Rabu, 18 April 2012

Dongeng Manusia Asu

          Parjiman masih terbengong menatap secarik kertas ditanganya,bukan hanya kertas itu yang dipikirkan namun harus bagaimana ia berkata pada buah hati dirumah nanti,harus berkata apa pada istrinya yang begitu setia,"maafkan aku ya Gustiii maafkan aku nak...maafkan bapakmu...."
Hari itu di meja kerjanya tergeletak selembar amplop,oh dari atasan,"Pak Parjiman,anda dipanggil menghadap Bapak di ruang kerjanya nanti siang",belum juga membuka amplop teman seruang sudah mengabari suatu hal yang mendebarkan,apa sesungguhnya?.

"silahkan masuk" sebuah suara menyahut dari dalam ketika ia mengetuk pintu kamar kerja Atasan yang terbiasa di panggil Bapak sama seluruh karyawan.
"Bapak memanggil saya?"
"oh iya pak Parjiman,tapi sebaiknya kita ngobrol di luar saja yuk,kita sekalian makan siang di warung depan yuk", kata sang Atasan.
"mari pak,monggo,jadi merepotkan saya ini" sambut Parjiman malu malu,sambil tetap bertanya tanya kemauan Atasanya yang hari itu terasa aneh,selintas di curinya wajah sang atasan "oh telinga Bapak direktur koq sedikit memanjang dan lidahnya?lidahnya terjulur julur begitu?aneh" batinya,seperti kucing membuntuti sang tuan,Parjiman merunduk runduk.

"jadi begitu Pak Parjiman,perusahaan minta maaf pada Bapak,Bapak mestinya taulah" kata sang atasan usai makan siang mewah yang ternyata restoran padahal tadi beliau dengan enteng bicara,warung depan!,warung itu tak begini pak pakkk.
"iya pak,maafkan saya,maafkan anak saya" Parjiman masih menghadap piring kosong bekasnya dengan duduk ditekuk semodel udang di kursi,saking hormat dan takutnya pada sang atasan.

          Secarik amplop berisi selembar kertas dimasukan kedalam tas kerjanya,merapikan meja bersiap pulang,"Pak Parjiman,mohon maaf kami semua sudah membantu Pak Parjiman dengan sangat,tapi asal bapak ketahui kantor ini juga mempunyai atasan yang lebih atas lagi,bapak tau kan bahwa bapak orang tuanya dulu adalah terlibat organisasi cap hitam?" masih terngiang ucapan sang atasan di sela makan siang.
"iya pak,maafkan saya pak"
"kami semua tak jemu jemu membantu pak Parjiman sekeluarga,masalahnya begini pak,saya dengar anak bapak punya hubungan khusus dengan anak terkasih dari atasan kita semua pak,kita ini apalah pak,saya cuma kacung yang gajinya ga seberapa" sang atasan merendah dengan menyamakan dirinya kacung,"lantas aku siapa?" bisik hati Parjiman
"demi kesopanan pak,saya harap,anak bapak meyudahi hubungan itu,apa bapak mau kita semua di pecat gara gara itu?" sambung sang atasan dengan kata kata makin bertekanan berat.
"saya taulah pak bagaimana perasaan bapak,karena saya juga punya keluarga seperti bapak,cuma kebetulan saya ndak pernah punya hubungan dengan organisasi cap hitam,yahhh anggap saja anak polah bapa kepradah...jadi sekali lagi maafkan saya ya pak Parjiman,atau pak Parjiman mau mengundurkan diri secara sukarela dari kantor kita?yang sudah kita perjuangkan sama sama semenjak dulu dengan perih getir kita pak?..monggo silahkan bapak pikir kanthi wening dan saya tak mau kehilangan rekan kerja seperti bapak yang sudah saya anggap sedulur sendiri" dengan wajah sedikit masam sang atasan melanjutkan kata katanya," huh sedulur?perih getir?hehehe panjenengan ironis pak",jawab Parjiman dalam hati.
"ingat nggih pak Parjiman"
"saya selalu ingat koq pak,bahwa saya keturunan cap hitam yang tak termaafkan,yang dosanya segunung yang dengan dosa saya yang segelintir ini dosa tersebut bisa menenggelamkan bumi ini,bukan hanya kau bos,bukan hanya perusahaan ini bos,bukan hanya negara ini bos,bukan hanya kecoak kecoak bosss,bahkan Tuhan sudah mewakilkan kekuasaaNYA itu kepada bos beserta atasan atasan boss yang masih saja repot bahwa sebuah hubungan anak bau kencur bisa menghancurkan reputasi dunia,bahwa itu sebuah kemustahilan,bahwa aku harus berkaca diri,bahwa aku kecoak yang tak pantas berwawan rembug dengan strata panjenengan semua,kan panjenengan mungkin malah lebih dewa daripada dewa di langit,eh nuwun sewu bos koq lidah mu makin terjulur julur gitu? kupingmu makin panjang? bahwa hubungan anak dengan anak bos adalah sebuah asusila,tak boleh hukumnya,nanti Tuhan marah,nanti kursi panjenengan kotor,nanti rumah panjenengan bau rakyat jelata,tak boleh,eh bos lidahnya lho jangan di julur julurin ah",Parjiman tetap membatin tanpa bisa berkata dengan kenyataan.
Dan ketika Parjiman melewati meja teman teman kerjanya,ah wajah wajah itu koq mirip sang atasan kupingnya mulai pada tumbuh memanjang,hidung menghitam lidah terjulur...ahhh mungkin kaca mataku sudah makin tebal minusnya.

          Pagi,Parjiman menyiapkan diri berangkat kerja,ditengoknya sebentar kamar sang anak,masih tidur telungkup,nampak bantalnya tergenggam erat,lusuh seolah bantal basah kuyup itu tak mau ia lepaskan,ia telan bersama wajahnya,"maafkan bapakmu ya nak",hari ini Parjiman berketetapan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja,"di pikir lagi pak,nanti kita mau makan apa",kata istrinya dengan sembab dimata melepas kepergian Parjiman,padahal biasanya berangkat kerja ya berangkat saja,"kalau kita jualan di pasar adakah yang beli kepada manusia hitam macam kita pak? tapi aku juga ndak tega sama genduk itu pakkkk,duh Gustiii nyuwun pangaksami,mbahhhh mugi panjenengan sumare kanthi tenang nggih mbahhh,wes budalo kono pak...." sebentar Parjiman mencium pipi istrinya dan menghisap gulir airmata dengan dada yang pecah meledak.

          Keluar rumah nampak pula tetangga sebelah kanan kiri dengan kesibukan sama,berbaju kerja,bersepeda motor,bermobil,atau jalan kaki menuju pemberhentian kendaraan umum terburu buru,Parjiman tertegun menghadapi pemandangan hari itu,semua tetangga berwajah kompak,telinga panjang berujung lancip,hidung menghitam,mata awas,lidah panjang terulur,wajah wajah asu? hah semenjak kapan asu berkemeja rapih,berdasi?Parjiman makin bingung.

          Di sepanjang jalan menuju kantor Parjiman tak henti bergumam lirih sebentar bentar menyebut nama Tuhan,sebentar bentar mengelap kacamata minusnya,baru saja ya baru saja dia melihat mobil mewah sang atasan dengan hapalan plat nomornya tetapi alangkah kagetnya dia,sopir itu dia kenal betul sopir pribadi sang boss,koq penumpang di dalam nampak berkepala asu? itu baju kerja bos bukan? ah iya itu baju bos! itu baju anak bos yang masih kuliah bukan? ah iya itu baju anak boss! tapi kepala kepala itu koq bukan kepala yang selama ini ia kenali,itu kepala kepala asu,ah kaca mataku kaca mataku sudah mesti ganti,iya mesti ganti!.
Parjiman duduk makin gelisah di bangku bus,sebagian penumpang terlihat tak jenak pula mungkin takut telat masuk kantor,tapi fenomena apa ini?kenapa isi bus sekarang mahluk mahluk berbaju seragam namun sebagian besar berkepala asu?apakah planetku sudah di jajah sama mahluk planet asing? kepala Parjiman mulai pusing.

          Tiba di dekat pintu gerbang kantor Parjiman sempat melirik kantor kantor lain yang siap melakukan upacara pagi,di pelataran kantornyapun terlihat mulai siap berbaris,tapi keanehan makin menjadi jadi,sebagian besar mahluk mahluk itu berkepala asu dengan lidah terjulur julur,memang satu dua wajah wajah itu tetap wajah manusia,wajah temanyapun terlihat beberapa nampak jelas bahwa itu wajah teman yang ia kenali betul,namun itu hanya satu dua terjepit diantara lautan manusia berwajah asu! coba kutengok kantor lain...hah! betulkah itu? betulkah? ini pasti kerjaan para penghuni planet lain,ah bukan,ini pasti mataku makin rabun,Parjiman sebat memalingkan langkahnya dengan lebih tergesa gesa,berbelok di gang depan tempat ia makan siang,tak berani ia menatap wajah wajah berpapasan baik dari dekat atau dari jauh,sekarang ia bersiap menyeberangi jalan besar itu,di seberang jalan sebuah papan berukuran 50 centian tertulis dengan cat hitam "klinik mata dr Fulan,buka tiap hari kerja,pukul 08.00 s/d 20.00".


Untuk sahabatku terkasih.
Bogor, Sabtu 07/05/2011, 02.30 WIB

"widhi hS"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar