Sabtu, 14 April 2012

Dia Yang Tak Bisa Di Lumpuhkan

:nenek sinden keliling

{demi kemiskinan yang menguliti jiwanya
seribu hud hud terbang memenuhi udara ke arahmu
membawa cawan berisi do'a dan salam dari semesta}


ketika pagi buta Tuhan mengetuk pintu gubuknya
lalu disapanya ia,"laparkah kau kekasihku?"
"benar ya tuan"
"baik kukenyangkan kau kini"
"terimakasih ya tuan
hamba mendapatiMu saja cukup kiranya"


bola matahari siang berarak menggelinding
adalah raja sang terik
angin keras dan kering berkabar panas kemarau
nenek berdendang selaksa menghiraukan nasib
berkain wiru murahan,berselendang mengampar tanah
menari sepenuh hati,dideretan toko toko
ia takut didepan instansi
sebab satpamnya sudah tentu segera mengusir tanda tak suka hati
bahwa aku melihat sekujur tubuhnya adalah airmata


kenapa disebalik gedung mewah
dipojok belakang terdapat gubuk liar?
kemiskinan adalah keseimbangan
sekiranya ada kekayaan akan ia dampingi
o ternyata kemiskinan hanya memperteguh hegemoni si kaya


"biar kuseka peluhmu nenek"
"tak usah nak,ini kesaksian di akhir nanti
bukankah Ia mencintai cucur keringat juang?"
senyum pasrahmu pertanda kegetiran
satu cerita hari ini genap sudah
sang nenek menundukan kota
juga menundukan jerit hatinya
memperolok derita dirinya
mentertawakan kemewahan di sekitarnya


senjapun turun sendu pilu gundah
kembali nenek ke gubuk liarnya
usai berbersih diri,menggantungkan selendang
melipat jarik,berganti pakaian tak kalah lusuh
diambin reyot,beralas koran,nenek istirah tertidur
Tuhan tersenyum,menghangati nenek dengan selimut terbaik
membuai ke alam mimpi


dipojok trotoar lelaki kecil riap riap rambutnya
menyaksikan cerita hidup sebuah kenyataan
hanya bisa termangu
hanya bisa menangis
dikiranya airmata bisa membebaskan kemiskinan
ah ia teringat Ibunya berjuang demi hidup anak anaknya
"aku tau engkau pasti memaafkan aku
:Ibu"


Gubeng,Jum'at 21/10/2011   14.20. WIB

catatan kaki: siang itu kulihat nenek pengamen sinden keliling
diteriknya matahari kemarau ini,beliau mencari pengharapan
wajahnya keriput bersulam bedak luntur disana sini
menyanyikan lagu hingga serak,terus menari tak henti
kota semakin pikuk oleh kendaraan bermotor,hari makin panas
sungguh hidup ini betapa bukan
salam dan do'aku untukmu nenek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar