasihku?"
"benar ya tuan"
"baik kukenyangkan kau kini"
"terimakasih ya tuan
hamba mendapatiMu saja cukup kiranya"


bola matahari siang berarak menggelinding
adalah raja sang terik
angin keras dan kering berkabar panas kemarau
nenek berdendang selaksa menghiraukan nasib
berkain wiru murahan,berselendang mengampar tanah
menari sepenuh hati,dideretan toko toko
ia takut didepan instansi
sebab satpamnya sudah tentu segera mengusir tanda tak suka hati
bahwa aku melihat sekujur tubuhnya adalah airmata


kenapa disebalik gedung mewah
dipojok belakang terdapat gubuk liar?
kemiskinan adalah keseimbangan
sekiranya ada kekayaan akan ia dampingi
o ternyata kemiskinan hanya memperteguh hegemoni si kaya


"biar kuseka peluhmu nenek"
"tak usah nak,ini kesaksian di akhir nanti
bukankah Ia mencintai cucur keringat juang?"
senyum pasrahmu pertanda kegetiran
satu cerita hari ini genap sudah
sang nenek menundukan kota
juga menundukan jerit hatinya
memperolok derita dirinya
mentertawakan kemewahan di sekitarnya


senjapun turun sendu pilu gundah
kembali nenek ke gubuk liarnya
usai berbersih diri,menggantungkan selendang
melipat jarik,berganti pakaian tak kalah lusuh
diambin reyot,beralas koran,nenek istirah tertidur
Tuhan tersenyum,menghangati nenek dengan selimut terbaik
membuai ke alam mimpi


dipojok trotoar lelaki kecil riap riap rambutnya
menyaksikan cerita hidup sebuah kenyataan
hanya bisa termangu
hanya bisa menangis
dikiranya airmata bisa membebaskan kemiskinan
ah ia teringat Ibunya berjuang demi hidup anak anaknya
"aku tau engkau pasti memaafkan aku
:Ibu"


Gubeng,Jum'at 21/10/2011   14.20. WIB

catatan kaki: siang itu kulihat nenek pengamen sinden keliling
diteriknya matahari kemarau ini,beliau mencari pengharapan
wajahnya keriput bersulam bedak luntur disana sini
menyanyikan lagu hingga serak,terus menari tak henti
kota semakin pikuk oleh kendaraan bermotor,hari makin panas
sungguh hidup ini betapa bukan
salam dan do'aku untukmu nenek.

Kumbakarna



blencong blencong tertata disetiap pojok candi
sesekali sinarnya bergoyang lemah tertiup angin
seorang ibu,begitu tua,rusuh duduk sendiri


Dewi Kekasi:


malam itu semakin sendu
ketika menyisakan nyanyian satwa
ia menghadapku
dengan wajah suntrut semerah dadu
namun tetap memancarkan gemilang rembulan
didedahkan muka seolah ingin kumanja
sementara diluar gerimis menyapa
ia bertutur sambil sebentar tertunduk melakukan sembah



Kumbakarna:


Bunda,aku pamit lampus
purna sudah tugasku
usai sudah hidupku
ketika matahari menyingsing
untapkan aku dibalai balai bambu
dengan rengeng rengeng puja puji kepada Tuhan
dari mulutmu
sebagai pengantar lepasnya ruhku
menuju taman terindah
taman terindah
menantimu



Dewi Kekasi:


dengan reroncean bunga bunga diselempangan tubuh
berbaju jubah putih bersih
menekur ia menekur


ah engkau akan berperang putraku
engkau akan pulang?
engkau panglima dambaan





Kumbakarna:


perang ini jahat
merampas suami dari istri
mencerabut kekasih dari dekapan
menyerobot anak dari gendongan ibu
bahwa perang adalah soal hilang dan menghilangkan
biarkan nyawaku untuk pelunasan hutang
kehilangan kehilangan dan kehilangan
juga masa depan
juga sebagian tubuh
juga kehormatan


membela kebatilan akan terseret dalam arus kebatilan
membela kehormatan adalah hak bagi kemanusiaan



Dewi Kekasi:


kakandamu dalam tekanan anaku
balatentaranya habis
negara porak poranda


tiadakah relungmu berbicara
berada di barisan depan kakandamu
menjadi panglima yang perkasa
menumpas musuh penuh kebanggaan



Kumbakarna:


oooooo bunda....oooo sembahku untukmu


blencong samar,kilat berkelindan


hamba tak sudi membela kemungkaran
sesungguhnya pulangkan sang putri
usai usailah prahara
siapa yang menabur akan menuai
oooo
kejahatan cepat atau lambat akan terhukum
kebaikan akan menyala terang benderang


oooooo bunda....oooo sembahku untukmu



sinar makin temaram berpadu padan kebiruan hening,suara suara tetes embun kerap terdengar

begitu heningnya...angin membisik,awan pelan berarak arak



Dewa Brahma:


hemmmmm
anak muda itu datang kepadaku
melakukan sembah sepenuh tunduk
wajah itu semerah angkara
namun kutelisik hatinya semurni pualam
ia mengharap sesuatu dalam puja
keangkaraanya lenyap
meski saat itu kulihat ia menginginkan tahta
kesucian ilmu tlah menjaganya
ia mendengar nurani bening



Kumbakarna:


ya dewa...ya dewaaa
tenangkan diriku dalam tidur panjang
agar aku tak melihat keangkaraan yang melazim di negeriku
matikan aku dalam hidup ya dewa
puja dan sembahku terimalah


langit cerah beraneka warna
kemudian perlahan menjadi lembut



Ramawijaya:


aku mengenal namanya sejak lama
melalui kabar hembus berhembus
ia begitu harum
lantas dimedan itu aku bertemu
sungguh nyata harumnya
sungguh nyata
sungguh nyata ketulusanya
sungguh nyata
sungguh nyata pengabdian terhadap negrinya
ia memilah
ia memilih
antara tahta dan tugas anak negeri
antara hitam dan putih
ia tentu saja memilih putih
tanpa ragu
penuh tegar
ia berkata tidak dengan kepala tegak
ia berkata siap dengan penuh kehormatan
di dua bolamatanya itu kidung para dewa mengalun
aku tak ragu melesatkan anak panahku
sebab itulah cara mengirimkan ksatria sejati
menuju nirwana
mulialah yang mati di medan laga
sebagai bintang jasa diatas bintang jasa
ia mangkat membawa kemegahan panglima
hujan rintik riwis menangisi kepergianya
angin pilu
seluruh kembang memancarkan wanginya
aku tertunduk berpinta pada hyang jagat
sebuah tempat untuknya
baginya
haknya
kusaksikan dewa dewa menjemputnya
anak terbaik bunda tlah pergi


langit membiru
pohonan membiru
pemandangan membiru
pelangi bermunculan
bunga bunga mekar serempak
lantas malu malu suntrut
dewa dewi berpakaian serba putih
menyambut putra terkasih berpulang
layar pelan pelan menutup





SanggarBambu Tali Awal Desember 2011

keterangan: Gambar di ambil dari Google

Selasa, 10 April 2012

Ia Pemimpin Yang Sebenarnya




sebuah cerita namun bukan mengkultuskan,hanya mengisahkan sebuah suri tauladan kepada yang sebenar benar pemimpin.
begini ceritanya:

kejadian ini terjadi awal 1971 - 1973 menurut sumber cerita [yang masih hidup dan tingkat kejujuranya adalah sudah menjadi barang langka dinegeri ini],dipelosok desa kawasan Jogjakarta.
Mbokde Yem,hari itu pulang terlalu sore dari berjualan dipasar,menggendong karung yang penuh berisi dagangan kala itu juga menenteng tenggok,sebagian dagangan yang tidak habis hari itu sebagian pula belanjaan baru untuk di jual dirumah.dari mula hatinya sudah berpikir bahwa dia sudah tak bakalan mendapat angkutan omprengan menuju kampungnya.
model jualan mbokdhe Yem adalah jualan sayur mayur serta bumbu dapur seperti jahe,kunyit dll kemudian pulang pasar membawa dagangan pula untuk di jual di rumah seperti mie,gula putih,sabun dll,biasanya kalau dagangan lagi laris mbokde mengajak salah satu anak gadisnya membantu berjualan.

mau tidak mau meski berat mbokde Yem berjalan pelan pelan "paling sebelum adzan Isya berkumandang dirinya sudah sampai ke rumah" begitu pikirnya,untuk melepas lelah kadang dari mulutnya mengeluarkan suara rengeng rengeng mocopat.singkat waktu sudah sekitar 1kilo jalan yang ia tempuh,oleh beban berat keringatpun senantiasa membanjir.

tiba tiba sebuah mobil jepp terbuka berwarna biru berhenti disampingnya,dan sang sopir yang bertopi koboi lebar menyapanya tanpa kelihatan wajah "mau kemana mbok?" tanyanya halus
"anu ke desa A"
"ohh lah jauh itu?"
"inggih den" mbokde menyebut sang sopir dengan den.
"mau saya antar mbok?"
"ohh ndak usah,malah ngrepoti" tolak mbokde
"ndak kebetulan saya mau ke desa A disana ada saudara saya"
"siapa saudaranya den?"
"ayolah mbok naik sini"tanpa menjawab pertanyaan sang sopir turun dan segera mengangkat gendongan mbokde Yem ke bak belakang mobil.

kemudian....dengan menunduk nunduk mbokde Yem pun duduk melengkung selaksa udang sebagai penghormatan tersangat di depan disamping pak sopir,namun keanehanya si sopir seakan tak mau kelihatan wajahnya sebab kalau mbokde Yem mencuri pandang dengan melirik kesamping,pak sopir akan membuang wajahnya serta membenamkan topinya dalam dalam.

jeep pun melaju hingga ke desa mbokde Yem dan berhenti persis di depan rumah mbokde yang berdinding bilik itu,serta merta sang sopirpun menurunkan dagangan mbokde,entah karena apa atau mungkin tersangkut sudut karung topi sang sopir terjatuh dan menjeritlah mbokde memanggil seluruh isi keluarga sambil jongkok serta menangis haru

kaget bukan kepalang mbokde melihat wajah teduh yang amat dia kenali itu sedang memungut serta menggibas gibaskan kotoran pada topi lebarnya "o Allah Gusti Pangeran,dalem salah menopo,pakneee pakneee,Ngaisah.Warsiyem,ndukkkk Sringatunnn [seluruh anak anaknya tak luput dari panggilan] ini ada kanjeng Sinuwun...nyuwun duko Kanjeng...hiks hiks hiks,dalem nyuwun duko Kanjeng......"
"uwis mbok...sampun mbok,ampun ngaten...ampun ngaten mbok...." dan sang sopir menolong mbokde agar berdiri namun mbokde kukuh untuk jongkok sambil sungkem kemudian di ikuti bapak serta dua anak gadis dewasa yang tergopoh gopoh keluar dari pintu rumah,sedang si kecil Atun menangis tak tau apa apa turun dari punggung kakaknya.

semua mencucurkan airmata serta menunduk jongkok

"sampun nggih mbok,sampun nggih pak ampun ngaten to...lan bocah bocah kabeh pamit nggih" dan mobilpun berlalu,sebelumnya lelaki teduh itu mencium kening Sringatun yang tetap ketakutan dan berpesan "dadio bocah pinter lan jujur yo nduk"
"nyuwun duko gusti...nyuwun duko sinuwun" bibir mbokde berulang ulang mengucap hingga mobil tak kelihatan lagi.

.................

cerita bersumber dari mbok Warsiyem yang meneruskan profesi mbokde Yem berjualan di pasar,mereka tetap dengan kesederhanaan hingga sekarang,dan mbok Warsiyem sampai saat ini tetap mencucurkan airmata haru ketika menceritakan kisah itu.
"ngendikane Kanjeng Sinuwun supados jujur niku den,pesene swargi simbok kulo supados ampun supe kalih ngedikane kanjeng sinuwun,inggih simbok kulo swargi...mbok mbok hiks hiks" itu ketika di tanya beberapa teman teman saya tentang modal hidup,anak anak Ngasiah dan Warsiyem kebanyakan bergelar sarjana [sarjana sebuah kampus terkenal di Asia yang kebetulan berada di Jogjakarta pula] dan bekerja di daerah Jogja,sedang Sringatun menjadi dokter dikota tersebut.

"lha meniko rak berkahe Gusti" itu ketika anak anak muda memuji keberhasilan cucu cucu mbokde Yem "nggih mergone nglampahi amanahe Kanjeng Sinuwun,ngarso dalem ingkang kaping songo...ingkang koq nggih sampun sumare lho priyagung ingkang sae sanget niko...hiks hiks hiks,nyuwun duko kanjeng..."
"dospundi?dalem supados leren lehe dodolan?o alah den,niko jenenge sesongaran,menawi anak anak kulo mulyo niko inggih namung saking Gusti Ingkang Kuwoso den,kito sedoyo saged menopo to?menawi laku prihatin niko pun tampi nggih syukur ngalkamdulilah,lan anak anak kulo najan sampun mulyo inggih tetep kedah prihatin koq den?"
"dospundi?bondo?halah halah bondo bandu niko rak titipan den,menawi bade pun pundut kapan kemawon ingkang kuwoso rak saged mawon?dados nggih tetep kados sakawit den,tetep laku prihatin...."


begitu mbok Warsiyem menerangkan pada segerombol anak muda yang terheran heran,tak ada kesombongan disana dan tak ada merendah rendahkan diri secara palsu,melihat airmata jernih itu,kesederhanaan memadang hidup itu,rasa syukur itu...bagaikan nyanyian dari surga.


rindu sosok sosok model keluarga mbok Warsiyem
rindu pula sosok pemimpin sejati seperti beliau

keterangan:yang di maksud oleh mbok Warsiyem adalah:

Gelar:Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX.
Nama:Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nama Kecil:Dorodjatun
Lahir: Sompilan Ngasem, Jogjakarta, Sabtu Paing 12 April 1912 (tarikh Jawa Islam tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842)

salam hormatku untukmu Sri Paduka...

perlu di ketahui anak anak muda yang bertanya pada mbok Warsiyem adalah para mahasiswa yang kebetulan kost di rumah mbok Ngaisah,kostnya murah karena sedikit jauh dari kampus...

“ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav”, dalam bahasa Indonesia Sultan HB IX menerangkan; “setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun juga tetap Jawa”

mbok Warsiyem adalah saksi hidup ketika itu,saya percaya melihat kejujuran beliau meski semuanya adalah Wallahualam.....