Sabtu, 23 Juni 2012

Lelaki Yang Benci Perahu





lelaki itu benci perahu,padamulanya sepele sesungguhnya tidaklah benar ia benci perahu,tepatnya lelaki itu benci kalimat perahu,bukan perahu dalam bentuk namun hanya kalimat "perahu" saja.



lelaki kecil bertatap mata menghujam bumi [sebab ia tak mau menatap langit "langit adalah lukisan indah dari Sang Maha Indah" begitu katanya,"jadi tak baiklah menatap Yang Maha Indah melukis langit"]

dipagi yang elok nian ditemukan seruam mawar...."ahhh kau?"ya katanya...



"masukan aku pada ruang dihatimu"kata sang mawar

benarkah?" sambutku

"iya...iya..."

"auw..."

"tak percayakah kau?"

"bukan!"



"lantas?"



"benarkah kau akan menghiasi hatiku?"



"usir keraguanmu lelaki,aku menemu kesantunan di hembus nafasmu..."



"ah aku cuma pengembara sunyi kecil tanpa arti...pada yang lelap kususuri jalan"



"lelaki kau tlah membangunkan aku arti mimpi,kau makin menyeretku ke kubang hatimu"



lalu hari berputar seakan cakramanggilingan...lelaki kecil sederhana menggenggam mawar...ditimang tiap saat sepenuh hati menyusur detak jarum waktu....



malam sunyi menari...lautan menggelar pamandangan indah

perahu melintas...



hai sang mawar mendekati perahu yang berambut ombak itu

melukiskan kalimatnya didindingnya



.



"tak usahlah kau cemburu dia masa laluku,kata sang mawar"



"iya iya baiklah putriku"

diusirnya jauh kecemburuan,ditekanya dada yang bergejolak



putar waktupun merambat malam makin tua

sang mawar menggoreskan kalimat demi kalimat menyusun kata didinding perahu berambut gelombang

kadang nakal menggoda kadang manis bertutur semua memikat



lelaki kecil makin menekan dadanya perih



"duhai dewi tak bolehkah aku cemburu?duhai mawar...."

"bahkan bangga kau pasang perahu berambut gelombang itu pada dinding indahmu? memang makin indah...tapi hatiku pecah....aku benci perahu,aku benci syair nakal......bahkan syair syair itu menohoku...."



mawar tertegun dengan perasaan entah

"hai lelaki cengeng,jangan kau anggap pencarianmu lah usai...sederhanalah bersikap,pelan pelan pelan hingga sua"





lelaki kecil berambut lurus tak seindah rambut gelombang perahu menelan ludah getir

"tak kutuntut janjimu,tak pula sedang kuingatkan janjimu....namun bagiku hidup dalam naungan kasih suci bukan untuk permainan,bukan pula tentang pencarian yang tlah usai,bukan pula aku tak mengenalmu...bukan...bukan

aku hanya ingin berkesah padamu mawarku...biarkan tangisku pecah,itu lebih baik daripada aku bersumpah serapah...aku bukan perahu yang bisa bersyair indah namun pula amat suka bersumpah serapah serta berucap nakal basi dan liar"



lelaki kecil menarik nafas sesenggukan

tak sesal soal janji....

tetap yakin dengan kesetiaan sang mawar?

"sudah kutuang tentang siapa aku,tak ada yang kututupi atau berkedok entah apa,semua aku apa adanya..."



"tak mungkin aku mengingkari kesantunan,demikian janjiku pada Bunda....perahu itu perahu itu,memanggilmu pasir...kau senyum mengiya..dan menyebutnya perahu!"



lelaki kecil parau menatap putar roda

"badai apapula yang menerpaku...."



mawar sunyi iba...tak tau berbuat apa oleh sejarah purba

"sudahlah lelaki rambut lurus...sudahlah,yakinlah akan aku untukmu"



silelaki kecil tersedu,cemas pilu menyesali katakatanya yang menyakiti mawar sunyi,mematri janji hati

"iya mawarku...asal kau bahagia,aku bahagia melihat kau bahagia....."

"kunanti tetap engkau kunanti"



"aku akan tetap menjaga diri,untuku karena untukmu"

o nada kepalsuankah itu?



.



lelaki kecil benci perahu berambut gelombang

"do'a dan cintaku untukmu...

padamu Bunda aku mohon restu...."



permainan?oh.....?kesalahan?auw.....,meski sebuah cintapun akal sehat tetaplah terus ada,sakiti aku hingga meradang lalu ucapkan segala lemparan kata kata penuh penyalahan,niscaya kan kutampung...

"puaskan segala macam umpatan" lelaki kecil pembenci perahu,hanya kalimat perahu itu saja!

"karang buaikan segala kisah,fatamorganakan,keingkaran janji,panggung permainan....masihkah pisau lipat yang kau simpan untuku"



"engkau yang memuja kebebasan,engkau yang berkata sebebas elang dilangit,engkau yang menolak batasan batasan,remuk redamlah segala apa...selamat siang....tuttt tutttt tuttsss" perbincangan usai terpotong begitu saja...



Sudut Kecil Jakarta Selatan...

22 April 2011 pukul 13:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar