Bisik
kusenandunglagukan sajak dibalik malam
mengiringi hausnya sinar wajahmu dihati
malam makin pekat sepi
menghujan kelana pada penantian
kilat menusuk nusuk rasaku
mengigil didedah badai
kewarasan mungkin luntur
mokswa terbawa angin lalu
kekasih.....kau yang kusebut senantiasa
duhhh,yang menulisi hatinya dengan tinta berkilau
adakah tak kau rasa bisiku diujung daun daun
melalui bibir malam
kusirami mekar kembang kembang
dari kelopak merah kesumba
dari hati damamimu
kini ku katakan padamu
aku ingin menuliskan namamu seindah mungkin
dalam bait bait puisi
sebab keresahan melandaku
hingga menuju nisbi
Derit Pintu
derit pintu
di jantung malam
menemani kesaksian
mengetuk sukmamu
derit pintu
menggugah lelap
kubasuh wajahku
menantimu
dalam percakapan
yang makin sunyi
angin bertambah rapat dan dingin
perlahan bulir embun menitik satu satu
makin kedap suasana
begitu cinta membelukar
menumpahkan didihnya
bergeletar
menangkap kasihmu
Kau
tersenyum
mengusap kesadaran!
Sanggar Bambutali 19/12/2011
Percakapan
:Astry Maniez
memunggungi hujan ia menempuh rimba
disapa sepanjang alur perjalanan
direntehkanya duri yang membenalu
ah semua tuba pahit rasanya
bahkan bintang tak hanya sekedar di genggam
ia seiring
hai perjalanan penuh kerikil tajam rupanya?
ah ya
agar kaki jiwa kuat katamu!
mari kita bicara tentang kesatria sejati
begini
setiap satria dalam lakon lakon pewayangan
mula hidup menjalani upacara awal
maka kawah candradimuka mendidih melumat tubuh
beribu gunung menjadi
samudera luas meraba raba
dan jadilah sosok manusia sejati
kini aku mau bercerita soal nasi
ketika masih menjadi sejumput padi
sebelumnya ia diketam dan dirawat
lantas
disosoh halus
perih dan panas
menjadi bulir beras
dan terhidang sepiring nasi
satu lagi langkah
melewati tenggorokan kita
menuju lambung
purna sudah bakti
lengkap sudah
mendapati
memberi
[seolah kau berkata
tunjukan padaku cobaanmu
maka aku tau
seberapa besar dirimu]
aku ingin murwat
itu saja
masih katamu.
Depok 20/12/2011, 18.52 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar