Selasa, 10 April 2012

Ia Pemimpin Yang Sebenarnya




sebuah cerita namun bukan mengkultuskan,hanya mengisahkan sebuah suri tauladan kepada yang sebenar benar pemimpin.
begini ceritanya:

kejadian ini terjadi awal 1971 - 1973 menurut sumber cerita [yang masih hidup dan tingkat kejujuranya adalah sudah menjadi barang langka dinegeri ini],dipelosok desa kawasan Jogjakarta.
Mbokde Yem,hari itu pulang terlalu sore dari berjualan dipasar,menggendong karung yang penuh berisi dagangan kala itu juga menenteng tenggok,sebagian dagangan yang tidak habis hari itu sebagian pula belanjaan baru untuk di jual dirumah.dari mula hatinya sudah berpikir bahwa dia sudah tak bakalan mendapat angkutan omprengan menuju kampungnya.
model jualan mbokdhe Yem adalah jualan sayur mayur serta bumbu dapur seperti jahe,kunyit dll kemudian pulang pasar membawa dagangan pula untuk di jual di rumah seperti mie,gula putih,sabun dll,biasanya kalau dagangan lagi laris mbokde mengajak salah satu anak gadisnya membantu berjualan.

mau tidak mau meski berat mbokde Yem berjalan pelan pelan "paling sebelum adzan Isya berkumandang dirinya sudah sampai ke rumah" begitu pikirnya,untuk melepas lelah kadang dari mulutnya mengeluarkan suara rengeng rengeng mocopat.singkat waktu sudah sekitar 1kilo jalan yang ia tempuh,oleh beban berat keringatpun senantiasa membanjir.

tiba tiba sebuah mobil jepp terbuka berwarna biru berhenti disampingnya,dan sang sopir yang bertopi koboi lebar menyapanya tanpa kelihatan wajah "mau kemana mbok?" tanyanya halus
"anu ke desa A"
"ohh lah jauh itu?"
"inggih den" mbokde menyebut sang sopir dengan den.
"mau saya antar mbok?"
"ohh ndak usah,malah ngrepoti" tolak mbokde
"ndak kebetulan saya mau ke desa A disana ada saudara saya"
"siapa saudaranya den?"
"ayolah mbok naik sini"tanpa menjawab pertanyaan sang sopir turun dan segera mengangkat gendongan mbokde Yem ke bak belakang mobil.

kemudian....dengan menunduk nunduk mbokde Yem pun duduk melengkung selaksa udang sebagai penghormatan tersangat di depan disamping pak sopir,namun keanehanya si sopir seakan tak mau kelihatan wajahnya sebab kalau mbokde Yem mencuri pandang dengan melirik kesamping,pak sopir akan membuang wajahnya serta membenamkan topinya dalam dalam.

jeep pun melaju hingga ke desa mbokde Yem dan berhenti persis di depan rumah mbokde yang berdinding bilik itu,serta merta sang sopirpun menurunkan dagangan mbokde,entah karena apa atau mungkin tersangkut sudut karung topi sang sopir terjatuh dan menjeritlah mbokde memanggil seluruh isi keluarga sambil jongkok serta menangis haru

kaget bukan kepalang mbokde melihat wajah teduh yang amat dia kenali itu sedang memungut serta menggibas gibaskan kotoran pada topi lebarnya "o Allah Gusti Pangeran,dalem salah menopo,pakneee pakneee,Ngaisah.Warsiyem,ndukkkk Sringatunnn [seluruh anak anaknya tak luput dari panggilan] ini ada kanjeng Sinuwun...nyuwun duko Kanjeng...hiks hiks hiks,dalem nyuwun duko Kanjeng......"
"uwis mbok...sampun mbok,ampun ngaten...ampun ngaten mbok...." dan sang sopir menolong mbokde agar berdiri namun mbokde kukuh untuk jongkok sambil sungkem kemudian di ikuti bapak serta dua anak gadis dewasa yang tergopoh gopoh keluar dari pintu rumah,sedang si kecil Atun menangis tak tau apa apa turun dari punggung kakaknya.

semua mencucurkan airmata serta menunduk jongkok

"sampun nggih mbok,sampun nggih pak ampun ngaten to...lan bocah bocah kabeh pamit nggih" dan mobilpun berlalu,sebelumnya lelaki teduh itu mencium kening Sringatun yang tetap ketakutan dan berpesan "dadio bocah pinter lan jujur yo nduk"
"nyuwun duko gusti...nyuwun duko sinuwun" bibir mbokde berulang ulang mengucap hingga mobil tak kelihatan lagi.

.................

cerita bersumber dari mbok Warsiyem yang meneruskan profesi mbokde Yem berjualan di pasar,mereka tetap dengan kesederhanaan hingga sekarang,dan mbok Warsiyem sampai saat ini tetap mencucurkan airmata haru ketika menceritakan kisah itu.
"ngendikane Kanjeng Sinuwun supados jujur niku den,pesene swargi simbok kulo supados ampun supe kalih ngedikane kanjeng sinuwun,inggih simbok kulo swargi...mbok mbok hiks hiks" itu ketika di tanya beberapa teman teman saya tentang modal hidup,anak anak Ngasiah dan Warsiyem kebanyakan bergelar sarjana [sarjana sebuah kampus terkenal di Asia yang kebetulan berada di Jogjakarta pula] dan bekerja di daerah Jogja,sedang Sringatun menjadi dokter dikota tersebut.

"lha meniko rak berkahe Gusti" itu ketika anak anak muda memuji keberhasilan cucu cucu mbokde Yem "nggih mergone nglampahi amanahe Kanjeng Sinuwun,ngarso dalem ingkang kaping songo...ingkang koq nggih sampun sumare lho priyagung ingkang sae sanget niko...hiks hiks hiks,nyuwun duko kanjeng..."
"dospundi?dalem supados leren lehe dodolan?o alah den,niko jenenge sesongaran,menawi anak anak kulo mulyo niko inggih namung saking Gusti Ingkang Kuwoso den,kito sedoyo saged menopo to?menawi laku prihatin niko pun tampi nggih syukur ngalkamdulilah,lan anak anak kulo najan sampun mulyo inggih tetep kedah prihatin koq den?"
"dospundi?bondo?halah halah bondo bandu niko rak titipan den,menawi bade pun pundut kapan kemawon ingkang kuwoso rak saged mawon?dados nggih tetep kados sakawit den,tetep laku prihatin...."


begitu mbok Warsiyem menerangkan pada segerombol anak muda yang terheran heran,tak ada kesombongan disana dan tak ada merendah rendahkan diri secara palsu,melihat airmata jernih itu,kesederhanaan memadang hidup itu,rasa syukur itu...bagaikan nyanyian dari surga.


rindu sosok sosok model keluarga mbok Warsiyem
rindu pula sosok pemimpin sejati seperti beliau

keterangan:yang di maksud oleh mbok Warsiyem adalah:

Gelar:Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX.
Nama:Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nama Kecil:Dorodjatun
Lahir: Sompilan Ngasem, Jogjakarta, Sabtu Paing 12 April 1912 (tarikh Jawa Islam tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842)

salam hormatku untukmu Sri Paduka...

perlu di ketahui anak anak muda yang bertanya pada mbok Warsiyem adalah para mahasiswa yang kebetulan kost di rumah mbok Ngaisah,kostnya murah karena sedikit jauh dari kampus...

“ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav”, dalam bahasa Indonesia Sultan HB IX menerangkan; “setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun juga tetap Jawa”

mbok Warsiyem adalah saksi hidup ketika itu,saya percaya melihat kejujuran beliau meski semuanya adalah Wallahualam.....




2 komentar:

  1. Meniko sami kaliyan critanipun Bapak kulo nalika kula taksih alit.

    BalasHapus
  2. oh mekaten to? wah wah wahhh keleresan sanget,nuwun sanget...nuwun

    BalasHapus