Selasa, 17 April 2012

Campuh:Tahta dan Gejolak



:Kidung Ken Arok untuk Ken Dedes

                                   "Lalu terhapuslah kutuk Mpu Gandring
                                    Tertebus pengorbanan Ayu Ken Dedes
                                    Tlah moksa riwayat 7 keturunan
                                    Tertulis selembar lontar “kumaafkan”
                                    cunthel"

bara bintang dalam genggamu
menyerta bulan biru serengkuh pesona
yang tergelar pada silam dan masa datang
tiada beranjak dari ketimpangan keketimpangan
waktu terhentikan oleh luk keris
merantas nyinyir menyericau keraguan
melumat wajah Ken Dedes ….
Bersama kilau dibetisnya
          [tapi akukah Arok?….?]

sedang aku membawa menggelar dupa rupa bunga bunga
…..sepenuh telaga pemandian raja
…keiklasanmu
padat penuh wangi  tetesnya
[ kilau dibetisnya tahta untukmu Arok…..!!!
            mungkin suara Lohgawe
            yang terpahat jelas pada dinding masa silam]


kesakitan perih menggurat biru tajam
dari padas padas seringai iblis
angin menggayut merintih getas seperti aum
pedas laknat berjubah manis
…………..mungkin kau tiada daya untuk sekedar teriak
……..meski jenjang kaki tak bohong bicara
          [ya…ya..ya dari tegarmu serta tanda dibetismu
           ………kaulah keturunan Ayu Ken Dedes…….
          kenapa pula tahta melahirkan tumbal tumbal
          keegoisan dan kelicikan berjubah kaum suci
          setiap mata menatap dengki yang bertabir]


Sunting….sunting…suntinglah  dia  Arokkkk!!!
Jadikan permasuri ditahtamu…gapailah agar kau tahu
Dari indah garis pelangi melarikan safir lembut
Dari kuasa yang dipaksakan mendera punggung
Kentara bekas siksa itu terajah disana…..

Akulah Dedes…anak Brahmana cucu dewa
          …kelak kulahirkan raja raja…
rampungkan sejarah itu lalu putihlah
biar semua jadi senyum sejarah
selisihlah menyisih
pudar angkara pada dinding api
          [gema masa silam terus menjalar…menyuarakan bisikan
 harumnya kidung si cantik sayu Ken Dedes
 benarkah dendam tak beranak pinak?]

barang siapa yang telah menculik Dedes putriku, maka ia akan mati akibat kecantikan Dedes...!!!
[pada bulan tergurat jua prasapa Mpu Purwa terlontar takala Dedes tercerabut paksa dari Panawijen
Sang Dara jelita terampas oleh Ametung...
merah padam menahan gejolak wajah sepuh mpu Purwa]

tiada janji teringkar,basuhlah pada ricik pandan
teruwat nyanyian gimbal bajang
          [Anusapati dan Tohjaya mengiya bersenyum damai]


Arok…Arok..telah lepas segala kutuk
Pudar hangus hilang bentuk
Lenyap…menyepi kerna tlah tertebus
Mengkabut dicakrawala terhantar tembikar nyala..lebur
          [Mpu Gandring turut menepikan salam,kumaafkan kau Arokkk
          tapi tak kumaafkan kenistaan nan picik...
          kembali menyarungkan keris ke raganya...]


baik baik agar Raja tetap lahir
agar kutuk hanyut lebur menghias jemari malam
hingga kubah kubah terang tanpa silau
keagungan merambah dawai dawai kecapi
          damai turun dibumi,hiaskan dia ditubuh ini
          angin bumi api kayu besi alam raya
Ya Raja segala Raja lumatlah kutuk itu
agar aku bisa menyelempangkan sampur halus sutra
          [segenap sejarah pada lorong keramat..
            tersenyum bergandeng berpeluk salam…]

jaga Dedesmu Arokku…………
wus wancine rahina datan saged anginggati karsa*
          [tertulis pada binar pesona warna laut lepas]

                   01,.27 WIB nyanyi wangi malam….
                   dibetismu ada jejak Ken Dedes
                   yang lahir kembali untuk mencabut kutuk



Depok,20/11/2010

note:
membaca kembali Arok Dedes nya Pramoedya Ananta Toer
lalu Babad Tanah Jawi,Pararaton Negarakretagama
menjadikan mimpi aneh yang lahir dari sebuah tanya?
"kenapa tahta mengorbankan banyak tumbal?harta,nyawa,kehormatan
tak bisakah kedamaian yang guyup meraih itu semua
dan rukun makmur sentausa selamanya?"
Dampar Kencana megah itu ada lumpur darah

*[.. ketika waktu tlah datang tak sempat lagi berpaling]

Pramoedya Ananta Toer:atas novel yang hebat itu,terimakasih banyak .
Novel novelmu selalu hebat:semoga kau tenang di sisiNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar