Kamis, 19 April 2012

Sajak Sajak Kepadamu IV




Serangkum Nyala

secawan kopi pagi ini berceloteh kepadaku
wangi berkabar hingga memekarkan cuping hidung
kental manis hitam pekat
kepulnya terus menuju angkasa
jejak jejak enggan kutuliskan menjadi semacam catatan
oleh sebab aku merasa ragu,pantaskah kutorehkan semua itu


kini aku mengejar bayang,
beradu cepat dengan roda mobil
seperti berputarnya waktu
terus menggilas atau tergilas
sesekali hujan tempias
ternyata inilah hidup
harus bersinergi dengan alam


bayang kisah tua datang mengendap endap
dengan lukisan langit maha indah
secawan kopi kembali mengepul
tertulis kasidah kisah berikut mungkin
ah sebaiknya kujalani saja detak detik waktu
tak usah banyak tanya lagi
serangkum nyala biru didua telapak tanganku

Solo 26/12/2011


Perjalanan Senja

tepat pukul 3 seseorang menjemputku
dari jauh Kedung Ombo melambai lambai
beratap langit yang menghampar biru legam
sedang pohonan laksana jubah ksatria
gagap setiap sendi tubuhku
menangkap puisi terindah dihadapan mata
sedang jemariku tak kuasa mewakili


kupikir akan gampang menangkap dialog daun daun
yang berkesiur ditiup angin
atau bisikan bisikan danau pada bangau bangau diatasnya
ternyata semua tak gampang
jemariku makin bergeletar
menatap pagelaran alam
sesekali kendaraan bergoyang seperti hendak terbang
menapaki jalan terjal,penuh lobang,bebatuan
hai kurasa benarlah ini kehidupan
selalu saja ada onak duri pengganggu perjalanan
semua menuju kematangan tentu


kegagalan lintas akan selalu ada
ketajaman pikir menundukan semua itu
agar hidup tak abu abu
hitam putih nyata terbentang


Kedung Ombo 26/12/2011


Kidung

:Pipit F

kembali senja masih berpanorama
dibatas cakrawala semburat merah matahari
Tangan Sang Kekasih berkenan mengusap lembut
sinar perak menyala gagah


pabila pergulatan nasib seolah menekan pundak
jangan surutkan menyeirama nasib,jangan surutkan!
berkali jatuh dan berkali bangun
untuk menemukan inti kemenangan


jingga semburat merayap turun kebumi
dilingkari wajahmu dalam anganku
dibalik bukit angin menghembuskan dingin
cericit kelelawar hendak kelana
purna sungguh itu pemandangan
sebentar lagi sedap malam membagi wanginya....
o
kesempurnaan tak terjabarkan


kalau kisah serupa perjalanan
batu tajam sebagai ujian
tongkat kuat adalah penunduk kelicinan
bersumber dari nurani
yang tak henti dikaji dan mengkaji
menerima anugrah penuh syukur suka cita

Purwodadi 27/12/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar