Jumat, 20 April 2012

Cerita Tentang Ibu


:Senja Savana

betapa angin sering berbisik lirih
tentang Sarip
menunggu namanya di sebut bunda
pahlawan muda itu selalu saja terbangun
menjemput seruan bunda
bahkan dari matinya...

ketika pergulatan hidup seolah menjadi deraan lautan luas lebarnya,siapakah yang sukses merenangi sampai ke dermaga? ketika mentari bertahta di ubun ubun pada bentang gurun pasir,siapakah yang lunas menunaikan perjalananya? kesangsian dalam juang,siapakah yang sanggup mengusir keraguan hati ketika beban demi beban menggelayut tubuh tak henti henti?

oh laut mana yang tak mau ia arungi? sedang tiap tapak kakinya adalah berkah demi berkah semata. matahari mana yang tak mau menerangi,sedang hari harinya adalah karunia,o ya,rembulan mana yang tak mau elok menjembatani kelopak demi kelopak bunga,kerna tiap senyumnya adalah lambaian terwangi.

Ibu
benar aku bukan Sarip
tapi aku tau,kau simpan segala duka
kau kunyah derita
lantas kau jadikan mantra mantra
yang terbaik untuku

berjam jam kau berdo'a,
berhari hari kau dalam kerja
mengadaikan nyawa
mengadukan yang segala bisa
untuk mempersiapkan anakmu pada kelak

bagi kami kanak,awal hari bermula dari
bisik lirihmu takala membangunkan
"nak arungilah waktu,belajarlah sebaik mampu"
kemudian sarapan pagi kudapati,lalu tak kau isikah perutmu bunda?
ah sepagi itu bahkan sudah kau teteskan keringat,untuk anakmu

sosok itu makin renta,keriput,bahwa setiap gurat wajahnya sebuah penanda hidup penuh pengabdian,sepagi itu ia tlah bangun,lantas memetik lagu terdamai dengan percintaan dengan-Nya,di tanak nasi buat sang anak,di jereng kopi buat sang suami,dan satu demi satu ia bangunkan kesadaranya,untuk menempuh amsal,sedang perut sendiri? olala,sisa sisa sarapan yang berserak di meja makan menjadi sarapan termanis baginya.

oh rasa syukur terkumandang sebagai hujan deras dari bibir itu,tak ada keluh apalagi kesah,semua di telan sebagai ibadah. larutlah larutlah semua yang terangkai pada genggaman. siapakah teman sejati baginya? tak lain dan tak bukan hanyalah kasihNya semata.

Ibu
senyum tulusmu
sesungguhnya tlah memanggangku
itulah mengapa tak ada usai bagi hembus angin
sebab penjuru adalah wadah tak jemu jemu
air tak henti mengalir
kapanpun
dari darasnya cinta Ibu
rapal apa pula yang ia gumamkan
pada sepertiga malam paling sunyi?
paling sendiri
hanya ada Dia dengan dirinya
iya
nama sang anak,utama dalam zikir beliau
tak kunjung tuntas bagi cinta terbesar
ia maha laut sumber kisah
sumber kasih


bertahun lalu,nilaiku hancur,mimpi besar dari rumah berkeping keping
ketakutan menghadapmu,dengan tangan hampaku
ah senyumu menenangkan segalanya
"berusaha lagi nak,berusaha lagi,kaulah yang terbaik nak"

seorang anak berharapan besar,menempuh ujian demi ujian,"sekolah yang baik nak" kata beliau,acapkali sang anak ingkar dari janji,padahal sang bunda menabung sen demi sen hanya untuk sang anak,bahkan bunda tak sempat untuk membeli kebahagiaan kemewahan kecil buat dirinya sendiri,tak heran ketika nilainya jeblok,penuh sesal ia menghadap bunda dan perempuan paruh baya tersebut penuh cinta penuh pengertian akan berkata,"sudahlah nak,berjuanglah lagi,kau anak yang baik,mutiara bagi bunda,pasti kau bisa anaku" [Bunda benarkah kau tak tau kenakalan kenakalanku? aku yakin kau pasti tau,hanya karena luas tanpa tepilah hatimu hingga kau tetap membanggakan anakmu]

ku urai kisah ini,saat pagi mengetuk ketuk jendela
coba perdengarkan suara pelan mentari yang berpapas bulan bintang
"perkabarkan pada mereka setiap biji tasbih kasihnya,bahwa ada cinta takan kunjung lunas"

air mata,kucur keringat
duka suka
seggenggam harap
tenaga tanpa penat


"Ripppp Saripppppp.....!!!!!"
"duli anakmu menghadap bunda"


Depok, 20 April 2012, 01.30 WIB
kutuliskan untuk seorang sahabat

catatan kaki: Sarip yang dimaksud adalah Sarip Tamba Oso,seorang anak muda Jagoan dari Gedangan Sidorjo Dusun Tambak Oso,seorang pemberani penentang penjajahan Belanda,konon entah mati berapa kali sekalipun ketika bunda memaggil namanya maka seketika ia tersadar dari mati dan hidup kembali

Sebuah kisah kepahlawanan dari arek arek Suroboyo di Jaman Penjajahan Belanda. Kisah seperti si Pitung seorang jagoan silat, tetapi juga seorang perampok orang orang kaya yang bekerja sama dengan kumpeni dan hasilnya diberikan pada masyarakat miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar