Selasa, 17 Januari 2012

Menoreh Jejak Jejak Kesaksian

Gambar diambil dari sini


: Pe eF

Kidung

kembali senja masih berpanorama
dibatas cakrawala semburat merah matahari
Tangan Sang Kekasih berkenan mengusap lembut
sinar perak menyala gagah

pabila pergulatan nasib seolah menekan pundak
jangan surutkan menyeirama nasib,
jangan surutkan!
berkali jatuh dan berkali bangun
untuk menemukan inti kemenangan


jingga semburat merayap turun kebumi
dilingkari wajahmu dalam anganku
dibalik bukit angin menghembuskan dingin
cericit kelelawar hendak kelana
purna sungguh itu pemandangan
sebentar lagi sedap malam membagi wanginya....
o
kesempurnaan tak terjabarkan

kalau kisah serupa perjalanan
batu tajam sebagai ujian
tongkat kuat adalah penunduk kelicinan
bersumber dari nurani
yang tak henti dikaji dan mengkaji
menerima anugrah penuh syukur suka cita

Purwodadi 27/12/2011



Keberangkatan

.....rintik hujan,sebentar kilat mengerjap
membentuk semacam lukisan hidup
aku menekur di antara lalu lalang kaki kaki
kuyup dan menggigil

pada bus terakhir,segera beranjak dari bangku penantian
bersigegas meraih pegangan pintu,sedikit terpelanting
lantas gas berpacu mendadak kencang
menyelonjorkan kaki,bersandar pada lembab bangku
kaca jendela berembun basah kuyup
menampilkan lukisan alam,pohon berkejaran
daun daun basah,
seseorang berjas hujan berpayung meniti jalan
semua tertangkap bagai pemandangan abstrak
wajahmu membuntutiku
dengan senyum semringah damai
aku mematung
mengagumi mata jernihmu
yang masih saja belum bisa kuterjemahkan beningnya

laju kendaraan semakin menderu
sarat beban terengah payah
hujan masih belum berhenti
sesekali roda terantuk batu
bergoyang seluruh isi
pada beberapa halte penumpang turun dan naik
berjejal jejal seperti barang tak bernyawa
aku kehilangan kantuk
tapi tak kehilangan bayangmu


Halte

sepasang kakek sepuh tertatih bergandeng
menyeruak ke dalam menyibak penumpang
wajahnya menyimpan riwayat hidup
tentang perjuangan pahit getir asam
manis gurih renyak nikmat
hidup selalu begitu
beranjak dari ketimpangan ke ketimpangan berikut
hanya yang sanggup meraih pelita
ia menangkap getar semesta

suara knalpot makin berkerosak
menembus badai mengejar waktu
klakson sesekali menggedor keruwetan jalan
lengkinganya sebagai teriakanku memanggilmu
ketika kita asik mempermainkan nada nada asmaradana
kurasa kini ibuku bersiharap
akan mendapati kanak kecil
yang tertatih berlatih berjalan
mulut mungilnya menyebut beliau: nee - nek
lalu takala menemumu dia berteriak: i - buuuu....

keinginanku
halte berikut aku kan turun
mendapati semua itu


Matahari

terang mentari:adalah terang lecutan semangat,ditimbanya sekerat subuh tadi untuk menempuh kekinian,kantuku menderap:dering telpon yang menjerit:derit salam.

jiwaku terhenyak dalam batas kesadaran,o degup jantung,o kembara sepi,o dambaan;sebab jiwa adalah pelaksanaan kiprah untuk membuka gerbang cakrawala,kusatukan kehendak menuju sebuah titik terang:matahari!
meraih asa tak perlu lintang pukang,segala tlah tersedia bersama kelahiran,kenapa mesti mencari berlian ditempat asing? oleh kelahiran seluruh bekal tlah dipersiapkan,maka urailah jiwamu,temukan segenggam nyala,tinggi bercahya mulia
:hati


Belah Waktu

pada perjalanan tempaan senantiasa ada,ada serigala berdasi rapi,sebaiknya jangan tersilaukan oleh kerlip yang menipu dalam langkah,ada sepucuk pisau yang siap menerkam dibalik kelopak mawar!

sungguh jangan tersilaukan,simpan rapat keangkaraan,usir laknat nafsu kebimbangan.
dendang jelita menggelar jubahnya yang kemilau:hai tetapkan panca inderamu agar terus sigap!


Istana Jiwa

duhai hati,keping merah denyut jiwa,karunia sempurna oleh Sang Maha Hidup,duhai kenyataan,yang tiap kepiknya adalah manis madu madu,terangi terangi aku oleh penerang Sejati.

duhai landaan cinta:genggam erat puja kekasih,agar gejolaknya kau kendalikan,pengendalian sais terhadap kudanya,dituntun bimbing agar lurus tatap arah mata,agar tak silau kemewahan sekitar,agar enggan dari godaan....


Hening

berkendara sepi ia datang kearahku,"hai dendangkan asa untuku",katamu sambil menggamit tanganku,tentu aku terkaget oleh hadirmu,"bertandang ke mentari yuk,mencercap zikr seiring nafasnya",harapmu,"ah ayolah,telah lama tak kusambangi mentari dengan daya hidupnya,dipacunya perjalanan raga,sesekali kau hembuskan nafas cendana:nafas bayi penuh kepolosan,tiada polusi,tiada serpih kebusukan,wanginya memabukan,ingin kuhisap cium terus dan terus,seperti bunda menghisap nafas bayi terkasih.

kekasih,kecintaan bukanlah permainan
ia senja bagi nelayan
secawan air bagi musafir
olahlah dengan syukur suka cita

perdengarkan ketika ia bicara
meski mendengar lebih sulit dari berbicara
tekun simaklah jangan sempat menyanyikan lagu kemunafikan
kejujuran merupakan kunci pintu pintu kebaikan dan keselamatan

jangan nodai oleh setitik debu sekalipun
andai debu itu terkumpul niscaya akan menimbun
dan debu itu dinamai:kegagalan toreh noda.

suaranya tampak,wajahnya terdengar......
telinganya menyimpan bisikan tuntunan

kemudian senja juga menghapiri,oleh perjalanan sehari yang terasa amat pendek itu kau berpamit tanpa melepaskan tikaman sinar matamu,ah kenapa setiap kebahagiaan, mahluk bernama waktu teramat senang berlari cepat,seolah ingin bersisegera meninggalkan? sedang ketika jiwa kusut waktu selaksa siput pelanya? o mungkin ia menyuruh agar apapun yang kau terima sebaiknya kau rawat sepenuh karsa.

"sampai jumpa",hening sahabatku itu melambai,manis manis sekali.tinggal aku menahan gejolak untuk sebuah kesatuan sunyi. tergugu oleh lipat masa,masa yang baru saja hadir seperti ribuan tahun tlah lewat,hadirnya ingin kutunggu kembali.


Tempat Tujuan

kebahagiaan tak terjabarkan
sebuah misteri tiada mistis
terletak diantara do'a dan perbuatan
bersumber dari jemariNya
:memuara

bus kota tinggal nampak sisa asap knalpotnya


Hamparan Anugrah

tak hanya raga
tapi seluruh jiwa
bukan sekedar harap
melainkan puja pinta
bagai penghabisan hari

perkenankan
aku mohon kini
dengan ucapan syukur terkusyu
ajari aku
mengeja
namaMU




Depok,06/01/2012 - 00:24 WIB

2 komentar: